•03• Perpisahan

9.7K 868 100
                                    

~Aku ingin tidur di kolong ranjang saja. Memintal benang-benang sepi menjadi peta menuju kotamu yang kerap kukunjungi dalam mimpi~

***

“Mah, kita harus bawa Bella keluar negeri untuk mengobati matanya,” ucap Tino yang berada dimeja makan.

Nina menatap suaminya, “Tapi apa Bella mau tinggal disana, Pah. Aku takut dia selalu kangen sama Vino, kamu tau bukan dua anak itu tidak bisa dipisahkan.”

Tino mengangguk, tapi tekad Tino sudah bulat untuk membawa Bella keluar negeri untuk menjalani pengobatan, dia tidak mau anak semata wayangnya harus menderita, Tino menggenggam tangan Nina dan berkata, “Secepatnya kita akan bawa Bella keluar negeri.”

“Tapi pah---”

“Keputusanku sudah bulat, tolong untuk sekali saja turuti perintahku,” ungkap Tino masuk kedalam kamar.

Tanpa disadari Bella mendengarkan ucapan orang tuanya dibalik pintu, dia meraba-raba sekelilingnya dan duduk dikursi.

Tak lama kemudian ada tangan yang mengusap surai rambut Bella, dan Bella tau itu siapa. Dia adalah Vino, karena sentuhan dari Vino berbeda dengan sentuhan orang lain.

“Vin, kamu tau nggak?”

Vino menggeleng kepala, “Nggak, kan belum dikasih tau,” ucap Vino membuat Bella cemberut.

“Bukan itu maksud aku Vin, hemmm aku mau keluar negeri,” ucapnya melihat lurus ke depan.

“Keluar negeri? Aku ikut dong, kamu mau apa disana mau piknik?” tanya Vino menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Nggak tau, pokoknya kata papah, aku mau diobatin, hmmm apa ya namanya?” tanya Bella mengetuk-ngetuk dagunya berpikir.

Vino mengikuti gaya Bella berpikir, “Apa sih!”

“Itu apa namanya aku lupa...korupsi, eh bukan,” ceplos Bella berpikir kembali.

“Apa ihhh, admistrasi?” tanya Vino kebingungan.

“Bukan itu...ahh apa sih terasi...eh bukan,” ucap Bella membuat Vino geregetan.

“Oh iya operasi!” seru Bella.

Vino menatap Bella menganga, ternyata operasi, lantas kenapa Bella lama sekali berpikir tentang kata 'operasi',  Vino menatap wajah Bella yang sedang tertawa lepas, hatinya menghangat.

“Kamu lama nggak diluar negerinya?” tanya Vino penasaran.

Bella mengedikan bahunya acuh, dia pun tidak tahu mau seberapa lamanya dia disana, “Kayaknya sehari cukup deh.”

Vino melongo atas ucapan yang dilontarkan Bella kepadanya sehari? Mana ada keluar negeri sehari, Bella ini ada-ada saja.

Vino menarik tangan Bella agar mengikutinya ke taman belakang, disana udaranya sangat sejuk sehingga Bella merasakan dirinya tiba-tiba menjadi es.

“Ano, dingin,” cicit Bella  memegangi tubuhnya.

Vino berlari meninggalkan Bella dan mengambil selimut yang berada di kamarnya, Vino menyelimuti tubuh Bella dan memeluknya.

“Bell, kalo kamu lagi kangen sama aku, kamu lihat bintang aja terus. Ya, walaupun kamu belum bisa lihat,” ucap Vino merapatkan tubuhnya.

Bella tersenyum, “Vino...kalo kamu sendiri disini, nanti kamu nggak ada yang belain lagi dong, kan aku nggak ada.”

“Pokoknya kamu harus berubah Vin, kamu harus bisa tunjukin ke mereka kalo kamu itu nggak lemah, aku selalu buat kamu kok Vin, yah walaupun nanti jarak kita berjauhan,” lanjut Bella menyandarkan kepalanya.

ALVINO [TERBIT] Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum