12. Melarikan Diri

294 59 13
                                    



Jadi esok harinya saat matahari baru saja menampakkan diri sebagai sosok paling bersinar di jagat raya, Hyunjin sudah terjaga dan berlari ke kamar Felix.

"Kita pergi dari sini."

"A-apa?" setengah belum sadar, Felix mengerjapkan matanya yang baru bangun.

"Kita pergi sejauh mungkin. Dimana mereka tidak akan menemukan kita, dan kita memulai hidup yang baru." ucap Hyunjin dengan tergesa dan putus asa.

"Jadi kita kabur begitu saja setelah meminjam uang dari rentenir itu?"

"Ya.. memangnya mau bagaimana lagi? Kita tidak mungkin membayar cicilan pertama 30juta dua hari lagi, apalagi melunasi semuanya yang lebih dari 200juta."

"..."

"Aku juga masih sayang tubuh dan jariku. Aku masih ingin hidup."


Helaan napas kasar penuh amarah keluar dari mulut Felix, "Kau takut mati ya ternyata? Hah! Makanya, jangan berjanji apapun selagi masih takut pada kemungkinan terburuk!"

Lima belas menit diisi dengan deruan napas tak beraturan, diiringi detik jarum jam yang terasa mencekam. Seperti mencekik Felix agar segera memutuskan.

"Baik. Ayo kita kabur. Apa rencanamu?" Ia pasrah kali ini. Pasrah dengan apa yang kira-kira Hyunjin rencanakan di dalam kepalanya yang sangat keras dan batu.

Hyunjin mengangguk. "Jam 9 nanti, kau pergi beli tiket kereta. Terserah ke manapun tujuannya, asal tidak terlalu dekat. Aku akan mengemasi barang-barang di sini."

Dan dengan itu Felix pergi sesuai perintah Hyunjin.



Felix turun ke jalan raya untuk dua lembar tiket melarikan diri.

Bohong jika dalam perjalanan tangan Felix tidak gemetar dan dingin seperti orang mati, bohong jika perutnya tidak terasa ingin memuntahkan isinya padahal ia belum sarapan.

Jujur saja, Felix tremor dan panik. Sepanjang hidup serba susahnya, baru kali ini ia berdebar sampai sebegininya. Sampai sadar tidak sadar bahwa dirinya sekarang berada di jalan raya yang ramai perkendaraan. Sampai tidak sadar bahwa ia menerobos lampu merah dengan frustasi. Hingga akhirnya kesadarannya dihantam oleh mobil yang melaju dari sisi kanan. Keras dan cepat. Yang berangsur-angsur menutup kesadaran Felix dengan rasa sakit. Felix tumbang.

Hyunjin yang mendapat panggilan dari polisi terkait kecelakaan Felix langsung terjingkat. Jantungngnya berdegub bukan main dan mendung rasa bersalah mulai melingkupinya.

Ia segera berlari ke rumah sakit, dan membuang ponselnya. Ponsel yang menghubungkannya dengan rentenir.


 Ponsel yang menghubungkannya dengan rentenir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melihat Felix yang berbaring tidak berdaya juga membuat Hyunjin tidak berdaya. Felix yang kecelakaan demikian, bukankah adalah karena ide gilanya?

Andai Hyunjin sendiri yang berangkat membeli tiket dan Felix berkemas di rumah. Atau andai ia tidak meminjam uang dari rentenir sialan. Atau andai ia tidak punya ide gila investasi bodoh di perusahaan kolot seperti itu. Andai... andai Hyunjin tidak keras kepala dan memikirkan dampaknya.

Jadi sekarang apa yang harus ia lakukan?

Apa yang harus ia lakukan terkait rentenir dan uang yang harusnya mulai ia lunasi dua hari lagi?

Apa yang harus ia lakukan untuk membayar tagihan rumah sakit Felix?





Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mau sad ending, happy ending, atau iyamisu? Ehhehehe 😆



THE DAY •hyunlix•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang