54. Lipstik

855 127 9
                                    

Kemarin Jeno pulang sedikit lebih telat dari biasanya. Bahkan ia terlihat begitu lelah sampai-sampai tidur tak mengganti bajunya dan tak makan malam. Jaemin juga tidak tidur dengan Jeno karena ayahnya terlihat benar-benar kelelahan dan belum bangun juga sampai sekarang. Jeno masih terlelap dalam tidurnya, dengan nafasnya yang teratur.

Tidak menyadari jika sejak pagi tadi anaknya menunggu ia bangun disebelahnya. Jaemin juga sempat berlari mengelilingi kamar untuk mengusir rasa bosannya karena Jeno. "Papa..bangun! Papa belum makan.."

"Papa masih ngantuk Na.."

"Makan dulu, terus boleh tidur lagi. Ya ya ya ya ya?"
Jeno terpaksa bangun atas paksaan Jaemin. Betapa terkejutnya Jeno melihat cermin yang memantulkan dirinya,
Wajahnya penuh dengan coretan berwarna merah. "Na.."

Jaemin sudah tidak ada, anak itu sudah kabur dari kamar.
"Na Jaemin! Sini kamu anak nakal!"
Jeno bangkit dari duduknya dengan tergesa-gesa, mengejar Jaemin yang bersembunyi dibalik sofa. "Wah! Ada monster!"

"Na Jaemin! Sini kamu!"Jaemin terus berlari sampai menaiki sofa, berusaha agar dirinya tidak tertangkap oleh Jeno. Tapi sayangnya papanya memang lebih hebat dalam urusan tangkap menangkap, buktinya Jaemin sudah tertangkap olehnya dan ia gendong di bahunya membuat Jaemin tertawa sembari berteriak agar menurunkannya. Tangannya memukul-mukul punggung Jeno dan kakinya terus saja ia goyangkan berharap Jeno menurunkannya.

"Kenapa kamu coret muka papa?"tanya Jeno sembari memukul pantat Jaemin, tidak keras kok hanya main-main. "Bukan Nana, mama yang coret"

"Loh kok mamah, nyalahin"

"Pake lipstik mamah lagi, kamu ya udah dibeliin cat malah coret-coret muka papa pake lipstik"Jeno mendudukkan Jaemin diatas meja sedangkan ia duduk di kursi, menatap Jaemin yang masih cengengesan.
"Kalau coretan nya gak hilang gimana?"

"Biarin.."

"Emang Nana mau dianterin papa yang mukanya kayak gini?"Jaemin menggeleng. Benar juga, tidak mungkin ia diantarkan ke sekolah oleh monster berwajah merah. Tangannya buru-buru meraih kotak tisu dan berusaha menghilangkan lipstik di wajah Jeno. Xiyeon juga merasa aneh kenapa Jaemin bisa mempunyai ide segila itu.
"Papa harus cuci muka"

"Gak bisa hilang"

"Bisa ih!"Jaemin berusaha turun dari meja dan berlari ke wastafel untuk membasahi tisu ditangannya. Dengan telaten Jaemin membersihkan wajah Jeno dengan tisu basah.
"Perasaan ada tisu basah, kenapa harus tisu kering yang dibasahin"

"Habis, aku belum beli lagi"Jeno mengangguk paham, ia menatap Jaemin yang masih berusaha membersihkan wajahnya. "Mama..bantuin Nana"

"Loh, salah sendiri kenapa coret-coret muka papa"

"Mama jahat ih..gak mau bantuin Nana"omel Jaemin, tangannya masih terus mengusapi wajah Jeno yang hampir bersih sekarang.
"Udah!"

"Udah? Masa?"

"Iya, Nana gak bohong"Jeno berdiri untuk melihat ke cermin, memastikan apa perkataan Jaemin benar atau tidak. "Oke sudah bersih..tapi Nana harus dihukum"

"Kenapa? Nana kan udah bersihin muka papa"

"Karena Nana jadi anak nakal hari ini, berdiri di sini gak boleh duduk. Angkat tangannya"Jaemin menurut, dia juga memang sadar kalau hari ini nakal. Sembari menjalani hukumannya Jaemin terlihat mengerucutkan bibirnya, sesekali ia sengaja menggoyangkan tubuhnya agar tidak pegal. Tapi tangannya masih saja pegal.
"Papa..sakit"

"Sakit?"

"Tangannya.."

"Hukumannya belum beres, Nana masih harus seperti itu"

"Nana minta maaf..maaf karena sudah jadi anak nakal"Jeno masih menatap Jaemin tanpa ekspresi. Pria itu berjongkok lalu merentangkan tangannya, memeluk Jaemin begitu anaknya menghampirinya. "Janji gak nakal?"

"Janji! Ayo makan es krim!"

"Heh! Es krim mulu"bukan, itu bukan Jeno tapi Xiyeon. Wanita itu sudah terlihat menyeramkan sekarang. "Gak jadi..papa kita makan roti saja ya?"

***

Karena Jaemin, Jeno jadi harus membelikan Xiyeon lipstik lagi. Menyebalkan memang anaknya itu. Jeno terlihat seperti orang hilang sekarang, hanya duduk menatapi istrinya yang tengah melihat-lihat kosmetik.
"Ini karena mu, Na"

"Bukan Nana..itu karena mama, mama yang pengen beli itu"

"Harusnya kamu gak pake lipstik mama"

"Terus pake apa? Spidol?"Jeno menatap Jaemin horor, tidak terbayangkan olehnya harus berpergian dengan wajah penuh spidol. Jaemin juga terlihat bosan, kakinya mengayun pelan sembari memperhatikan orang yang lewat. "Papa bosan.."

"Sama, papa juga"aku Jeno sembari menghembuskan nafasnya. Tiba-tiba Jaemin melihat anak kecil yang membawa balon berwarna biru. Kepalanya menoleh untuk mencari asal dari mana anak itu dapan balon,
"Papa papa mau balon itu.."

"Balon?"

"Iya, ayo pa..mau balon biru"
Jeno melirik Xiyeon yang masih fokus. Ia menggendong Jaemin dan berlari untuk segera pergi, takut-takut jika Xiyeon akan mengamuk karena meninggalkannya.
"Oh?"Jeno menatap kertas yang ditempel di buah semangka yang cukup besar itu, sedang ada promo.

"Na..mau balon atau mau semangka?"

***

Xiyeon menatap ke belakang dimana Jaemin tengah asik dengan mainannya, lebih tepatnya dengan balonnya.
Jaemin tetap bersikeras ingin balon tapi juga ingin semangka, untungnya balonnya gratis.
"Mau makan diluar?"

"Tanya Jaemin dulu..eh?"
Xiyeon tersenyum melihat Jaemin yang tertidur sembari memeluk balonnya. Saking lelapnya mulutnya sedikit terbuka seakan benar-benar kelelahan.
"Makan dirumah saja, Jaemin tidur"

"Oke.. perasaan dia yang paling ceria dan aku yang kelelahan tadi"

"Ceria juga butuh energi, Jaemin juga tidak makan apapun setelah makan siang tadi.."Xiyeon menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, ia juga mulai mengantuk sekarang. Akhir-akhir ini Xiyeon sering mengantuk jika bepergian, mungkin faktor kelelahan. Menjadi dokter bukanlah hal yang mudah apalagi Xiyeon juga merangkap sebagai ibu rumah tangga yang masih harus menyiapkan makan dan mengurus rumah.
Ibunya pernah menyarankan untuk mencari asisten rumah tangga namun ditolak mentah-mentah oleh Jeno dengan alasan ia juga bisa membantu Xiyeon.

Terakhir kali ia berurusan dengan asisten rumah tangga itu saat masih ada adiknya, setelah itu ia lebih suka memasak sendiri ketimbang meminta tolong. Jeno benar-benar berubah saat itu, tidur melewati jam biasanya, makan tidak teratur, disekolah juga sering melamun.
Namanya juga sedang bersedih kehilangan seseorang yang berharga, tidak bisa asal melupakan begitu saja.

Ditatapnya Xiyeon yang tertidur, wanita yang tidak pernah mengeluh apakah ia lelah atau tidak. "Jaemin beruntung memiliki ibu seperti mu.."

[]

E....yo..

Call Him NanaWhere stories live. Discover now