S&M 17

229 26 2
                                    

Pagi ini Naava kembali sengaja berangkat lebih pagi agar tidak di antar Dimas. Ia merasa tidak enak kepada lelaki baik itu. Saat Naava keluar dari rumahnya ternyata Dimas sudah berdiri disana.

Dengan buru-buru Naava berjalan menghindari Dimas. Ia ingin naik bus saja ke sekolah.

"Naava. Kamu mau kemana?" Dimas mengejarnya.

"Naava mobil aku disana kamu mau kemana?"

Naava masih bungkam. Tidak ingin mengeluarkan sepatah kata pun.

"Naava aku ikut kamu ya?"

Dimas meninggalkan mobilnya begitu saja mengikuti Naava yang berjalan dengan cepat menuju halte bus.

"Naava ayo aku antar."

"nggak usah."

Tepat saat Naava sampai di halte. Bus yang membawanya ke sekolah sampai. Ia langsung menaikinya tanpa perduli Dimas tetap mengikutinya atau tidak.

Ternyata Dimas mengikuti Naava masuk. Meski berjarak beberapa orang diantara mereka. Bus begitu penuh pagi ini hingga membuat Naava dan penumpang yang tidak mendapat kursi terpaksa berdiri.

Ekor mata Naava tidak sengaja melihat Dimas didalam bus yang sama. Lelaki itu masih keras kepala. Sama seperti dulu. Dengan sengaja Naava mengalihkan wajahnya dari Dimas. Sehingga lelaki itu tidak bisa menatapnya. Tapi justru disisi lain ada seorang pria yang menatapnya dengan pandangan yang.... ah Naava tidak mengerti. Yang jelas ia tidak menyukai tatapan itu.

Dimas mengetahui betul arti tatapan pria yang menatap calon tunangannya itu. Ia tidak bisa diam saja disini. Ia juga bisa melihat kalau Naava sedang merasa tidak nyaman.

Naava merasakan pergerakan disekitarnya. Membuat matanya ingin mengetahui siapa yang berdiri didekatnya. Bersamaan dengan Dimas yang berdiri didekatnya. Mata mereka saling bertemu satu sama lain. Dimas berdiri melindunginya dari belakang. Menghindari mata manapun yang menatap calon tunangannya.

Naava merasa lebih tenang sekarang dibanding beberapa saat lalu. Dan Dimas? Dia sudah bilang akan melindungi bidadarinya.

Saat turun dari bus Naava menatap Dimas sebelum ia memasuki gerbang. Terlihat lelaki itu tersenyum ke arahnya. Ia juga balas tersenyum.

Dimas tidak tahan dengan wajah lucu Naava saat tersenyum. Tangannya terulur untuk mengacak puncak kepala gadis itu. "sana masuk." Suruh Dimas.

Naava mengangguk lugu. Kemudian mengulurkan telapak tangan kanannya. Hal yang secara otomatis membuat Dimas bingung. "apa?"

"tangan kanannya mana?" Dimas meletakkan telapak tangan kanannya di atas telapak tangan Naava.

Setelah dengan sempurna tangan Dimas berada di telapak Naava. Ia mengarahkan punggung tangan Dimas pada keningnya. Iya Naava menyalimi tangan Dimas.

Entah kenapa darah Dimas terasa berdesir dengan cepat. Detak jantungnya semakin menggila didalam tubuhnya. Naava benar-benar bisa membuatnya gila mendadak. Bisa nggak sih aku nikahin kamu hari ini. Udah gemes soalnya.

"Assalamu'alaikum calon tunangan."

🕊️🕊️🕊️

"udah dong, Va. Gue yakin calon kakak ipar gue itu sayang banget sama lo. Cinta mati malah!" ucap Vera dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Naava menatapnya jengah. Temannya ini benar-benar antik. Kadang seperti speaker pengumuman sekolah, kadang juga rakus, kadang juga galaknya minta ampun, yang sering juga nggak tau malu. "nih, minum. Awas aja lo keselek." Ucap Naava sambil meletakkan minuman di depannya.

Perjodohan (S&M) ENDWhere stories live. Discover now