·ꔛ·ꔛ·ꔛ·ꔛ·
"Jadi, lo pindah kesini gara-gara apa, Kal? Biasanya sih orang pindah di semester dua karena ada masalah. Tapi.. gue yakin sih lo anak baik-baik, secara cara ngomong lo aja aku-kamu. Gak ada bahasa gaulnya banget."
Meskipun berbicara panjang lebar, Sandara masih tetap memakan mie ayamnya dengan nafsu. Bahkan, entah sudah berapa kali dia menuangkan beberapa sendok sambal di mangkuknya.
Melihat kejadian ini, Kala jadi melihat masa depan bahwa Sandara adalah maniak sambal.
"Aku pindah karena pekerjaan, ayah, Ra."
"Ohh pantes. Tuhkan gue bilang, lo mah gak cocok buat ribut."
"Hahaha, iya deh. Tapi, apa kamu gak salah terus tuang sambel di mie ayam kamu? Itu.. merah banget" Kala menatap ngeri saat melihat lautan sambal di mangkuk Sandara.
Sandara menghela nafasnya sambil mengusap keringat di pelipis dan menyeruput jus buah miliknya. "Alah, ini mah gak seberapa. Lo coba aja sambelnya, gak pedes."
Dengan segera, Kala menggelengkan kepala dan melambai begitu Sandara hampir menuangkan sambal di mangkuknya.
"Gak usah! Hahaha! Aku bisa sendiri!"
Sandara mengangkat bahunya, lalu menuangkan sendok sambal yang ia pegang ke dalam mangkuknya. Membuat Kala semakin bergidik ngeri.
Sandara benar-benar maniak sambal! Kala jadi tidak tega dengan perut Sandara.
Begitu mereka menikmati makan siang di kantin, tiba-tiba saja, seluruh orang saling berbisik dan membuat makan siang Sandara juga Kala terganggu.
Kala segera melirik ke arah samping kanan dan kiri untuk melihat siapa yang orang-orang ini bicarakan. Sempat tercekat beberapa waktu saat mengetahui siapa yang para murid ini bicarakan, Kala segera menunduk lalu menutup wajahnya dan membuat Sandara menoleh heran.
"Lo kenapa?"
Kala menatap Sandara lalu menempelkan jari telunjuknya di depan bibir. "Shhtt!"
"Lah lo aneh!"
Begitu Sandara kembali melanjutkan makan, Kala sedikit menghela nafas saat para murid disini berhenti berbisik. Dia melirik kebelakang, syukurlah, orang itu tidak ada.
Begitu aku kembali melanjutkan makan siangku dengan damai, tiba-tiba saja, seseorang datang menghampiri tempat duduk kami. Aku melirik kearahnya, sambil menukik alis saat dia mengelus rambut Sandara.
"Eh sayang, lagi maem mie ayam? Bagus, merah banget kaya darah kambing." Katanya dengan nada mengejek.
Sandara langsung merubah ekspresinya dan menyengir. Dia langsung mendorong mie ayam itu kehadapan Kala, lalu menatap pemuda itu dengan senyum lebarnya.
YOU ARE READING
DEEPER EXCEPT | Lee Heeseung
Teen FictionSemuanya tentang Kalana yang selalu saja salah menemukan cinta di dalam kehidupan remaja nya yang kelam. Kala tidak terobsesi dengan cinta kok, hanya saja, Kala selalu salah menyimpan hati di orang yang tidak tepat. Sampai akhirnya setelah kepindaha...