🍬 Tiga Puluh Satu

846 165 22
                                    



"Dia siapa?"

"Orang."

"Sa?"

Junho menoleh lalu melempar tatapan datarnya pada Eunsang. Sedang yang ia tatap hanya menyengir tanpa dosa.

"Hehe, dia pegawai di cafe aku, Jun."

"Pegawai kamu?" dijawab saja dengan anggukan oleh Eunsang.

"Terus, dia ngapain di sini?"

"Ya itu, temenin Minhee."

"Temenin gimana?"

"Yang kayak kamu lihat, Jun," jawab Eunsang seadanya--dengan mata yang melirik di mana Minhee dan seseorang yang ia sebut sebagai pegawainya berada.

"Ya maksudnya gimana sampe dia bisa nemenin Minhee di sini?"

"Minhee yang minta."

"Sa, bisa gak kamu jelasin semuanya sekalian? Aku gak paham," ucap Junho kenudian, "Kamu juga belum ngasih tahu aku gimana Minhee semalam. Dia baik-baik aja, kan?"

Secara cepat, Eunsang langsung mengangguk.

"Bisa tidur?"

Eunsang mengangguk lagi, "Aku kasih obat tidur. Dicampurin kayak waktu itu. Terus kak Yohan, dia di sini karna Minhee yang minta. Aku gak tahu mereka ngurusin apa, tapi Minhee gak mau cerita dan larang kak Yohan buat cerita juga."

"Kamu gak bohong kan?"

"Kenapa aku harus bohong sama kamu?"

"Karna ini aneh. Apa yang aku liat sekarang ini aneh."

"Jadi, kamu gak percaya sama aku?" Eunsang terlihat tidak senang dan Junho langsung menggeleng begitu saja.

"Bukan gitu, Sa," jawab lelaki Cha itu kemudian, "Aku cuma ngerasa ini aneh. Cuma perasaan aku, bukan berarti aku gak percaya sama kamu."

"Lo masih utang penjelasan sama gue, tapi masih ada yang harus gue urusin. Jadi, kita bisa tunda itu dulu. Sekarang, gue cuma pengen lo minta sama Juno buat nyari tahu siapa aja yang suka keliaran di sekitar rumah ini. Rumah ini udah gak aman buat Minhee. Mungkin lo semua bilang Minhee halu soal orang yang bunuh dia, tapi gue pernah liat orang-orang itu. Mereka emang keliaran di sekitar sini."

Teringat lagi akan pesan Yunseong sebelum lelaki Hwang itu pergi, Eunsang lantas mengibaskan tangannya di depan wajahnya--kode agar pembicaraan tidak pentingnya dan Junho sebelumnya diabaikan saja.

"Udah deh, dari pada mikirin kenapa kak Yohan di sini, mending kamu nyelidikin orang-orang jahat yang sering Minhee sebut."

"Hah?"

"Ya itu, Jun. Kita gak tahu kalo yang Minhee sebut itu beneran dia liat atau cuma bayang-bayang masa lalunya aja. Tapi gak ada salahnya kan dicari tahu. Siapa tahu emang bener ada orang jahat yang mau bunuh dia. Gimanapun, posisi Minhee tuh selalu dalam bahaya."







"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Yunseong mendengus keras ketika ia sampai di rumah dan langsung dihadiahi pemandangan sang kakek yang tengah berdiri di sana. Sebenarnya ia tidak kaget karena Hyunjin sudah mengatakan padanya jika sang kakek akan menemuinya dan itu adalah alasan mengapa ia harus pergi dari rumah Minhee--selain karena Junho, tentu saja. Tapi, setiap melihat pria tua ini, ia selalu merasa tidak senang.

Mendengus lagi saat sang kakek akhirnya menatap ke arahnya, lelaki itu lalu melangkah malas menghampiri pria tua itu.

"Dari mana kamu?" dan pertanyaan itu langsung menyambutnya ketika ia tiba di hadapan sang kakek, "Kata orang yang tinggal sama kamu, semalam kamu pergi buru-buru dan gak pulang."

"Hotel."

"Ngapain?"

"Main."

"Sama siapa?"

Lelaki itu mengendik acuh, "Lupa sama siapa aja, soalnya banyak banget orangnya."

"Oh, buang-buang duit."

"Nah itu kakek tahu, kenapa nanya?"

Sang kakek tidak menjawab, membuat Yunseong dapat menebak jika pria tua itu akan langsung masuk ke inti permasalahan mengapa mereka harus bertemu saat ini. Dan jeda waktu yang tercipta selama menunggu sang kakek untuk bicara membuat Yunseong malas setengah mati.

"Perjodohan Junho mau dibatalin."

Yunseong kaget? Jelas.

Tapi, tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya. Ia masih betah menampilkan eskpresi datar yang sama--terlihat seakan ia tidak peduli sama sekali dengan hal itu.

"Terus?"

"Kamu tahu kan kalo tunangan Junho yang sekarang harusnya tunang..."

"Hem, tahu."

Sang kakek belum menyelesaikan ucapannya, tapi Yunseong sudah memotongnya dengan malas.

"Pulang dalam waktu dekat. Kita harus nahan tunangan Junho seperti permintaan nenek kamu."

"Aku gak mau."

Ketika sang kakek berucap cepat, tidak butuh waktu lama pula bagi Yunseong untuk menjawabnya. Bahkan jawaban itu terlampau tanpa pemikiran, seakan memang harus itu yang ia jawab.

"Gak bisa, Seong. Kamu tahu kan kalo dia..."

"Tapi aku gak mau," lagi-lagi, ucapan sang kakek dipotong dengan kalimat yang bermakna sama seperti sebelumnya, "Aku udah bilang dari dulu kalo aku gak mau."

"Seong, ini karna papa kamu juga."

"Iya, aku tahu. Tapi tolong pikirin aku juga. Ini hidupku, aku yang jalanin. Kakek gak bisa maksa aku buat ikut semua yang kakek mau. Aku pengen bebas nentuin sama siapa aku nanti. Kakek juga harusnya mikirin perasaan dia, dia juga punya hati, kek."

"Tapi dia gak nolak."

"Dia gak nolak bukan berarti dia senang-senang aja sama semuanya. Kakek gak tahu gimana perasaan dia yang sebenernya. Dan dari pada kakek pusing mikirin cara buat nahan dia pake ikatan gak jelas kayak gitu, mending kakek gunain kekuasaan yang kakek punya buat lindungin dia. Dia udah terlalu menderita karna kejadian dulu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


















Thank you...

OHH AHH || HwangMiniWhere stories live. Discover now