PART 24~ KETAHUAN

59 20 11
                                    

Happy reading ❤

Beberapa hari tidak bertemu Darel membuat gelombang rindu di dalam diri Mika mulai meronta. Sedikit aneh memang ketika menyadari bahwa Mika merasa ada yang kurang ketika hari pertamanya sekolah, tidak ada Darel di sampingnya. Mika mungkin suka pada Carel tetapi dia juga tidak bisa memungkiri bahwa ketidakhadiran Darel membuatnya mencari-cari cowok itu. Seperti makan soto tanpa jeruk nipis, tidak sempurna. Mika tanpa Darel rasanya hampa meski Carel cowok yang ditaksirnya memberi es krim di loteng sekolah.

Untunglah hari selanjutnya saat Mika baru saja sampai ke dalam kelas, dia sudah menemukan tas Darel tergeletak di meja. Itu tandanya Darel sudah ada di kawasan sekolah meskipun batang hidungnya belum kelihatan. Mika ingin sekali mengucapkan terimakasih karena sejak Mika pingsan di stadion, Darel adalah orang yang setia menemaninya. Bahkan pada hari itu Darel masih menggunakan seragam sekolah sampai Mika siuman, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

“Pagi-pagi udah jualan aja lo,” sapa Mika pada Helen yang sedang sibuk membalas komentar di akun instagram bisnisnya.

“Biasalah demi masa depan yang lebih cerah,” balas Helena seadanya.

“Lo udah itu anak sultan, Len. Rumah lo aja catnya kinclong banget. Ngak usah jualan juga udah kaya tujuh turunan.”

Helen mengedikkanbahu lalu menyandarkan tubuhnya ke punggung bangku. “Yang kaya bokap gue. Gue cuma butiran debu yang langsung hilang dalanm sekali tiupan. Lo nggak tau ya gue keturunan kelapan. Kismin dong gue.”

“Bacotan lo, Len. Mual gue dengernya.” Mika menunjuk tas Darel dengan dagunya. “Darel kemana?”

Helen memicingkan mata seolah-olah Mika baru saja ketahuan mencuri jemuran tetangga. Senyum jahil kemudian terbit di bibirnya membuat Mika semakin salah tingkah. Mika takut dia baru saja mengatakan sesuatu yang salah, padahal dia hanya menanyakan keberadaan Darel.

“Lo kenapa sih? Kesurupan?”

Helen mengerucutkan bibir. Niatnya menggoda Mika rindu pada Darel tidak jadi terealisasikan karena Mika membawa-bawa istilah kesurupan. Helen paling benci sesuatu hal yang berbau gaib. “Kesurupan mbak kunti nggak peka.”

Mika menggaruk pipinya. Dia duduk di bangku sebelah Helen sambil sesekali melirik apa saja yang diketikkan Helen pada kolom komentar postingannya. “Maksud lo nggak peka apaan sih?”

“Tau ah. Darel ada di taman belakang.”

Helen baru saja hendak menoyor kepala Mika tetapi tidak jadi karena kedatangan salah satu anak kelas lain yang benama Sari. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah anggota ekskul bulutangkis yang mendalami sektor tunggal putri. Helen melihat raut panik di wajah Mika. Dia langsung menggenggam tangan sahabatnya itu.

Mika menarik nafas dalam-dalam. Dadanya mendadak mengadakan kontes salto belakang. Perasaannya campur aduk. Mika takut sebentar lagi mendengar kabar bahwa orang yang akan mewakili sekolah mereka adalah Sari. Tapi Mika berusaha memaksakan seulas senyum. Mika adalah atlet, jiwa sportif harus dia tunjukkan.

“Selamat ya, Sar.” Mika mengulurkan tangan.

Sari tersenyum tulus. Dia berdiri di hadapan Mika tapi tidak menerima uluran tangan Mika. “Selamat apaan nih?”

“Selamat karena lo akan wakilin sekolah kita ke piala privinsi. Gue ikutan senang, Sar.”

Sari hanya merespon Mika dengan sebuah anggukan kecil. “Mudah-mudahan ya, Mik.”

Alis Mika saling bertautan satu sama lain. Dia merasa heran pada Sari. Jika dia sudah terpilih sebagai perwakilan sekolah maka kalimat yang harusnya meluncur dari bibirnya adalah ‘terima kasih’. Mika seperti sedang mendapat bintang jatuh di malam Minggu. Ada harapan baru yang singgah di hati Mika.

Mika Vs Pasukan Conidin  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang