Bab 3

192 166 221
                                    

Double up hari ini!! wkwkwk
Masih seputar perkenalan tokoh-tokoh si, biar lebih mudah untuk ingat para tokohnya hehehe
Jangan lupa untuk support karya ini ya 

Happy Reading Gais! ❣️

"Boleh aku gabung? Meja yang lainnya udah penuh."

Bayu, David, dan Vino serentak menoleh ke arah Kenzo. Namun, yang dilihat malah acuh tak acuh. Entah terlalu fokus ke makanan, atau memang sengaja tidak menanggapi.

Mereka bertiga adalah sahabat Kenzo. Bayu Dharma, David Arthur, dan juga Vino Riyadi. Mereka bertiga adalah sahabat sejak SMP. Ya, bertiga. Karena Vino sendiri yang berteman sejak saat mereka SMA, tetapi itu tidak membuat mereka canggung. Mereka bahkan seperti sudah lama berteman.

"Eh ada Elina, duduk sini. Samping gue masih kosong, nih. Hati gue apalagi," ucap Bayu, kala tak melihat reaksi dari teman-temannya.

Elina tersenyum canggung dan duduk di samping Bayu, karena memang hanya itu tempat yang tersisa.

Elina Zamora.

Saudari tiri Anindhira, tetapi tak ada yang mengetahuinya, kecuali pihak sekolah, dan sahabat Dhira. Bahkan Kenzo sekalipun. Elina memaksa Papanya agar merahasiakan hubungan mereka di sekolahan. Elina bukan lah gadis jahat tukang bully, yang di benci semua siswa. Dia adalah gadis yang baik kepada semua orang. Tak ada yang membencinya. Dia bagaikan sosok Dewi. Sudah cantik, baik, pintar pula.

Namun, hanya satu kelemahannya. Tidak dapat membuat pandangan Kenzo tertuju padanya. Karena kebaikannya, semua orang mendukungnya terhadap Kenzo. Namun, Kenzo malah memilih Dhira yang tidak ada apa apanya dibanding Elina.

Dhira tersenyum kecil, merasakan ada seseorang yang sedang melihatnya. Ketika dirinya ingin melihat kebelakang, teman-temannya langsung menanyakan pendapatnya tentang perbincangan mereka. Jadilah Dhira bergabung ke pembicaraan teman teman nya. Dan melupakan tentang Kenzo.

                            🌸🌸🌸

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu, tetapi sang guru masih tampak semangat menjelaskan, padahal murid-muridnya sudah sangat bosan. Walaupun ini hari pertama sekolah, tetapi tidak melunturkan semangat guru-guru untuk tetap mengajar.

"Baiklah, sekian hari ini. Selamat siang."

Hening.

Bukannya menjawab salam dari sang guru, semua malah saling menatap. Lima detik yang lalu gurunya masih semangat menjelaskan, dan tiba-tiba sekarang menyudahi pelajaran.

"Selamat siang."

"SELAMAT SIANG, PAK." Barulah seisi kelas menjawab salam sang guru.

"Langsung pulang, Ra?" tanya Widya sambil memasukkan perlengkapan sekolahnya.

Dhira hanya bergumam menjawab pertanyaan Widya, karena ia pun sedang memasukkan perlengkapan sekolahnya.

"Lo berdua?" tanya Dhira sambil melirik sekilas mereka berdua.

"Biasa, sama supir gu-- aww. Sakit tau, Wid."

"Supir-supir uwak lo. Sadar diri woy," ucap Widya sambil melirik sekali lagi. Enak saja dia dikatakan supir.

"Iya-iya gue nebeng sama Widya yang cuaantix."

"Alay lo, keong." Dhira hanya tertawa menyaksikan drama singkat kedua sahabatnya.

"Hai."

"APAAN LO!"

"Dalam satu hari udah 2 kali kamu teriakin aku kaya begini ya Ra." Untung saja kelas sudah sepi, jadi tidak ada yang kaget dengan teriakan Dhira. Ya kecuali Kenzo, Widya dan Vian, sih.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang