03 : Aslan Benci Mama!

1.1K 224 30
                                    

Selamat siang, Bu Yerin. Saya Tiffany selaku wali kelas dari anak Ibu yang bernama Jung Aslan. Mohon kehadirannya sekarang di ruang guru. Saya tunggu sampai Ibu selaku wali murid datang. Terima kasih.

Alis Yerin mengkerut ketika membaca pesan dari nomor tidak dikenal yang mengaku sebagai wali kelas Aslan, putranya. Berbagai asumsi buruk muncul di kepala Yerin dalam sekejap.

Ia langsung menyambar tas dan kunci mobil lalu keluar dari ruangannya. Pamit ke salah satu pegawainya sebelum keluar dari toko pusat dan langsung menuju sekolah Aslan.

Sesampainya di ruang guru, ia bertemu dengan wanita yang diketahuinya adalah Ms.Tiffany, wali kelas Aslan.

"Ada apa Miss Tiffany memanggil saya ke sini?" tanya Yerin ramah, setelah duduk di kursi di hadapan Tiffany.

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis dengan raut sedikit kecewa di wajahnya. "Aslan meninju temannya, Bu. Kali ini yang ketiga," ucap Tiffany, to the point.

Yerin terdiam sejenak. Lalu terkekeh pelan. "Maaf sebelumnya, Miss Tiffany​ bohong ya sama saya? Aslan nggak mungkin melakukan itu. Dia anak baik, saya sendiri yang mendidiknya."

"Saya sama sekali tidak berbohong, Bu. Aslan memang anak yang baik. Dia sangat cerdas. Tapi dalam dua bulan ini, dia berubah menjadi kasar dan suka melawan gurunya," jelas Tiffany, serius. "Saya sangat menyayangkan kenapa Aslan begini. Untuk pertama dan kedua kalinya, saya tidak memanggil Bu Yerin kemari karena Aslan berjanji tidak melakukannya lagi. Tapi ternyata dia ingkar."

Dua lembar kertas dikeluarkan dari map oleh Ms.Tiffany dan menunjukkannya pada Yerin.

"Bisa Bu Yerin lihat sendiri. Aslan yang menandatangani surat ini."

Yerin meneliti surat perjanjian itu. Tensi darahnya naik seketika saat menyadari Tiffany sama sekali tidak berbohong seperti apa yang ia pikirkan.

"Saya beri kesempatan terakhir. Kalau Aslan sampai melakukan hal yang sama lagi, saya tidak akan memberinya kesempatan untuk naik ke tingkat selanjutnya. Walaupun sejenius apapun anak Ibu, sekolah tidak bisa mempertahankan murid yang tidak beretika seperti Aslan."

"Saya sangat menyesal. Atas nama Aslan dan sebagai wali murid, saya minta maaf atas segala tindakan tercela dari anak saya, Miss." Yerin menundukkan kepalanya sopan.

"Saya maafkan. Saya harap Bu Yerin bisa memberi perhatian lebih baik lagi. Kalau begitu, Ibu bisa menemui Aslan sekarang di ruang sebelah."

Yerin beranjak. Mengucapkan terima kasih dan pamit sebelum keluar ruang guru.

-


"Kamu mau jadi preman, hah?!"

Remaja laki-laki itu hanya duduk di sofa sembari memainkan ponselnya santai. Tidak menggubris sang ibu yang sedari tadi mengoceh padanya. Wajahnya datar dan mulutnya tertutup rapat tanpa ada niat membukanya.

"Mama nggak pernah ngajarin kamu berbuat kasar, Aslan! Kalau ada masalah, selesaikan baik-baik tanpa ada kekerasan!" Yerin yang duduk di sofa tunggal itu terus melontarkan emosinya pada sang putra.

Kesabarannya sudah berada pada batasnya. Yerin bangkit dari sofa dan berjalan menuju sofa panjang di sebrangnya. "Aslan lihat Mama kalau Mama lagi ngomong!" Ponsel hitam milik Aslan sekarang ada dalam genggamannya setelah ia menariknya paksa.

"Puas kamu udah bikin malu Mama di depan walas kamu? Puas?!" Suara Yerin terdengar sangat nyaring dalam rumahnya yang hening.

Aslan tidak berkutik. Matanya memandang meja di hadapannya, enggan menatap mata berapi milik sang mama.

crossroads // wonwoo+yerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang