Usaha Tidak Akan Mengkhianati Hasil

61 47 16
                                    

HAPPY READING! (◠‿◕)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAPPY READING! (◠‿◕)

"Bagiku melukis adalah cara ampuh melupakan kehidupanku sejenak, aku pun juga bisa menuangkan perasaan diriku dalam lukisan tanpa perlu berucap suatu katapun."

_

___________________

Setiap harinya aku berlatih bersungguh-sungguh. Kini akhirnya tiba hari di mana lomba melukis itu dilaksanakan. Aku sudah kelas 4 tahun ini dan sangat bersemangat dan ingin sekali semua usahaku selama ini bisa tercapai juga ke kemenangan. Memang pendapatku menang ataupun kalah itu hal biasa dalam lomba. Namun aku selalu menanamkan diri untuk terus semangat memperjuangkan demi kemenangan.

Satu hal yang kini aku merasa bahagia juga karena sahabatku Afnan telah diadopsi oleh keluarga yang cukup terpandang dan dia bisa bersekolah juga. Semua itu karena Afnan memiliki kelebihan yakni dia pintar dalam setiap pelajaran. Aku selalu tenang dengan memiliki dirinya sebagai sahabat, saatku tersesat dalam kebingungan tentang pelajaranku. Sudah lebih seminggu aku tak bisa berjumpa dengannya karena rumah keluarga barunya ada di provinsi lain. Tapi kami bisa saling membuat surat untuk berhubungan.

Tiada rasa takut dan grogi lagi padaku karena dukungan dari Ibu, sahabatku dan guru-guruku. Di saat aku tiba di tempat lomba melukis, betapa terkejutnya aku karena aku melihat Afnan berada di belakangku dengan guru-gurunya. Dia tak menyadari diriku. Awalnya aku hendak berpikir untuk menyapanya namun aku urungkan niatan tersebut karena waktu lomba akan segera dimulai dan aku harus berkonsentrasi penuh dengan mahakarya milikku. Waktu 2 jam berjalan begitu sangat cepat rasanya, syukurlah aku sudah selesai 1 setengah jam lalu dan kini aku telah merasa sempurna dengan lukisanku. Dalam hati, aku ingin melihat bagaimana gambar milik Afnan? Mungkin sangat bagus daripada aku kan? Hm, ini akan menjadi misteri bagiku. Bodoh rasanya diriku bisa-bisanya aku bergurau pada diri sendiri di saat seperti ini.

Aku seketika kaget karena peluit pertanda waktu telah berakhir telah dibunyikan bahkan sampai 3 kali. Aku berusaha berdiri dengan kaki yang hampir kesemutan karena terlalu lama duduk untuk melukis. Lukisannya sangat berbeda-beda setiap peserta yang aku tangkap sekejap dari penglihatanku karena tidak ada ketentuan tema gambar atau bebas. Aku pun kali ini melukis tentang seorang anak perempuan sedang bersalaman dengan Ibunya dengan penuh kasih sayang penuh pada sang Ibunya di malam saat taburan bintang sangat menyilaukan di langit. Ide ini aku ganbarkan dari kehidupanku yang kini lebih baik, itu semua juga bisa terjadi karena Tuhan Yang Esa dan Ibuku tercinta. Rasa lega dalam hati tersirat oleh senyumku saat menyerahkan hasil lukisan milikku kepada panitia lomba pengumpulan lukisan.

Aku menunggu pengumuman sambil beristirahat dengan teman-teman yang baru aku kenal. Meski aku kini nyatanya hanya bisa sendirian karena mungkin aku tak terlalu pintar dalam bersosialisasi dengan benar. Tiba-tiba ada anak yang duduk di depanku sambil membawa makanannya dan ternyata dia adalah Afnan.

SIKLUS TAKDIRKU [On Going]Where stories live. Discover now