12. Flashback

6 4 3
                                    

"Gue ... kenapa bisa ke luar dari kamar mandi? Bukannya gue pingsan, ya?" tanya Reno yang mulai mengalihkan topik. Dia penasaran juga, sih.

Aldo mengingat kejadian tadi pun mendengus kesal. Dia sungguh malas harus berbicara panjang lebar. Namun, menolak pun tak bisa sebab raut Reno sangat kentara penasaran. Dia pun menceritakan peristiwa tadi.

****

Aldo masih menikmati tidurnya. Jujur saja, dia merasa lehernya hampir putus. Oleh karena itu, dia memilih tidur dengan damai agar bisa melupakan sejenak rasa perih di beberapa bagian tubuhnya.

Pantas saja dia merasa badannya sakit semua, ternyata banyak luka di bagian tubuhnya. Entah apa yang terjadi hingga dia mengalami luka seperti ini.

Tidurnya yang damai, mulai terusik. Teriakan dan erangan itu sungguh mengganggunya. Dia mencoba tak peduli, tetapi lama kelamaan teriakan itu makin menggema. Tanpa sadar dia menggeram kesal.

"Argh! Ganggu banget!" kesal Aldo karena tak bisa menikmati tidur dengan tenang.

Segera saja Aldo menekan tombol yang berada di samping tempat tidurnya. Dia sangat ingin mengakhiri suara berisik itu.

Di tengah menunggu perawat datang, dia mendengar sayup-sayup suara orang minta tolong. Suara itu semakin jelas.

"Kalau dipikir-pikir suara itu mirip suara kakaknya, Reno." Aldo bergumam seraya menajamkan indra pendengarannya.

"Astaga, itu beneran suara kakak gue!" seru Aldo mulai merasa cemas. Dia ingin bangkit, hanya saja badannya sungguh lemas tak berdaya.

Dengan panik, Aldo tekan secara terus menerus tombol khusus memanggil perawat datang. Dia tak 'kan berhenti, hingga sang perawat datang. Sungguh dia khawatir, kakaknya tak biasa seperti ini. Dia takut ada sesuatu hal buruk sedang terjadi. Aldo makin kalut, tetapi mereka tak kunjung datang.

"Ck! Sial!" umpat Aldo yang telah kesal.

Tak lama kemudian, datanglah seorang perawat laki-laki. Aldo yang melihat perawat itu masuk dengan wajah cemas langsung menghentikan tingkahnya.

"Kenapa lama banget, hah?!" bentak Aldo pada perawat yang bername tag 'Andi'.

"Maaf----" Belum selesai bicara yang bahkan baru satu patah kata, Aldo langsung memotongnya.

"Cepat periksa kamar mandi!" perintah Aldo disertai tatapan yang mampu menghunus siapapun lawan bicaranya.

Perawat itu tampak gugup. Dia ingin bertanya, tetapi tak jadi sebab Aldo kembali memotong pembicaraannya.

"Cepat!" sentak Aldo yang membuat perawat itu semakin bergetar.

"Ba-baik," jawab Andi gugup.

Dia baru saja berbalik, lantas terlonjak kaget tatkala terdengar teriakan orang yang kesakitan dari arah kamar mandi. Andi tak habis pikir, kenapa suaranya tersirat nada putus asa?

Aldo yang melihat Andi terpaku, seketika amarah membludak di dalam dadanya. Dia sangat khawatir, tetapi perawat ini malah dia bergeming.

"Apa yang kau tunggu, hah?!" gertak Aldo seraya menggeram marah.

Dia tak mau marah-marah karena lehernya terasa sakit. Namun, sepertinya perawat ini harus diteriakin terlebih dahulu baru bergerak.

Andi segera menuju kamar mandi. Langkahnya tergesa-gesa. Akan tetapi, ketika dia ingin memasuki kamar mandi. Kamar mandi itu malah terkunci dari dalam. Andi merasa ragu mendobrak pintu ini. Dia tak mau merusak fasilitas rumah sakit. Namun, jika dia tak segera ambil tindakan mungkin saja ada nyawa yang sedang dalam bahaya.

Dia tak berpikir dua kali lagi tatkala mendengar rintihan orang dari dalam kamar mandi. Segera saja dia dobrak. Untung saja pintu kamar mandi ini tidak terlalu kuat, sehingga dia mudah mendobraknya.

BRAK!

Suara itu menyatakan dia berhasil mendobrak pintunya. Hanya saja, ketika pintu telah terbuka, dia mengernyit.

~Tbc~

Jangan lupa votmennya, ya. Maaf makin gak jelas. Terima kasih.

ImpredecibleWhere stories live. Discover now