b a g i a n : d u a p u l u h e n a m

80 20 3
                                    

Minju berlari menyusuri koridor rumah sakit. Setelah bertanya kepada resepsionis, gadis itu langsung pergi menuju ruangan tempat ayah Hyunsuk dirawat sembari menghubungi Ryujin di mana letak ruangannya.

"Hyunsuk?" panggilnya ragu.

Seorang laki-laki dengan atasan jaket denim itu menoleh, kemudian tersenyum tipis.

"Gimana?" tanya Minju begitu keduanya sudah dekat.

"Ya gitu. Udah agak mendingan, sih," jawab Hyunsuk.

"Mmm ... sori, ya?"

Hyunsuk menggeleng. "Nggak, lah. Aku juga salah karena nggak bilang ada apa. Yang lain mana?"

"Lagi perjalanan ke sini. Harusnya udah sam–"

"BAB–" Baru saja membuka mulut, Daehwi buru-buru menutup mulut Ryujin.

"Rumah sakit, Ryu!" ujar Daehwi, lalu melepaskan tangannya dari mulut Ryujin sedang gadis itu terkekeh pelan.

"Babyy!" panggil Ryujin, agak sedikit pelan, takut kena lempar sepatu oleh Daehwi.

Hyunsuk tersenyum kecil.

Begitu sudah dekat, Ryujin langsung mendaratkan tangannya ke telinga Hyunsuk. "HP-nya kenapa mati?! Hmm?! Nggak bisa dihubungin. Dikira nggak khawatir apa?!"

Hyunsuk meringis kesakitan. Memohon ampun agar Ryujin melepaskan tarikan pada telinganya.

"Udah, Ryuu," sela Minju yang sebenarnya menikmati keributan kecil itu.

"Jelasin! Kenapa nggak bisa dihubungin?" Ryujin masih kekeuh dengan pertanyaannya.

Dia begitu khawatir dengan keadaan sang bayi. Takut sesuatu hal buruk terjadi kepada kesayangannya.

"Aku lagi agak nggak mood buat buka hp. Maaf," lirih Hyunsuk.

Ryujin mengangguk mengerti setelah menghela napas panjang. Dia mendudukkan tubuh di samping Hyunsuk.

Koridor di depan ruangan tempat ayah Hyunsuk dirawat agak sepi. Mungkin ayah Hyunsuk satu-satunya yang dirawat di lantai tersebut.

"Eh, Suk, ini buah-buahannya taruh mana?" tanya Daehwi.

Minju menepuk jidatnya. "Astaga, aku sampai lupa bawa makanan buat ayahnya Hyunsuk."

"Nggak apa-apa. Santai aja. Sini, kutaruh dalam," jawab Hyunsuk.

Daehwi memberikan parcel buah kepada Hyunsuk, yang kemudian ditaruh di meja di dalam ruangan oleh lelaki Yoon.

"Udah makan belum, Suk?" tanya Daehwi.

"Belum. Nggak mood," katanya lalu kembali duduk di samping Ryujin.

"Ada kantin, kan? Ke sana, yuk?" ajak Minju. Dia sebenarnya sudah makan, tapi tiba-tiba saja rasa lapar menghampirinya.

"Ayo, Babyy! Dari kemarin belum makan, kan?" tebak Ryujin. Bisa ia lihat tubuh kurus Hyunsuk menjadi tambah kurus saja. Jelas sekali dia belum makan dari kemarin. Ditambah lingkaran hitam di bawah matanya yang sedikit samar, memperburuk keadaan.

"Nggak–"

"Udah! Ayo!"

Akhirnya mau tak mau Hyunsuk ikut juga. Mereka  berjalan beriringan, menuju lift, kemudian turun ke lantai empat —tempat kantin berada.

"Anu ... yang kemarin itu ... nggak jadi?" tanya Hyunsuk— agak perasaan tidak enak menyelimuti.

"Nggak. Dan sialnya, Jeon Wonwoo gak bisa bantu lagi soalnya dia harus balik kerja," Daehwi mengambil sumpit dengan tangan kirinya, "tapi tenang, katanya Guanlin mau bantu."

"Beneran?" tanya Ryujin antusias. Kalian pasti tau alasannya, hehe.

"Iya. Ngomong-ngomong, si Yeonwoo kok gak pernah muncul lagi," tanya Daehwi.

"Lah, iya juga. Kamu juga jarang keliatan kayak orang gila gitu," sahut Minju, "oh— terlalu kasar. Ulang. Kamu juga jarang keliatan ngomong sendiri kayak orang gila gitu."

Ryujin frustasi, apa bedanya coba? Ya ada beberapa kata tambahan, tapi tetap saja akhir-akhirnya juga menghina dirinya. "Sabar aku, mah."

"Waktu Hyunsuk pulang duluan itu, Yeonwoo pamit. Katanya mau keliling— nggak tau keliling kemana. Habis itu nggak keliatan lagi," jelas Ryujin. "Halah, paling juga kalo pengen balik ya balik. Udah gapapa, belum masuk akhir tahun banget, gak bakal hilang."

"Terus jadinya mau kapan?" tanya Hyunsuk. Lelaki itu dengan malas menyuapkan sebungkus roti— tak memesan makanan berat karena sebenarnya tidak ingin makan.

Daehwi mengetuk meja dengan jemarinya. "Besok?"

|tbc

Announcer Room ✔Where stories live. Discover now