Part 4

729 69 9
                                    

hewwo there, finally aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang sudah aku mulai (ciyeee~ haha) sooo selamat membaca lovelies!!💙😉

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"kau baik-baik saja?" Pharm mendudukan dirinya di samping Can setelah menaruh Cherry yang tertidur dikamarnya "Can, kau tau aku ada kan?" Can mendongakan kepalanya

"Pharm tentu saja kau ada!" jawabanya membuat Pharm tersenyum. "aku hanya..." Can menggigit bibir bawahnya.

"Can, kau tau, serumit apapun masalah kalian, kalian akan tetap menemukan jalan keluarnya" Can menatap lurus Pharm "jangan pernah melepasnya Can, dia mencintaimu, dan kau? Ah kau bahkan menyebut namanya saat tidur" Pharm memutar matanya lalu tertawa.

"ooyyy kau membuatku malu" Can menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"jadi?" Pharm bertanya lagi. Can menghela nafasnya sebelum bercerita.

---flashback on (TinCan story) seminggu yang lalu---

"Tin, siapa, siapa yang ayahmu bicarakan tadi?" Can berdiri membelakangi Tin setelah masuk ke dalam rumah Can. Tin menutup pintu dan menguncinya.

"tenanglah Can, aku..."Tin melingkarkan tangannya dipinggang Can.

"Ping, nama yang disebut ayahmu itu Ping, siapa Ping?" Can memojokan Tin tanpa jeda sedikitpun.

"Can, dia bukan siap-siapa" Tin memutar tubuh Can menghadapnya.

"Tin, kau tau betul aku tidak suka melihatmu terus mengulur apapun yang sedang kau sembunyikan" Tin menelan ludahnya kasar melihat mata Can yang berapi-api.

"Ping, gadis yang dipilih ayah untuk dijodohkan denganku"

*deegghhh* hati Can tergerus habis, matanya terpejam, bibir bawahnya dia gigit kuat-kuat. Can tersenyum, tapi tidak dengan matanya.

"kau sudah bertemu dengannya?" Can menatap lurus kearahnya, Tin tidak menjawabnya, tidak juga mengangguk atau menggeleng. Tapi Can tau betul Tin dengan reaksinya yang seperti ini. Can menghapus air matanya dengan kasar.

"sampai kapan kau akan menyembunyikan ini Tin?" Can tersenyum kecut seraya melepaskan tangan Tin yang melingkar dipinggangnya. Can berbalik dan masuk ke dalam kamarnya. "aku kira ayahmu mulai bisa menerima ku dan hubungan kita" Can berjalan kearah kamarnya "pulanglah Tin, biarkan aku sendiri" Can menutup pintu kamarnya. Tin dengan segera menyusulnya tapi terlambat, Can sudah mengunci dirinya dikamar.

"Can, maafkan aku, buka dan bicaralah, aku mohon" Tin mengetuk-ngetuk pintunya "aku lebih suka kau marah dan memukulku Can" Tin terus berusaha tapi tidak ada jawaban sedikitpun hanya suara isakan yang dia dengar dan itu menyakitkan untuknya.

---flashback off---

Pharm meraih Can kedalam pelukannya, mengusap-usap punggungnya. Can memang orang yang sangat kuat jika kau tidak mengenalnya tapi Pharm mengenal betul Can. Can tanpa menangis sedikitpun, hanya terus menggigit bibir bawahnya dan menghela nafasnya kasar.

"Can, kau mencintainya?"mereka saling bertatap, tentu dengan Can yang merapatkan alisnya "phi Tin, kau mencintainya kan?" Pharm mengulang pertanyaan yang sama.

"Pharm untuk apa kau bertanya! Kau tau betul aku sangat mencintainya"Can melipat tangannya di dada lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"aku tau, aku hanya menggoda, sorry na Can" Pharm terkekeh dan menepuk-nepuk kepalanya

"Can dia juga mencintaimu, kau tau betul soal itu" Pharm tersenyum dan berusaha menenangkan tekanan dalam dirinya yang tiba-tiba muncul, Pharm menutup matanya dan menghela nafasnya lalu melanjutkannya "kalian itu mutual, he love you, you love him, jadi berjuanglah bersama, perjuangkan hak kalian, cinta kalian, hubungan kalian, kebebasan kal—" Pharm tidak kuat lagi menahan serangan secara tiba-tiba ini. Pharm menutup matanya kuat-kuat, menahan nafasnya. Can langsung menolehkan kepalanya saat kalimatnya terputus dan melihat air mata Pharm yang mengalir begitu saja tanpa disadarinya. Tubuh Pharm bergetar hebat.

I Found You (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora