0.6

482 88 10
                                    

Knop pintu ditekan dengan kasar sebelum pintu itu terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Knop pintu ditekan dengan kasar sebelum pintu itu terbuka. Pemuda itu langsung saja melenggang masuk. Tungkainya menapak kayu mahoni kamar utama yang ditempati ayah dan ibu tirinya.

"Apa maksud Ayah?"

Pria tua yang sedang melepaskan jasnya itu menoleh dengan tatapan datar. Ia tau yang dibicarakan adalah perjodohan dadakan tadi. Raut wajah penuh amarah memenuhi pandang. Sempat terkejut dengan netra tajam putranya yang kini menghunus dirinya. Sibuk mengurus perusahaan hingga titik ini membuatnya tak menyadari perkembangan anak bungsunya yang sudah sedewasa ini.

"Apa maksud Ayah menjodohkanku?" tanyanya lagi.

Pria tua itu menghela napas. "Ini untuk kebaikanmu, Soonyoung."

"Apanya yang untuk kebaikanku kalau secara tak langsung Ayah memisahkanku dari kekasihku?" tanyanya sinis. Kepalan tangannya menguat. Napasnya tersengal akibat api dalam dirinya yang terus diberi oli.

"Jaga nada bicaramu, Kwon Soonyoung." Sang ayah berucap santai. Pria tua itu bahkan sempat menenggak habis botol airnya yang terletak di meja kerjanya.

Kontras dengan api dalam dirinya, rautnya berubah tenang sementara netra indahnya seakan bersinar ditimpa sinar rembulan dari luar sana. "Aku minta maaf, Yah, karena mengecewakanmu dengan seksualitasku. Karena Ayah tau tentang kekasihku melalui mulut orang lain, bukan dariku. Tetapi, aku tak bisa menerima perjodohan ini."

Raut wajah sang ayah melembut. Hampir saja pertahanan dirinya runtuh mendengar nada penuh rasa bersalah itu. Kau tak perlu minta maaf, Nak. Tetapi, ini harus dilakukan.

Sang ayah memalingkan wajah. Sengaja menggantungkan jasnya di sandaran kursi agar dirinya tak terlihat kaku. "Terima perjodohan itu. Kau akan mencintainya seiring dengan berjalannya waktu. Ayah tau kau juga tertarik dengan wanita."

Api kembali berhasil tersulut. Ia tak suka dengan pandangan itu. Tak suka dengan bagaimana ayahnya menyepelekan cinta dan perasaannya. Maka tanpa sadar, bibirnya melontarkan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang selama ini tak pernah dibagikan kepada siapapun, termasuk lelaki mungil favoritnya. "Aku harus hancur berapa kali, Yah, supaya Ayah puas?"

"Apa—"

"Ayah yang membunuh Ibu!"

"Ibumu secara tak langsung membunuh dirinya sendiri," katanya tegas, walaupun raut sedih secara sekilas tertangkap manik Soonyoung.

"Ibu tau Ayah menjalin hubungan di belakangnya dengan wanita ini," katanya. Jari telunjuknya mengarah ke wanita yang sedari tadi terduduk diam, tak berani ikut campur dengan masalah ayah-anak ini.

"Jaga sikapmu! Ayah tak pernah—!"

"Ibu rela meninggalkan dunia demi Ayah. Ibu tau hati Ayah bukan lagi untuknya. Ibu pergi karena Ibu tak tahan dengan Ayah yang dengan lancangnya menebar romansa dengan wanita ini, bahkan di hadapannya saat Ibu berkunjung ke kantor." Suaranya menggeram, sarat akan amarah yang berusaha ditahannya. "Ibu rela menyerah menggapai cita-citanya, mencintai Ayah dengan segenap hatinya, menikahi Ayah. Namun, perselingkuhanlah yang Ayah beri.

elliptical orbit [✓]Where stories live. Discover now