bila suka, jangan lupa vote dan comment. gue suka bgtt bacain comments kalian. kalian bingung yaa mau comment di bgian mana? hahahahaha yaudaa gue ngertii. btw makasii udh mampir🧡🧡
i hope you enjoy my work.
happy reading~
Lee Heeseung, pekerja kantoran yang tidak lama ini ditinggal istrinya. Sang mantan istri pergi meninggalkannya demi seorang pria yang sudah lumayan tua dan kaya, yang jelas lebih kaya dari Heeseung. Sang mantan istri juga meninggalkan bayi mereka begitu saja setelah mereka resmi bercerai. Karena Heeseung merasa ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan dan anaknya, Satu-satunya cara adalah dengan mempekerjakan baby sitter. Ia tidak ingin merepotkan ibunya untuk menjaga si kecil. Ia tahu bahwa ibunya sangat menyayangi cucunya alias si kecil. Tapi, ibunya juga harus mengurus ayahnya yang belakangan ini penyakitnya kambuh.
Baby sitter itu sudah cukup lama bekerja di rumahnya. Sudah sekitar 3 bulan ia bekerja. Karena jam pulang dan pergi Heeseung suka tidak sesuai, ia menyarankan si baby sitter untuk menetap saja di rumahnya dan diberi kamar tepat di sebelah kamarnya agar memudahkan si baby sitter untuk menenangkan anaknya, panggil saja Jacob, ketika terbangun dan menangis keras-keras.
"Sunghoon, kemari" Si baby sitter, diketahui bernama Sunghoon, ia menoleh lalu menidurkan Jacob (anak Heeseung) di kasurnya, dan mendekati Heeseung yang sedang sibuk mengetik sesuatu.
"Ada apa tuan?"
"Panggil aku 'hyung'. Kenapa kau terlalu menghormatiku?" Heeseung menghentikan kegiatan mengetiknya dan menatap Sunghoon.
"M-maaf, tapi memang seperti itu seharusnya aku memanggilmu t-tuan" Sunghoon sedikit menunduk dan mencoba melawan rasa gugupnya. Heeseung bangkit dan berjalan ke depan Sunghoon yang terus menunduk.
"Jadi aku ini tuanmu, hm? Heeseung menaikkan dagu Sunghoon, dan memeluk pinggang rampingnya, agar mendekat.
"T-tuan, ah, maksud saya, hyung" Sunghoon menahan tubuh Heeseung agar tidak mengungkungnnya.
"Begitu lebih enak, lagipula umur kita hanya terpaut setahun kan? panggil hyung saja, panggil sayang juga boleh" Heeseung tersenyum jahil, membuat Sunghoon memukul dada Heeseung cukup kencang.
"Aww! Kau serius memukulku hahaha. Tapi, aku pun serius"
"Serius? Apa?"
"Panggil sayang, ku rasa kau cocok untuk menjadi pendampingku"
"M-maaf?"
Heeseung menghela nafasnya pelan.
"Caramu merawat anakku, cara tulusmu tersenyum, bermain dengannya. Dan menyiapkan semua kebutuhanku sebelum berangkat ke kantor. Ya, kurasa kau memang cocok"
"H-heeseung hyung" Sunghoon terpana. Ia mematung di tempat. Ucapan Heeseung barusan sukses membuat pipinya memerah padam.
"Aku anggap itu sebagai, IYA" Heeseung mencuri ciuman sekilas di bibir Sunghoon dan kembali mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda. Sunghoon? Ia sudah sangat kegirangan di kamarnya.
"Sayang, dimana kaus kaki ku?"
"Di laci lemari"
"Aku sedang mencari di laci lemari tapi tidak ada" Heeseung terus mengobrak-abrik laci lemari hingga berantakan di lantai.
"Tunggu sebentar, aku selesaikan dulu memakaikan seragam Jacob. Nanti aku ke sana"
Beberapa menit kemudian, dengan Heeseung yang terus mencari kaus kaki.
"Apa sudah kete- yatuhan. Kenapa semua berserakan di lantai?" Sunghoon memandangi lantai di sekitar lemari yang dipenuhi barang-barang dari laci.
Dengan sabar Sunghoon mencarikan kaus kaki Heeseung yang tidak ketemu sejak tadi.
"Ini" Sunghoon menyodorkan kaus kaki itu pada Heeseung.
