Part 37 - Rumah kita

297 47 4
                                    

"Yerin, ayo bangun dari sana, kamu itu udah sembuh, masih aja tiduran mulu."

Aku melihat pak BaekHyun yang sudah selesai memindahkan semua barang-barang ku ke mobil nya dan aku sendiri masih pw tiduran di sini.

"Lagi enak pak," Ucap ku.

Pak BaekHyun menarik tangan ku yang sedang bermain ponsel. "Ayo cepet, atau saya gendong nih ke mobil." ancam nya. Aku menatap nya. Dia tidak mungkin berani melakukan itu.

"Saya serius Yerin, saya hitung sampai 3, kalau ga bangun saya gendong kamu ke mobil."

Aku masih ingin lihat bagaimana reaksi nya. Aku diam saja sambil melanjutkan aktivitas ku. "Satu."

Aku masih cuek. "Dua."

Masih cuek juga. "Yerin saya serius," Ucap nya sekali lagi. Memang dari tampang nya pak BaekHyun lagi kesal sih.

"Tiga." / "BAPAKK!!!!."

Pak BaekHyun menurunkan ku dari gendongan nya setelah aku berteriak. "Udah saya bilang saya serius, cepet jalan sendiri." Oceh nya. Aku mengambil jaket ku dan memasukkan ponsel ku ke dalam jaket ku. Pak BaekHyun tidak merangkul ku atau menggandeng ku sama sekali karena aku memasukkan kedua tangan ku ke saku jaket ku sendiri.

Akhirnya aku sampai di parkiran. Selama dua hari pak BaekHyun tidak mengajar dan hanya menemani ku di rumah sakit. Jika di pikir-pikir, tanpa pak BaekHyun pasti aku akan sangat kesepian jika sendirian doank di sana, tapi karena ada pak BaekHyun, aku jadi ada teman berantem nya.

"Yerin, ini untuk mu." Pak BaekHyun memberikan ku sebuah coklat. "Saya dengar kamu suka coklat," Sambung nya. Aku tahu, pak BaekHyun pasti bertanya dari Sowon, hanya Sowon yang tahu coklat kesukaan ku.

"Sowon." Gumam ku pelan. Aku mengambilnya dari tangan pak BaekHyun. "Makasih pak." Ucap ku.

"Anggap saja itu hadiah kecil dari saya karena kamu sudah sembuh," Ucap nya. Aku mengangguk. Jika masalah coklat ini, aku tidak bisa menolak untuk memakannya. Pak BaekHyun mulai menjalankan mobil nya keluar dari tempat parkir rumah sakit. Dan aku sendiri, aku menikmati coklat ku sekarang.

"Bapak mau?" Tanya ku. Pak BaekHyun menggeleng. Kita sedang di lampu merah, jadi tidak berbahaya kan kalau aku sedikit menjahili pak BaekHyun. Sebuah ide pun muncul di kepala ku. Aku tidak tahu pak BaekHyun akan suka atau tidak coklat ini, tapi aku mengambil sedikit coklat itu di tangan ku dan memeperkannya ke bibir pak BaekHyun. Dia menatap ku dengan tatapan kaget.

Dia menjilat bibir nya yang terkena coklat itu. "Yerin, jangan jahil di mobil." Ucap nya kesal.

"Enak ga pak?" Tanya ku.

"Iya. Iya enak, kamu kayak anak kecil aja harus di jawab gitu." Ucap pak BaekHyun. Aku tersenyum sendiri karena berhasil membuat pak BaekHyun kesal lagi.

Aku menghabiskan semua coklat itu dan membuang bungkus nya di tempat sampah mobil. Aku pikir rumah nya akan jauh, ternyata rumah nya tidak terlalu jauh dari rumah ku sendiri.

"Ayo turun." Ajak pak BaekHyun. Aku turun dari sana. Kali ini aku merasa tangan pak BaekHyun menggenggam tangan ku. "Jangan pikir rumah ini orang tua saya yang beli, ya memang mereka sih yang milih, tapi yang bayar tetap saya tahu," Bisik nya.

Aku tersenyum. "Kenapa bapak ngomong ke saya masalah siapa yang beli? Antara bapak da ikhlas atau bapak minta saya ganti in juga duit nya?" Tanya ku dengan nada bercanda.

"Kalau bisa bayar 50 50 Yer," Sambung nya. Aku menyikut perutnya. "Akh.. Sakit tahu." Ucap nya sambil memegang perutnya.

"Jangan lebay pak, saya pakai tenaga cewek, masa segitu aja sakit." Ucap ku. Aku meninggalkan pak BaekHyun di luar sana. Dia mengejar ku dan kembali menggenggam tangan ku.

Our Love StoryWhere stories live. Discover now