Antara Arjuna dan Palgunadi

908 80 13
                                    

Malam nya, di kamar itu Rivan ditemani sang kakek saling bertukar cerita. Kakeknya memang sangat memanjakannya, bahkan hingga dewasa begini.

"Kek?"

"Hmmmm"

"Kakek tau cerita perwayangan tidak"

"Sedikit"

"Kenal Palgunadi tidak?"

"Kenal dong, dia kan cucu kakek yang gagah ini" si kakek sambil mengusap rambut cucunya.

"Kakek mah gitu. Maksudku Palgunadi di kisah wayang" protes Rivan.

"Oh Baginda Ekalawya Palgunadi. Dia itu seorang raja yang baik dan dicintai rakyatnya di negeri Paranggelung, dia sangat suka dengan ilmu memanah, hingga tersebar kalau ada guru panah yang tersohor bernama Begawan Drona. Begitu dapat kabar, Palgunadi pun langsung berkelana untuk menemui Begawan Drona. Mereka pun bertemu, Palgunadi memohon agar diangkat menjadi murid dan diajari memanah" kakek diam sejenak lalu menyeruput kopi.

"Terus kek?" Tanya Rivan tak sabar.

"Mpu Drona menolak, meskipun Palgunadi telah memohon dengan sangat"

"kenapa ditolak?"
"Guru Drona telah berjanji tidak akan menerima murid memanah lagi selain Arjuna"

"Oooo"

"Nah Palgunadi pun kecewa, dia memutuskan untuk tinggal disebuah goa guna berlatih memanah. Sangking cintanya pada Guru Drona, Palgunadi membuat patung Drona di sana. Setiap hari dia berlatih memanah di depan patung itu.  Dia berbuat seperti itu agar semangat dan seolah-olah sedang diajari Drona. Ternyata Palgunadi memang hebat, panah nya selalu tepat sasaran. Dia sangat menghormati Guru Drona, hingga dia meskipun tak pernah diajari oleh Drona, tetap menganggap Guru itu sebagai gurunya. Suatu hari Arjuna ketika berburu, anjingnya berlari ke goa itu dan mengganggu latihan memanah Palgunadi. Palgunadi mengambil tujuh anak panah dan melesatkannya sekaligus. Ketujuh anak panah menancap tepat. Arjuna melihat itu semua, dia takjub sekaligus iri ada seorang pemuda tampan yang ilmu memanahnya luar biasa dan sangat sempurna. Melebihi dirinya. Arjuna merasa tersaingi. Ditanyanya Palgunadi, siapa gurunya. Palgunadi menjawab kalau guru Drona yang mengajarinya. Arjuna marah dan tersinggung lantas menemui Mpu Drona mengatakan Gurunya itu berkhianat dan pilih kasih.
Mendengar tuduhan itu tentu saja Guru Drona heran karena dia tak pernah mengajari apa-apa pada Palgunadi. Maka Arjuna dan Palgunadi melakukan adu tanding panah. Dan ternyata Palgunadi menang. Arjuna kecewa, sedih dan marah. Dia tak ingin ada orang lain yang jago memanah selain dirinya. Mpu Dorna tau perasaan Arjuna. Maka dia pun berkata pada Palgunadi.

"Apakah kau benar-benar menganggapku guru?"

"Ya guru aku bersumpah akan melakukan apapun demi guru"

"kalau begitu katakan padaku apa rahasia hingga bidikan panahmu selalu sempurna.

"Semua karena cincin pusaka manik sotyaning ampal pemberian dewa, yang ada di jempol kanan saya guru"

"Kalau begitu serahkan cincin itu padaku"

"Tidak bisa guru. Cincin ini tidak bisa dilepas, dia menyatu dengan kulit saya"

"Kalau begitu potong ibu jarimu" Cerita Kakek terhenti karena Rivan berseru kaget.

"Hah kek, Palgunadi disuruh potong jari jempolnya? Apakah dia mau?"

"Ya Palgunadi Raja yang polos hati itu, benar-benar menunjukkan hormatnya sebagai murid kepada Guru Dorna, dia memotong jempolnya itu, dan kau tau Van apa yang terjadi?"

Rivan menggeleng. Hatinya tercekat mendengar kisah itu.

"Palgunadi tak akan pernah bisa memanah lagi karena jempolnya dipotong, selain itu dengan lepasnya jempol dan cincin itu maka putus jugalah nyawa Palgunadi. Karena disanalah pusat segala kesaktiannya sekaligus kelemahannya. Kau tau cincin itu menjadi milik Arjuna jari sakti Palgunadi yang putus itu menempel di sela-sela jarinya, Dia puas karena kini tak ada lagi yang mampu menandingi ilmu memanahnya"

"Licik. Tak kusangka Arjuna yang tersohor ternyata bukanlah ksatria sejati. Serakah dan tak tau malu" Rivan geram sendiri

"Tak hanya itu saja Van, bahkan ketika Arjuna melihat Dewi Anggraini, istri Palgunadi yang cantik jelita, Arjuna langsung jatuh cinta dan ingin melamarnya" Tambah kakeknya.

"Astaga, fuckboy juga si Arjuna"

"Dewi Anggraini menolak, meskipun Arjuna lebih tampan dan gagah dari mendiang suaminya. Sebagai bukti kesetiaan, Dewi Anggraini lebih memilih bunuh diri daripada menjadi istri Arjuna"

"Sumpah kek, aku tidak tau Arjuna punya sisi jelek juga" Rivan menyimpulkan kisah Palgunadi yang baru saja diceritakan padanya.

"hmmm begitu juga hidup manusia itu Van, sebaik apapun dan sesempurna apapun, pasti ada sisi jeleknya" tanggapan kakek.

"Kasihan Palgunadi dan istrinya" ucap Rivan iba setengah geram.

"Ya tapi arwahnya sempat menjatuhkan kutuk pada Mpu Dorna, dia mengutuk Guru Dorna akan mati dengan kepala putus di Perang Baratayuda, sama seperti putusnya jari miliknya. Dan itu benar-bensr terjadi ketika perang besar antara Pandawa dan Kurawa" tutup kakeknya.

"Rasain kau guru culas" maki Rivan.

"Sudah ya, kakek ngantuk ni, kau juga jangan lama-lama tidur, biar cepat sembuh"
Kakek nya beranjak bangkit dan mencium kening cucunya, lalu bergegas keluar kamar.

Namun bisakah Rivan tertidur? Nyatanya tidak.
Bayangan Duan bermain-main dibenaknya.

"Ah Duan, sedang apa kau di sana? Sumpah aku kangen. Pantes saja kau suka dengan Palgunadi di cerita wayang itu, lalu apakah mungkin Palgunadi yang tak pandai memanah ini bisa menjadi ksatriamu juga?" Rivan cepat menyambar Ponselnya dan mencari kontak Ridwan. Dia segera menelpon.

"Malam" Sapanya begitu telponnya diangkat.

"Malam juga" Jawab Ridwan. Mendengar suara itu legalah hati Rivan ada bahagia memeluk sukmanya.

"Lagi apa?"

"Lagi tiduran nih  menunggu ngantuk, habis ngerjain PR tadi"

"Rajinnya" puji Rivan.

"Iya dong, kalau gak gitu nanti tinggal kelas" sahut Ridwan pula.

"Boleh gak aku ikut belajar denganmu?"

"Boleh tapi kau harus sembuh dulu" jawab Ridwan

"Eh tadi kakek aku baru cerita tentang Arjuna dan Palgunadi lho, sumpah gak nyangka ya kalau Arjuna punya sisi jelek juga"

"Ya, makanya aku lebih suka Palgunadi" ucap Ridwan.

"Apa Wan? Kau suka padaku?"

"Apaan sih. bukan kau, tapi Palgunadi di wayang"

"Lah aku kan Palgunadi juga" sahut Rivan penuh harap.

"Beda keles. Lagian kita kan sama-sama laki" Ucap Ridwan pula.

"Setttttt" serasa ada yang mencabik hatinya. Rivan merasakan perih seketika, dia seakan baru saja bermimpi indah hingga melupakan kenyataan bahwa kata-kata suka itu sungguh tak pantas untuknya maupun untuk Ridwan, karena mereka sesama lelaki.

"Hallo, masih hidupkan? kok diam?" Terdengar suara Ridwan menegur karena Rivan mendiamkan telepon itu.

"Oh eh iya maaf"

"Kau sudah mengantuk? kalau begitu tidur ya. Selamat malam. Cepat sembuh, kalau kau sembuh aku janji akan mengajakmu makan sayur daun singkong lagi" canda Ridwan.
Rivan tersenyum juga mendengarnya.

"Selamat malam Wan, semoga mimpi indah"
"tut" telepon terputus.

Rivan berbaring resah
"Duan? kenapa aku baru sadar bahwa kita sesama pria. tak mungkin kita saling suka"

"Duan, apakah Tuhan mengijinkanku menjadi Palgunadimu?" Rivan terhenyak. Semua momen bersama Ridwan yang menyenangkan melintas di benaknya, membuat rasa rindu semakin menggumpal di dadanya.

Ridwan dengan kesederhanaanya, Ridwan dengan tampilan alaminya, Ridwan dengan senyum misteriusnya itu, benar-benar mengusiknya.

"Wan, jujur aku rindu padamu, tapi aku juga takut, aku takut jika aku suka padamu dan berharap lebih dari sekedar teman" Rivan terpekur, lalu dari mata yang terpejam itu meluncur tetes air mata yang bening murni.
***

FOREVER [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora