Part 3

3K 102 22
                                    

Satu hari sebelumnya.

Kantor Polisi Pusat-Quito.

"Penghargaan polisi terbaik tahun ini jatuh kepada Aaron Callsen," seru pembawa acara perayaan ulang tahun Polisi Nasional Ekuador (Policia Nacional del Ekuador).

Semua orang yang hadir didalam gedung itu bertepuk tangan saat seorang pemuda yang disebutkan namanya tadi beranjak dari kursinya.

Aaron Callsen adalah pemuda 23 tahun yang baru satu tahun ini mengabdikan hidupnya sebagai polisi. Tapi sepak terjangnya sudah diakui oleh semua anggota polisi yang bertugas ditempat yang sama dengannya, dia jujur dan bertanggung jawab. Semua yang dilakukannya tidak pernah melanggar aturan dan selalu menjadi kebanggaan para atasannya.

Aaron melangkah dengan percaya diri menuju panggung, derap langkahnya bahkan mampu membuat para polisi wanita berdebar-debar. Siapa yang tidak akan jatuh cinta kepada pria tampan dan menawan sepertinya? Punggung lebar dan lengan yang kekar itu dibalut seragam polisi, menambah pesona pada dirinya.

Aaron berdiri diatas panggung dengan gagah, Jenderal Rudolf menyerahkan plakat yang berisi sertifikat namanya. Semua orang  bertepuk tangan dan memintanya memberikan kata sambutan, lalu Aaron pun meraih mikrofon yang sudah disediakan panitia acara.

"Terima kasih untuk Jenderal Rudolf dan para senior yang sudah membimbing dan membantuku selama bertugas untuk negara ini. Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa. Menjadi polisi adalah impianku sejak kecil dan ibuku selalu memberi dukungan, karena mendiang ayahku juga seorang polisi. Karena itu penghargaan hari ini aku persembahkan untuk mendiang ayahku, Adrian Callsen," ucap Aaron seraya mengangkat plakat yang diserahkan oleh atasannya tadi.

Setelah acara selesai, Aaron diminta menemui Jenderal Rudolf diruang kerjanya.

"Sir." Aaron memberi hormat kepada Jenderal Rudolf.

"Duduklah." pinta Jenderal Rudolf.

Aaron duduk di kursi yang ada dihadapan atasannya itu.

Jenderal Rudolf membuka laci mejanya, lalu mengambil sebuah amplop.

"Ini hadiah atas kerja keras mu satu tahun ini." Jenderal Rudolf memberikan amplop itu kepada Aaron.

Aaron hanya diam menatap amplop itu.

"Itu bukan suap," seru Jenderal Rudolf, dia paham kalau Aaron adalah petugas polisi yang jujur dan bersih. Sama halnya seperti dirinya, sejak muda tidak pernah melanggar sumpahnya saat ingin menjadi penegak hukum.

Aaron tersenyum canggung lalu mengambil dan membuka amplopnya.

Terlihat sebuah kunci dan kertas yang berisi tulisan nomor 12 dan juga alamat perumahan di Distrik A.

"Apa ini?" tanya Aaron.

"Aku tahu selama ini kau masih menyewa rumah yang ada di distrik D. Ajak ibu dan adikku pindah ke alamat itu," ucap Jenderal Rudolf.

"Itu kawasan perumahan petugas polisi. Jangan khawatir, kau pantas mendapat hadiah itu karena kontribusi yang kau berikan satu tahun ini sangat luar biasa." lanjut Jenderal Rudolf.

Aaron menatap kunci rumah itu, hatinya bimbang ingin menerima atau tidak hadiah yang diberikan atasannya itu. Selama ini dia bersama ibu dan juga adik perempuannya hanya mampu menyewa sebuah rumah petak dengan harga yang cukup tinggi. Bukan karena pelit, tapi Aaron menghabiskan semua gajinya untuk perawatan adiknya yang terkena penyakit langka.

Aaron menghela nafas. "Terima kasih, Sir," ucap Aaron.

Jenderal Rudolf tersenyum simpul.

12. Love or Hate (THE END)Where stories live. Discover now