Bab 3

464 72 28
                                    

"Jungkook nanti minta tolong ini diplitur lalu tolong juga buat diampelas karya yang ini dan jangan lupa carikan aku kayu gelonggongan dengan diameter 30 cm" 

"kak sudah aku mengerti, kau sudah meninggalkan catatan begitu banyak untukku aku bisa baca sendiri. Nanti kalau tidak paham kan bisa menelepon?"

"ya kan mumpung aku di sini" 

"yasudah terserahmu kak, tapi ingat ya aku tak akan mengangkat teleponmu" 

"kenapa begitu sih Jeon" 

"liburan kak, kau butuh liburan. Everything gonna be ok, pergi tiga hari tak akan membuat studio ini menghilang. Ayolah kau ini jangan kaku seperti kayu yang belum diukir, pokoknya aku hanya akan membalas kalau aku yang menghubungimu pertama kali" 

"Pastikan kalau ada apa-apa kau harus mengabariku" 

"iya aku janji" 

"sudah, itu Kak Namjoon sudah datang" ujar Jungkook sambil menunjuk Namjoon yang terlihat dari jendela studio. Ia tak bisa masuk karena hanya Jungkook dan Seokjin yang mengetahui password studio ini.  

"oke, kau hati-hati ya" 

"kau bisa serahkan semua padaku" 

"jangan lupakan tugas akhirmu juga ya Jeon" hal itu hanya disambut anggukan oleh Jungkook. 

Seokjin dan Namjoon pergi, Jungkook mengantarkan dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya walau ia sebenarnya sedang menagis melihat titipan Seokjin yang maha banyak. Tapi Jungkook tetap senang Seokjin memutuskan pergi, karena Seokjin memang butuh liburan. 

Awalnya ia bekerja pada Seokjin karena seorang kenalan yang mengenalkan bahwa Seokjin sedang butuh seorang asisten dan sejujurnya tidak banyak orang yang mau mendaftarkan diri ke sana. 

Dalam lingkungan seniman Seokjin terkenal memiliki kepribadian yang keras dan kuat menjurus ke keras kepala sekalipun ia adalah submissive. Banyak yang mengatakan bahwa bekerja dengan Seokjin merupakan simulasi masuk neraka karena ia memang bekerja bagai banteng dan jarang sekali istirahat. 

Jungkook awalnya hanya coba-coba, ia kala itu sedang butuh uang. Untuk masalah tidur dirinya memang punya jam tidur yang berantakan jadinya tak masalah. Satu lagi, tanpa dipungkiri Jungkook tertarik dengan kecantikan yang dimiliki Seokjin  dibalik citranya yang kepala batu. Ia memiliki kecantikan bak dewi aprodhite tapi memiliki kepribadian seperti dewa hepaistus. 

Banyak orang yang membahas kecantikan Seokjin dan diam-diam di dalam  lingkaran pertemanan seniman banyak dari mereka yang memiliki foto Seokjin di dalam HP mereka entah dijadikan sebagai muse atau yang lain. Ia itu memiliki aura misterius yang sensual walau ia hanya diam ia bisa menarik perhatian beberapa orang untuk menidurinya. Hal itu sudah jadi topik pembicaraan dimana-mana hingga Jungkook sangat hafal. 

Namun setelah ia bekerja dengan Seokjin perlahan ia sadar akan sifat Seokjin yang sebenarnya. Ia adalah seseorang yang rapuh, Seokjin bekerja tanpa henti bukan karena mengejar kesempurnaan ia selalu khawatir dengan semuanya maka ia selalu bekerja. Ia juga sebenarnya sangat polos dan dalam beberapa sisi ia adalah pemikir yang sederhana ia tidak se eksklusif kelihatannya.

Dan yang paling penting ia sangat pengayom ia memiliki sifat keibuan yang tinggi dan apabila kau sudah mengenalnya kau tidak akan kekurangan perhatian karena sikapnya yang selalu memastikan dirimu baik-baik saja. 

Rasa sayangnya terhadap Seokjin tumbuh, ia sudah menganggap Seokjin sebagai kakaknya sendiri. 

... 

"aku membawa kue beras untuk keluargamu. Apakah itu berlebihan? aku juga membelikan melon" 

"tidak Namjoon, kau hebat kali ini. Tapi lain kali kau tak perlu membelikan Melon Yubari King puluhan juta itu. Ibuku pedagang buah aku dulu makan melon sampai mau muntah dan rasa buah melon kan begitu-begitu saja. Sampai kapan sih kau akan membuang-buang uangmu." 

MY EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang