2. Rahasia

106 89 447
                                    

"LAGI?!" pekik Carla ketika mendapati sang anak berdiri dengan lesunya di depan pintu masuk, "kamu berantem sama siapa sih, Lan! Berturut-turut begini masa?!"

Anak itu tak menjawab tetapi netranya lurus memandang meja makan yang penuh tanpa dirinya, sakit hatinya membesar begitu saja. Kalimat Robert entah kenapa benar-benar langsung ia percayai, mungkin juga karena atmosfer keluarga ini yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya.

"Jangan dibaikin. Anak kayak gitu harus di kerasin biar disiplin!" tegas Robert.

"Arlan, masuk kamar kamu, nanti mama obatin ya, sayang ... mama siapin makan juga," ujar Carla dengan lembut sambil menuntun anaknya masuk ke kamar kecilnya itu.

Arlan mengangguk kecil tanpa lagi memandang Robert dan ketiga adiknya.

.
.
.
.
.

Tidak lama setelah anak itu memejamkan mata,  Carla masuk dengan mengetuk pelan. Spontan Arlan bangun dan duduk di ujung ranjang ini.

"Mama ngga perlu repot-repot kok, nanti juga sembuh sendiri luka begini doang." ucapnya sesaat setelah Carla duduk di sampingnya.

"Kamu kan juga anak mama, masa ngga diobatin. Lukanya Alan yang kecil aja mama obatin, apalagi luka kamu yang banyak ini." balas wanita itu.

Arlan bersyukur saat itu, ketika mengetahui bahwa Carla menyayanginya sepenuh hati.

"Coba cerita ke mama, kamu berantem sama siapa?" tanya Carla yang tentu saja akan ia jawab dengan jujur, bahkan hingga serinci mungkin.

"Papa yang buat aku begini, mah." ujarnya

Carla yang saat itu tengah mengobati sang anak seketika berhenti, "maksud kamu?"

"Uang yang papa kasih ke mama itu hasil dari sengajanya papa celakain aku!" jelasnya lagi.

"Papa, sengaja celakain kamu?" ulang Carla.

Arlan mengangguk mantap, sangat ingin agar sang ibu percaya padanya sekarang. "Iya! Dia—"

Plakk!!

"Kurang ajar banget kamu berani fitnah papa." geram Carla pada Arlan.

"Hah?" Apalagi yang bisa ditangkap selain kebingungan semata?

"Papa sebaik itu bisa-bisanya kamu fitnah? Papa yang udah berjasa buat kamu dan mama, berani kamu fitnah begitu?!" bentak Carla sambil memberikan tatapan tajam. Arlan kecil terdiam karena masih tak percaya pada apa yang baru saja terjadi, apa dia melakukan kesalahan? Apa kejujurannya disangka kebohongan? Atau apa?

"Cepet minta maaf!" bentaknya lagi yang ditanggapi anggukan kecil sambil mengatakan maaf dengan pelan. Waktu itu, pikiran Arlan hanya bisa untuk menurut karena takut sang ibu ikut membencinya.

"Jadi, kamu kenapa babak belur begini?" tanya Carla dengan lembut, kembali tersenyum hangat.

"... Salahku, aku— aku berantem." Pikiran Arlan kosong, tatapannya kosong, bocah itu berbohong yang justru malah dipercayai ibunya.

Carla kembali tersenyum sembari mengelus pelan kepala anaknya, setelah itu Carla mulai mengobati semua luka milik Arlan.

"Mah ..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FlowlessWhere stories live. Discover now