2. Reuni dengan tetangga baru

14.4K 1K 19
                                    

Pagi harinya Queenera sudah bangun dengan umpatan kasar yang meluncur deras dari bibir mungilnya. Bagaimana tidak? Jika dari jam lima dini hari tetangga unit apartemennya sudah membuat kegaduhan dengan entah sedang memukul apa di dalam sana.

Ya tuhan, jika begini Queenera bisa angkat kaki dari sini karena tetangga kurang kerjaan tersebut.

Melangkah kesal sembari menghentakkan kedua kakinya Queenera segera keluar dari rumah dan memicingkan mata, menatap sengit unit apartemen yang berada tepat di sebelah unit miliknya. Awas saja jika mereka tidak segera pergi atau diam, Queenera masih memiliki banyak cara untuk mengusir orang tidak tau tempat seperti itu.

"Ini apa lagi, sih, berisik banget dari kemarin. Kayak satu kampung aja yang nginep!" Queenera misuh-misuh di depan apartemen di depan unit milik tetangganya.

Kakinya semakin menghentak kesal saat suara drum band di pukul semakin keras. Sembari mencak-mencak melampiaskan rasa kesalnya Queenera menekan bel dengan tidak sabaran, berharap si penghuni apartemen lekas keluar dan mendapatkan hadiah darinya.

Queenera yang akan mengumpat saat pintu terbuka malah terbungkam di atas pijakannya, melongo memandangi penghuni rumah yang keluar dengan rambut berantakan.

Umpatan yang sudah ia pilihkan khusus untuk penunggu rumah tersebut tercekat di kerongkongan--sulit keluar, apalagi sosok yang kini berdiri di hadapannya tidak nampak bersalah sama sekali.

"Nera?"

Mengedipkan mata beberapa kali akhirnya Queenera tersadar dari keterpakuannya. Dengan tatapan sinis perempuan itu menendang pintu apartemen dan melotot tajam pada si mata sipit kini masih berusaha mengumpulkan separuh kesadarannya.

"Malih, lo ngapain sih di sini? Bangun Bar mini? Gila aja, dari kemarin berisik banget. Lo kira ini apartemen gak punya tetangga?" omel Queenera marah.

Hiroshi, lelaki jepang itu meringis pelan. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal bingung harus menjelaskan situasinya seperti apa. Lelaki bermata sipit itu menelungkupkan tangan di depan dada sebagai tanda permintamaafan.

"Nama gue Hiro, Ner. Bukan Malih" ucap Hiroshi dengan tatapan polos membuat amarah Queenera semakin menguap. Bodoh sekali orang di hadapannya ini. Mengesalkan sekali.

"Memang gue pikirin? Kalian, ya, lo tau adab bertetangga enggak sih? Hargai privasi orang, jangan jadi-"

"Siapa Hir, dari tadi teriak-teriak mulu. Buat budek aja, masih pagi padahal!"

Queenera semakin membelakan mata tidak percaya. Ternyata tidak hanya satu makhluk yang pagi ini membuatnya spechless berat. Malah dua, tetapi yang satunya lagi sukses membuat darah tinggi Queenera langsung naik pada tingkat teratas.

Sial sekali.

Makan apa Cabel kemarin sampai sumpah serapah lelaki itu terjadi pagi ini? Astaga, kalau bisa Queenera ingin segera tenggelam ke dalam hutan amazon saking kesalnya.

"Queen-"

Hiroshi terdiam. Apalagi saat melihat raut terkejut dari dua orang di hadapannya. Perlahan lelaki asal negara jepang itu memundurkan tubuhnya hingga menghilang di balik pintu apartemen.

"Heh, kabel rusak, itu teman lo kasih tau jangan bangun mini bar di sini. Sialan banget memang. Berisik! buat gue susah tidur! Ini punya tetangga kalo lupa. Jangan berasa keturunan monyet yang hidup bebas di tengah hutan!"

Good Scenario (COMPLETED) ✔️Where stories live. Discover now