Sweet : Rutinitas Baru

1.3K 275 248
                                    

Sejak perceraian yang dialaminya beberapa bulan lalu, Seongwu telah berniat untuk menutup hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak perceraian yang dialaminya beberapa bulan lalu, Seongwu telah berniat untuk menutup hati. Jatuh cinta dan mengikat janji sehidup semati ternyata tidak menjamin bisa membawanya menuju ke happy ending atau happily ever after yang dia bayangkan.

Bagi Seongwu, jatuh cinta seperti lompat dari tebing. Pikirannya akan berteriak bahwa itu bukanlah ide yang bagus, dan pada akhirnya ia hanya akan dihantam dengan rasa sakit dan nyeri.

Tapi kemudian, kenapa kini hatinya seolah percaya kalau dengan melompat itu dia bisa melonjak, meluncur dan terbang?

Atau mungkin, itulah alasan kenapa disebut jatuh cinta?

Pada akhirnya, dia tidak perlu melompat. Seongwu tidak perlu memaksa diri untuk jatuh. Karena nyatanya dia akan jatuh dengan sendirinya.

 

"Aku tahu.. dan aku juga sama."

Senyuman manis terukir di bibir Seongwu setelah mengatakannya.

Sedangkan Daniel terhenyak untuk beberapa saat. Hanya satu kalimat dari Seongwu dan puluhan kata yang dirangkainya langsung lenyap begitu saja. Lidahnya kelu. Entah apa yang semula ia ingin katakan, kini yang teringat hanyalah fakta bahwa jantungnya belum pernah berdetak sekencang ini sebelumnya. "Akuㅡ"

"Cukup, Niel." Seongwu mengulum bibirnya, pandangannya berpaling malu. "Sudah cukup kamu membuat hatiku berdebar, jadi jangan bicara lagi."

Hening untuk beberapa saat.

Daniel merasa tidak setuju. Karena kenyataannya, kini lelaki manis di hadapannya itu yang malah membuat hatinya berdebar.

"Tanpa kamu mengatakannya, aku tahu." Seongwu kembali bersuara.

Daniel menggeleng. "Tapi.. kamu belum mendengar semuanya."

Dibalas begitu, Seongwu jadi tergagap. Rona merah sudah menyelimuti seluruh wajahnya. Satu tangan ia angkat untuk menangkup pipinya, lagi-lagi membuang muka. "Aㅡaku sudah tahu kok."

Melihat Seongwu yang malu-malu begitu, entah keberanian darimana Daniel jadi ingin menggodanya.

"Yakin sudah tahu semua isi hatiku?"

"Mhm..."

"Memangnya bisa tahu tanpa aku mengucapkannya?"

"Iya!"

"Iya apa?"

"Pokoknya iya! Sudah ku bilang berhenti bicara!" Seongwu tidak tahan lagi dan tak segan membekap mulut Daniel dengan tangannya. Wajahnya merah padam. Mungkin sudah seperti kepiting rebus.

Daniel sendiri malah terkikik puas.

Sejauh ini, sosok Seongwu yang dikenalnya adalah sosok ayah yang penyayang, bertanggung-jawab, sosok dewasa yang selalu Daniel kagumi dengan segala sifatnya.

5 Reasons Why | OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang