Bab 2

418 60 22
                                    

Seokjin melangkahkan kakinya dengan malu-malu menuju ke aula besar Bighit Art University. Salah satu kampus swasta yang terhitung elit di Korea Selatan.

Ia sendiri merupakan murid baru penjurusan seni kriya dan ini adalah hari pertamanya. Seokjin berhasil masuk dengan nilai yang memuaskan maka dari itu ia mendapatkan beasiswa untuk berkuliah. 

Kalau saja Seokjin tidak mendapatkan beasiswa itu maka bisa dijamin kini ia sedang membantu ibunya berjualan buah di pasar dan meninggalkan mimpinya sebagai seniman.

Seokjin berasal dari Anyang dan bisa dibilang kehidupan keluarganya sederhana. Kadang pas terkadang juga kurang, namun tidak benar-benar membuat mereka harus berhutang kesana kemari. Ibunya adalah seorang pedagang buah di pasar dan ayahnya merupakan seorang pengantar pos. Berkuliah awalnya serasa tidak mungkin namun beruntung ada tetangga baik yang meyakinkan pada kedua orang tuanya untuk mengizinkan Seokjin kuliah bahkan memberitahukan banyak hal mengenai beasiswa.

Ia sebenarnya minder saat melihat teman-teman sejurusannya yang menggunakan pakaian bermerek. Mereka benar-benar menunjukan dirinya sebagai seorang seniman yang edgy dan artsy dengan baju beraneka gaya dan kemeja yang berwarna-warni. Berbeda sekali dengan dirinya yang hanya mengenakan kemeja putih sederhana dengan jeans biru muda ibunya beli sebelum ia datang kemarin. Kebanyakan dari mereka mengenakan sepatu vans terbaru yang Seokjin tau itu tidak murah baginya. Sedangkan ia hanya mengenakan sepatu hitam tak bermerek yang dulu ia gunakan untuk sekolah.

Seokjin menjaga dirinya tetap ada di belakang agar tidak terlihat

Bugh

Seokjin berbalik dan mendapati seseorang yang kurus kering dengan kulitnya yang sangat putih sedang menatapnya. Dari semua seniman itu ia merasa tampilan orang ini masih lebih membumi dan manusiawi dengan kemeja merah hitam dengan jeans hitam. Ia terlihat mengenakan vans hitam butut dengan tas yang robek di bagian lengan.

"ah mian" ujar Seokjin dengan terburu.

"santai saja" ujar pria yang memiliki tinggi yang sama dengannya. Sedikit lebih tinggi kalau orang itu benar-benar mau memperbaiki prosturnya dan berjalan tegap.

"maafkan aku terlalu gugup sehingga menabrakmu. Aku Seokjin jurusan seni kriya"

"aku Yoongi jurusan music" ujarnya membalas jabat tangan yang Seokjin tawarkan. 

Mereka berdua tak menyangka bahwa jabat tangan sederhana itu menjadi awal mula keduanya menjadi sangat dekat.

... 

Seokjin membuka matanya saat matahari sudah mulai muncul. Ia sebenarnya tak benar-benar tidur dari tadi. Ia susah tidur di tempat baru ditambah dengan ia masih sedikit khawatir dengan Yoongi, sedikit. 

Ia kembali masuk dan mengecek keadaan Yoongi yang ternyata masih tertidur pulas. Sungguh sebenarnya Yoongi ini hanya butuh tidur. 

Seokjin kembali melihat HP Yoongi yang sedari tadi bergetar dengan nama "Park Jimin" sebagai penelepon. Ia tak mengenal siapa Park Jimin, ia tentu bukan teman mereka berdua karena ia mengenal semua teman Yoongi. Walaupun ia terlihat pendiam Yoongi sebenarnya orang yang cukup senang bercerita apabila bertemu dengan orang yang tepat. Seokjin berhasil mendapatkan kehormatan itu dan mendengar seluruh kisah hidup Yoongi termasuk juga teman-temannya. Ia yakin orang ini adalah orang baru di hidup Yoongi dua tahun belakangan. 

Dengan ragu ia memencet tombol hijau dan mendengar suara seseorang yang ada di seberang. 

"Yoongi-aa, bangun chagi katanya ada rapat pagi hmm?" 

MY EXWhere stories live. Discover now