0.5

568 90 11
                                    

⚠️ada pasang, ada surut⚠️

Baru dua hari yang lalu ia bersenang-senang dengan kekasihnya di taman bermain yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan 'calon mertua' secara dadakan—walaupun hubungan kedua sejoli ini masih belum siap untuk si mungil utarakan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Baru dua hari yang lalu ia bersenang-senang dengan kekasihnya di taman bermain yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan 'calon mertua' secara dadakan—walaupun hubungan kedua sejoli ini masih belum siap untuk si mungil utarakan. Kini Soonyoung harus kembali menekuni kehidupan mewahnya yang memuakkan.

Acara sudah berlangsung sedari satu jam yang lalu. Lounge utama dipenuhi para tamu undangan yang hadir mengenakan pakaian mewah. Mereka berbincang dan saling melempar senyum. Senyum yang hanya ditunjukkan di hadapan orang lain, menyembunyikan perasaan dan pemikiran yang sebenarnya. Senyuman palsu, senyuman yang dipaksakan. Dan ketika tak ada yang melihat, mereka akan menyumpah-serapahi siapapun yang bagi mereka mengesalkan. Sudah biasa. Soonyoung sudah biasa dihadapi manusia dengan karakter se-toxic itu.

Kini, entah untuk keberapa kalinya, orang semacam itu kembali berinteraksi dengannya. Kekehan formalitas kembali terdengar seiring dengan untaian kalimat yang disampaikan. Begitu juga dari bilah bibir Soonyoung. Hal yang paling dibencinya dari kehidupan mewah ini: kamuflase.

Tubuhnya memang berada di antara kerumunan para klien penting, namun netranya terus mengikuti pergerakan kekasihnya. Satu-satunya motivasi bagi dirinya untuk tetap berada di sini bersama para individu toxic. Interaksi yang terjadi tak didengarnya, seakan indra pendengarannya buntu hanya dengan pemandangan pria mungil itu. Sesekali, untuk meredam kecurigaan, ia menyemat senyum kecil selagi menganggukkan kepala dan mengarahkan atensi pada pria-pria berjas yang berkerumun di standing table itu.

Pemuda yang sedari tadi diperhatikan berjalan kemari. Mendekati para petinggi bisnis dengan nampan yang diisi tiga gelas champagne yang sebelumnya sudah dipesan salah satu penghuni meja itu. Senyum kecil tersemat saat netranya bersitatap dengan milik si pewaris perusahaan. Lalu keduanya mengalihkan pandang.

Tiga gelas champagne berpindah tempat. Nampan hitam itu kembali diisi gelas-gelas kosong. Pergerakan Jihoon profesional, seakan-akan darahnya tak berdesir hebat dan jantungnya tak berdetak lebih cepat karena lirikan tuan besarnya. Apalagi, kini ia berdiri tepat di samping Soonyoung yang menenggak habis tequilanya dan meletakkan gelasnya di atas nampan senatural mungkin. Jihoon membungkukkan sedikit tubuhnya sebelum berpindah mengangkat gelas-gelas kosong di meja sebelah.

"Ayah." Suara wanita muda mengalihkan atensi para pria berjas.

Salah satu pria paruh baya yang Soonyoung yakini adalah ayah dari wanita itu menuntun wanita itu agar lebih mendekat. Atensinya kembali ke meja. "Perkenalkan anak sulung saya, Jung Eunha."

Senyum Eunha terulas. Tubuhnya membungkuk sopan, menyapa setiap pria berjas yang mengelilingi meja tinggi berbentuk bulat itu.

"Calon istri dari putra bungsu Tuan Kwon." Pria itu kembali bersuara yang membuat putrinya tersenyum pada Soonyoung.

Putra bungsu Tuan Kwon? Aku?! "Tunggu— apa? Ayah?" Kedua matanya membola. Kedua bilah bibirnya terpisah. Wajah ayahnya yang menganggukkan kepala, membenarkan situasi ini, memenuhi pandang. Klien penting beserta rekan bisnis yang mengelilingi meja itu berseru menggoda. Yang membuatnya semakin dilanda kegugupan dan kepanikan adalah pemandangan punggung pria mungil itu yang menjauh dengan cepat. Helaan napas gundah lolos dari bilah bibirnya.

;;;

Kedua maniknya sempat melirik jam di nakas. Hampir pukul dua belas malam.

Piyama biru sudah terpakai. Headband yang bertengger di kepalanya, menahan poninya, dilepaskan setelah rutinitas skincare tuntas dilaksanakan. Dengan sepatu tidur yang berwarna senada dengan piyamanya, kedua tungkainya menapak lantai kayu berjalan menuju kasurnya. Kedua tangannya menyisir poni basahnya ke depan, mengganggu sedikit penglihatannya.

Punggungnya sudah lengket pada kasur empuknya. Guling yang tadinya diletakkan di dekat jendela ditempatkan di atas tubuhnya dan dipeluknya. Tertumpu pada bantal, kepalanya menghadap ke plafon kamarnya. Pikirannya mulai berkelana, memutar ulang kejadian-kejadian dua hari ini.

Mulai dari ia yang bangun lebih pagi dan berpindah lokasi ke kamarnya agar tak ketahuan penghuni rumah lainnya—ia luluh dengan sikap manja kekasihnya malam itu dan berakhir tidur bersama dengan lengan kekar kekasihnya melingkari pinggangnya. Berlanjut ke sesi cerita dan kencan mereka. Sampai kembali menjadi dua individu yang berpura-pura tak ada hubungan apapun di depan para eksekutif. Termasuk ucapan yang tak sengaja didengarnya tadi. Ucapan yang kini membuat jantungnya terasa diremas kuat-kuat. Sedikit membuatnya kesulitan bernapas dengan normal.

... Jung Eunha, calon istri dari anak bungsu Tuan Kwon.

Sebagian kecil dirinya tau hubungan yang dijalin ini akan kandas tak lama lagi karena Tuan Kwon sudah memintanya untuk menjauhi putranya. Dirinya hanyalah penghalang bagi Soonyoung untuk menjalankan hidup dengan benar. Tak seharusnya ia jatuh pada pesona tuan mudanya itu. Tak seharusnya ia luluh dengan perjuangan si kekasih untuk mendapatkannya beberapa bulan lalu. Seharusnya ia tau lebih awal bahwa inilah akhirnya. Dirinya hanyalah rakyat rendah. Berbanding jauh dengan kekasihnya yang terlahir menduduki strata sosio-ekonomi tinggi. Jadi, seharusnya Jihoon tidak mengucurkan air mata seperti sekarang ini, kan?

Air yang menuruni pelipisnya dihapusnya setelah indra pendengarannya menangkap suara ketukan di pintu. Tubuhnya secara tak rela dipisahkan dari kasur, lalu berjalan menuju pintu sembari menggerutu, "Aih, pasti Minghao lupa membawa kunci lagi."

Kunci pintu yang tertancap diputar. Membebaskan kotak besi itu dari kusen pintu. Pintu kayu itu ditarik ke dalam. Memperlihatkan seseorang yang untuk sekarang ini tak ingin ditemuinya. Seseorang yang membuat kedua matanya kembali memanas.

 Seseorang yang membuat kedua matanya kembali memanas

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

author's note:
sebenernya aku insecure sama work kali ini, jadi aku mau nanya dong. apa work ini ngebosanin? apa work ini terlalu lebay? atau sudah cukup realistis? atau ada pandangan lainnya?


©munwaves, 2020

elliptical orbit [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora