Cinta dan Cemburu

802 71 2
                                    

Rivan memacu motor itu ke rumah Ridwan. Namun alangkah kecewanya Rivan karena Ridwan tak ada di rumah.

"Ridwan ke ladang Nak, tumben pagi-pagi dia sudah kesana" jelas Bu Lastri, ibunya Ridwan.

"Ya sudah, Rivan menyusul ke sana"

"Ibu titip bekal sarapan Ridwan ya Nak"
Rivan mengangguk. Lima menit kemudian Rivan menerima dua buah bungkus bekal.

"Yang satunya buat nak Rivan"
Rivan tersenyum dan berterima kasih, dia langsung melajukan motornya ke ladang.

Sampai di ladang, di dapatinya Rivan tengah menabur pupuk. Begitu melihat Rivan datang, Ridwan hentikan pekerjaannya. Bukan untuk menghampiri Rivan, namun dia malah menjauhi Rivan, berlari menuju ke hulu sungai.

Rivan cepat mengejar, tentu saja dia kalah, Rivan belum mengenal mana tanah yang keras dan mana yang lembek, mana yang berlubang dan mana yang mulus.

Brukkk
Rivan terbanting karena kakinya tersandung tunggul kecil. Kaki dan lututnya lecet berdarah. Ridwan hentikan larinya mendengar suara jatuh dan keluhan Rivan. Rasa cemas langsung menghantuinya melihat Rivan tersungkur diatas tanah. Ridwan putar arah dan cepat di hampirinya Rivan.

"Van aku minta maaf? Kau tak apa-apa kan?" Ridwan membantu Rivan bangkit, namun Rivan menepis tangannya. Rivan bangkit sendiri.

"Puas kau? Pergilah, aku tau kau benci dan jijik padaku" Rivan membentak dengan mata berkaca-kaca. Tanpa tunggu aba-aba dia putar tubuh, sambil menahan perih di kaki dia melangkah. Namun tubuhnya berat bergerak karena Ridwan telah memeluknya dari belakang.
"Jangan Van! Aku minta maaf, jangan pergi dariku"

Rivan balikkan tubuhnya kembali, keduanya saling berhadapan, empat mata saling beradu.
"Sekarang katakan padaku Wan, kenapa? Ada apa dengan dirimu? Kenapa kau meninggalkan pestaku? Kenapa kau buang kadomu? Jelaskan padaku Wan!" Bentak Rivan sambil menahan gejolak emosinya.

"Aku tak suka Van, aku tak suka" Ucap Ridwan sambil menggigit bibirnya.

"ya sudah kalau kau tak suka padaku, cukup sampai di sini pertemanan kita" Ucap Rivan kesal. Ridwan meramas rambutnya pula karena merasakan gelegak panas di hatinya.

"Kau tau Van, kau yang memaksaku datang ke pestamu, ku pikir aku akan berada di dekatmu, tapi apa? justru perempuan itu. Di depan mataku dia memeluk dan menciumnu Van, aku... aku... rasanya aku tak rela. Aku cemburu Van! Aku cemburu!" Teriak Ridwan sambil hentakkan kakinya.

Rivam rasakan hatinya mencelos sakit, ditundukkannya wajahnya. Sungguh perasaannya begitu campur aduk. Lalu terdengar dia berkata dengan nada pelan dan sendu.

"Ternyata kita sama Wan. Kau tau akupun cemburu melihatmu bersama Rizal, kau bermain dengannya, kau berangkulan dengannya, bahkan kau mengatakan cinta padanya tadi malam. Apa kau pikir aku juga tak cemburu?" Ucap Rivan pula. Ridwan kini ganti terdiam.

"Bukan cuma kau Wan, aku juga bisa cemburu, harusnya kau jaga perasaanku Wan, aku sayang padamu!" Rivan merasakan puncak emosinya, lalu di dorongnya Ridwan. Ridwan yang terpana langsung kaget, tubuhnya limbung dan siap nyebur ke sungai, namun sebelum itu terjadi, cepat Ridwan meraih tangan Rivan, hingga Rivan ikut goyah.

"Byurrr" Kedua tubuh itu masuk ke sungai bersamaan. Sungai sedalam perut itu tak cukup untuk menenggelamkan mereka.
Begitu keduanya bangkit berdiri di dalam sungai, Ridwan langsung memeluk Rivan.

"Aku juga Van, aku juga sayang padamu. Maaf aku telah membuatmu cemburu" Ucap Ridwan penuh sesal.

Rivan tersenyum bahagia, ternyata perasaannya berbalas, tak sia-sia usahanya untuk mendapatkan Ridwan.
"Jaga perasaanku ya Wan, sungguh aku sayang padamu, aku tak rela kau dekat dengan yang lain, selain diriku" Ucap Rivan pula.

"Aku janji, sumpah!" Ucap Ridwan pula.

Sangking bahagianya Rivan langsung melompat menubruk Ridwan, keduanya kembali nyebur kesungai, lalu cepat sekali, sebelum wajah mereka tenggelam, Rivan mencium bibir itu.

Ciuman itu tercipta dengan sempurna, kedua manis bibir itu saling menempel, menghasilkan madu-madu cinta yang sanggup menenggelamkan perasaan ke dalam samudra bahagia.
***

Dengan bertelanjang dada dan celana basah, kedua orang itu duduk di gubuk sambil menikmati sarapan mereka. Nasi putih, sayur nangka dan sambal terasi, sebagai lauk ada kerupuk dan ikan asin.

"Maaf Van, pasti rasanya kebanting. Tadi malam makan daging eh paginya jadi ikan asin" Ucap Ridwan sambil menyuapkan nasi itu.

"Apapun makanannya, asal sepiring denganmu, pasti rasanya begitu nikmat. karena apa? Senyummu itu adalah micin paling enak sedunia" Gombal Rivan sambil kedipkan mata.

"Gak nyangka selebgram kita ini pinter ngegombal. Pantes aja Cindy yang foto model itu klepek-klepek" Ucap Ridwan menggoda.

"Cindy dan aku bukan pacaran, dulu cuma partner ketika jadi model majalah, lalu dekat tapi bukan pacar, dia aja yang kegeeran" jelas Rivan.

Ridwan tertawa, digumpalnya daun pisang pembungkus bekalnya, lalu di lemparkan ke tempat  pembakaran sampah. Bekalnya habis sudah.

"Kau sendiri mesra sekali dengan Rizal. Pakai panggilan Bang Ical dan Dek Uwan segala lagi"

"emang sejak kecil kami dekat" sahut Ridwan cuek.

"Tapi aku cemburu. Apalagi kalau Rizal rangkul-rangkulan denganmu. Rasanya pengen ku tonjok dia"

"waduh ternyata kau cemburuan ya" celetuk Ridwan dengan senyum jahil.

"namanya juga cinta" jawab Rivan dengan cemberut.

"hahaha iya iya, nanti aku coba jaga jarak ya!" lalu
Ridwan diam sejenak.

Matanya memperhatikan Rivan yang masih sibuk mengunyah sarapan. Tak lama kemudian Rivan selesai juga, dibuangnya daun pisang itu ke pembakaran sampah. Lalu diapun bersendawa dengan keras. Ridwan tertawa mendengarnya.

"Kenapa?" Tanya Rivan heran.
"Sendawa mu bau belacan"
Rivan mau tak mau tersenyum malu, cepat diambilnya air minum dan berkumur-kumur.

"Tapi tumben ya si Rizal gak ada? Tanya Rivan.

"Kau ini gimana sih? Nanti ada Rizal cemburu, gak ada Rizal malah dicari. Dia lagi  ngantar ibunya ke kota, ada seminar kebidanan di sana"

"Yess!" Teriak Rivan.
"Kenapa?"

"Artinya disini  cuma ada kita berdua, Wan, lagi yok! Belum puas nih" Ajak Rivan.

Belum puas apanya? Tanya Ridwan bego.

Rivan gemas sekali, cepat sekali dibawanya wajah Ridwan ke pelukannya, lalu wajah itu pun di ciuminya sepuas hati.

FOREVER [SELESAI]Where stories live. Discover now