13. Selamat Ulang Tahun

278 61 11
                                    

Halaman belakang kediaman Kang telah dihias dengan cantik, spesial karena ulang tahun Minhee. Acara akan mulai pukul 6 sore, jadi sekarang belum terlalu ramai. Acaranya memang tidak terlalu mewah, hanya saja Minhyuk ingin ulang tahun anak bungsunya selalu berkesan.

Minhee duduk di kursi paling ujung sambil menganyun-ayunkan kakinya, jujur ia masih sedikit berharap Yunseong akan datang walaupun sudah ditolak telak. Karena Kehadiran Yunseong di sekitarnya membuat hatinya senang.

Hyeongjun dari tadi sibuk membantu Bunda Minhee memindahkan berbagai makanan. Mengetahui anaknya memasang muka memelas sedari tadi, Soojung meminta Hyeongjun untuk menelepon teman-temannya agar segera datang.

Lelaki super lucu tersebut pun berjalan menuju tempat Minhee berada, menggenggam tangannya erat, mengajaknya untuk beranjak. Hyeongjun tau teman-temannya sudah ada di depan. Minhee pun kebingungan namun tak melepas genggaman, ia justru penasaran.

Sesampainya di ruang tengah, yang terlihat adalah sebuah kue lengkap dengan lilinnya, tak terlihat siapa pembawa kue namun Minhee yakin tidak lain dan tidak bukan adalah Junho. Teman-temannya yang lain mengelilinginya, membawa balon bewarna-warni sembari bernyanyi, cukup indah untuk menutupi sedihnya Minhee.

Junho maju selangkah dan sampai tepat di depan Minhee. Minhee mengangkat pandangannya dan menangkap wajah Junho yang tampan. Junho tersenyum cerah seolah tau hati Minhee sedang tidak terlalu baik.

"Tiup lilinnya, abis itu make a wish."

Minhee meniup lilinnya dengan cepat membuat satu ruangan menjadi gelap sebab hanya lilin pencahayaan utamanya. Dengan gerakan cepat, bibir Junho mendarat di pipi kiri Minhee. Minhee hanya diam tak berkutik, berharap tak ada yang melihat. Jantungnya berdegup kencang. Warna merah muda merambat naik ke pipi Minhee.

"Happy birthday, manis."

Dengan afeksi yang Junho berikan, Minhee jadi sedikit melupakan tentang ketidakhadiran Yunseong di hari spesialnya.

***

Yunseong tak berbohong soal latihannya, ia hanya bohong soal perasaannya. Ia meluapkan semua kekesalannya dengan men-smash semua shuttlecock dengan brutal. Ia kesal, ia marah, tapi ia tak tau harus apa.

Ingatannya kembali waktu Minhee dan Junho asyik mengobrol berdua di atas motor. Yunseong kesal dan ia lebih kesal karena ia tak bisa melakukan apa-apa. Keinginannya besar untuk datang ke pesta ulang tahun Minhee tapi rasa kesal kepada dirinya sendirilah yang menutupinya. Ia mengambil tasnya dengan kasar lantas menuju parkiran.

Deringan telepon menghentikan langkah cepat Yunseong, "Halo?"

"YUNSEONG LO DI MANA HAH??"

Ia menarik teleponnya dari telinga dan terlihat siapa yang menelepon, ternyata Woobin, "Di GOR, kenapa?"

"Lo gak dateng ke acaranya Minhee?"

"Kok lo tau?"

"Gue tau karena gue punya mata-mata. Sekarang, di mana otakmu, Yunseong?"

Yunseong mendengus seolah-olah Woobin ini paling mengerti, "Kenapa sih lo ngatur gue? Hah? Yang deketin Minhee tuh gue, yang ngerasain semuanya tuh gue, kenapa lo paling sok tau? Kenapa?"

"Lho kok marah? Gue yang ngasih saran buat lo. Gue kasih jalan juga buat lo. Kenapa marah? Lo merasa kalah sama Junho?"

Yunseong terdiam. Kalimat Woobin yang terakhir begitu menohok dirinya.

"Diem kan lo? Kalau usahanya kurang tuh gak usah merasa paling menderita. Dengan lo seperti ini sama aja lo relain Minhee sama Junho." tutur Woobin yang masih membuat Yunseong terdiam, "Dengan semua yang lo lakuin, lo beraniin diri lo approach Minhee duluan, lo berani ngajak dia jalan, sekarang lo mau relain gitu aja? Kalo gue jadi lo sih enggak."

doubtful • hwangminiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant