Bab 1

8.8K 252 3
                                    

Naomi baru saja menyelesaikan review mengenai pengajuan pinjaman dari perusahaan yang bergerak di bidang alat berat. Ini merupakan proyek besar jangka panjang yang melibatkan banyak stakeholder, sehingga analisa yang dilakukan harus benar-benar detail dengan margin error yang sangat kecil.

 Ini merupakan proyek besar jangka panjang yang melibatkan banyak stakeholder, sehingga analisa yang dilakukan harus benar-benar detail dengan margin error yang sangat kecil

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Sudah 3 tahun Naomi bekerja sebagai Director of Finance Operation and Risk di salah satu perusahaan perbankan yang memiliki jaringan sampai ke luar negeri. Bukan hal mudah untuknya agar sampai di tahap ini. Buat seorang perempuan di usia yang terbilang muda, banyak yang meragukan kemampuannya. Dengan tampilan fisik Naomi yang cantik, tubuh yang selalu terlihat seksi, tidak sedikit orang yang menganggap Naomi bisa di tahap ini karena kemampuannya menggoda atasan dan bukan karena kecerdasan otak.

Wanita itu tidak ambil pusing, karena dia merasa tidak melakukan sesuatu yang salah. Pun tidak berusaha meluruskan cerita miring. Bukankah manusia pembenci akan selalu membenci meskipun disodorkan kebenaran? Itu urusan mereka dengan penyakit hati mereka dan Naomi tidak mau membuang waktu hanya untuk hal yang menurutnya tidak penting.

"Mila, ke ruangan saya sebentar" Naomi memanggil asisstennya melalui intercom. Tidak lama pintu dibuka setelah suara ketukan, 

"Iya bu ada perlu apa?"

"kesini Mila.. kamu sudah sarapan?"

Mila berjalan mendekat ke meja Naomi sambil membalas senyuman atasannya itu, 

"Sudah bu, tadi makan bubur ayam kang Tarjo"

"Berarti sudah on fire dong ya..?"

Mila menampilkan cengiran lebar sehingga membuat kedua matanya tampak tinggal segaris. "Ya..,kira-kira seperti itu bu.." 

Naomi mengangguk kecil, "Okay, kalau begitu kamu berikan proposal ini kepada assisten Pak Bagas setelah di copy rangkap dua."

"Pastikan kepada assistennya proposal sudah di meja Pak Bagas sebelum jam 10 pagi ini supaya bisa langsung di periksa. Sore nanti langsung kamu follow up apakah sudah di periksa, jika belum besok pagi follow up lagi. Info ke saya kalau proposalnya sudah di kembalikan Pak Bagas".

Naomi menekankan agar Mila bisa fokus menyerahkan dokumen kepada Direktur Utama sebelum waktu yang Naomi sebutkan.

"siap Ibu.., menyerahkan sebelum jam 10 karena Pak Bagas masih di ruangannya untuk mengecek dokumen penting. Sebab setelah jam 10 Pak Bagas akan sulit ditemui karena banyaknya rangkaian meeting baik di kantor maupun di luar kantor. Sehingga setelah jam 10 tidak akan ada lagi dokumen yang diperiksa Pak Bagas untuk hari itu. Jika hal itu terjadi, maka propasal akan di periksa besok."

Naomi tergelak mendengar Mila berbicara seperti anak sekolahan yang sedang membacakan text book. "Panjang amat narasinya Mil.."

Naomi masih terkekeh geli melihat tampang Mila yang masih ngos-ngosan setelah berucap tanpa jeda. Mila lalu menampilkan senyuman konyol. Asistennya itu sangat paham apa yang ada di benak Naomi. Karena atasannya tentu tidak bisa mentolelir keterlambatan 1 hari yang disebabkan keteledoran beberapa menit. Harus bisa di siasati demikian karena setelah selesai di periksa, masih banyak rangkaian yang harus dilalui agar proposal tersebut bisa di eksekusi. Belum lagi kalau proposal tidak disetujui, Naomi masih harus memeriksa lagi kekurangannya dan melakukan perbaikan.

"Jadwalkan pertemuan saya dengan Ibu Sisca dari PT. Tsep Mining untuk membahas MoU pembiayan jaringan digital global. Saya mau pertemuannya dilakukan Minggu ini di jam makan siang"

Mila sudah menguasai diri dan tengah fokus pada tabletnya menunggu Naomi melanjutkan instruksi, "Siapkan draft kontrak kerjasama dengan PT. Abdi Jaya, kemarin pak Bagas sudah approve jadi Minggu depan semuanya harus sudah deal"

"baik Bu, ada lagi Bu?"

"itu saja, ntar siang pesan nasi soto untuk saya. Kalau kamu mau soto juga, pesan 2 sekalian" 

Hidung Mila mengembang senang oleh tawaran Naomi. Berarti kali ini budget makan siang Mila bisa di tabung. Lumayan bisa menghemat pengeluarannya.

"baik ibu terima kasih"

Setelah memastikan semuanya sudah tercatat dengan baik, kemudian Mila bergegas keluar ruangan untuk segera mengerjakan instruksi atasannya itu. Bagi Mila, Naomi adalah sosok role modelnya. Perempuan mandiri, sukses karier dan rumah tangga. Mila ingin seperti Naomi. Apalagi sering mentraktir, Mila semakin menggandrungi saja atasannya itu. Untung perempuan. Kalau laki-laki, Mila pasti sudah jatuh cinta.

Setelah Mila keluar, Naomi melirik sekilas layar handphone nya yang sedari tadi tidak dia pegang. Cahaya yang terpantul keluar baru saja padam, menandakan ada pesan masuk. Di raihnya ponsel tersebut dan terlihat ada 15 panggilan tak terjawab dari suaminya, Daniel. Naomi membuka chat dari Daniel.

"Jangan lupa nanti sore kamu ikut aku nobar bareng teman-temanku" 8.10

"Naomi" 8.12

"Kenapa tidak dibalas?" 8.13

"Kamu sedang apa kenapa tidak ada balasan? Kamu sama siapa?" 8.14

"Naomi?" 8.15

"Naomi apa maksudnya ini? kamu lagi sama bos kamu ya?" 8.16

"Ohh, sekarang kamu pasti lagi asik sama bos kamu kan? mau jadi perempuan penggoda ya?Tidak puas sama suami kamu? Harus ada yang lain supaya kamu puas?" 8.17

dan masih banyak lagi chat Daniel yang jika semakin di baca akan semakin membuat hati Naomi panas dengan tuduhan-tuduhan dan sumpah serapah yang menyakitkan. Naomi membuang nafas lelah. Demi Tuhan ini masih belum jam 9 pagi dan Naomi masih bersama Daniel satu setengah jam yang lalu. Tidak mungkin dia sibuk main handphone untuk urusan pribadi padahal kakinya baru saja berpijak di ruangan ini.

Naomi memijat pelipisnya sambil menahan air mata yang hampir jatuh demi membaca chat suaminya yang kasar dan menghina. Di balik kesuksesan karir Naomi, hubungannya dengan Daniel sudah seperti penyakit akut yang menggerogoti dari dalam dan membuat kerusakan parah tak kasat mata.

Jika di kantor karirnya cemerlang dan dengan jabatannya saat ini banyak yang mengaguminya, di rumah dia merasa tak berarti dan tak berdaya oleh bahasa suaminya yang merendahkan dan mengikis harga dirinya.

Naomi teringat kilasan cerita saat masih berpacaran dengan Daniel. Dia bertemu dengan Daniel di kampus yang saat itu menjadi seniornya. Daniel yang ramah dan sopan berusaha mendekatinya. Pria itu adalah mahasiswa populer dengan tampang yang rupawan dan kecerdasan yang cemerlang, dia saat itu menjabat sebagai ketua senat.

Naomi tentu saja salah satu dari banyak perempuan yang mengagumi Daniel. Dirinya sangat bahagia mengetahui bahwa Daniel memiliki rasa yang sama. Meskipun demikian, butuh waktu lama bagi Daniel untuk bisa mendapatkan Naomi.

Karena meskipun menyukai Daniel, Naomi masih ragu padanya saat itu. Dia tidak yakin pria itu bersungguh sungguh mengingat banyaknya penggemar yang mengelilinginya. Bisa saja Daniel sedang iseng atau sedang melakukan permainan taruhan konyol dengan teman temannya. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya Naomi menerima Daniel karena tidak satupun fikiran buruk Naomi mengenai Daniel terbukti. Daniel dengan pola pikir open minded dan sangat supportif akhirnya membuat Naomi bertekuk lutut.

Namun itu dulu. Saat ini tidak ada yang tahu akan tekanan psikologis yang dialami Naomi. Karena sikap posesif Daniel yang tidak berasalan. Daniel dengan toxic masculinity yang merusak mental Naomi. Membuat Naomi seperti tidak mengenal Daniel meskipun telah bersama bertahun lamanya. Ataukah memang demikian karakter asli Daniel dan Naomi selama ini mengabaikan pertanda dari sikapnya itu? Entahlah..

-----

Toxic RelationshipDonde viven las historias. Descúbrelo ahora