Batas

1K 95 17
                                    

"Ada batasan untuk segalanya, bahkan untuk cinta."

***

Hari sudah gelap saat BMW hitam milik seorang Suppasit terparkir di tepi jalan. Bunyi kendaraan berlalu-lalang mampir ke telinga dua orang yang berada di dalam mobil mewah itu.

Mew membelai lembut pipi chubby kekasihnya. Matanya tak lepas dari wajah menawan yang kini penuh luka.

Jauh di dalam hatinya, Mew tak rela membiarkan Gulf-nya tidur di tempat pria lain. Rasanya sakit. Ini benar-benar menyiksanya.

"Hanya sementara, Phi." Gulf menggenggam tangan Mew yang berada di sisi wajahnya.

Mew membawa pemuda yang lebih kecil darinya itu ke dalam sebuah pelukan erat.

"Tetap saja. Aku tidak suka," katanya dengan nada merajuk.

Gulf tersenyum kecil dan memainkan ringan ujung rambut kekasihnya, "Beberapa hari saja, Phi."

"Hmmmm."

"Jangan ngambek, na?" bujuk Gulf.

"Tidak bisakah kau tinggal denganku saja?"

"Phi...kita sudah membicarakan ini tadi," lirih Gulf.

"Aku tau...aku tau...tapi aku akan sangat merindukanmu."

Perkataan Mew berhasil membuat Nong kesayangannya itu memerah.

"Ingatlah untuk membalas pesan dan mengangkat panggilan dariku ya, Nong?" ujar Mew dengan nada memelas.

Tawa kecil meluncur dari bibir Gulf sebelum ia mengangguk untuk mengiyakan.

"Eum. Tentu saja, Phi!"

Tangan besar Mew mengelus rambut Gulf dengan penuh kasih sayang, membuat yang lebih muda menikmati perlakuan memanjakan darinya.

"Tapi...kau tidak akan selingkuh dariku kan, sayang?" Mew berbisik mesra tepat di samping telinga Gulf. Nadanya rendah dan menakutkan.

Matanya memicing seperti predator buas yang tengah mengamati mangsa.

Hawa dingin terasa merayap di sepanjang tulang belakang Gulf. Tiba-tiba saja ia merasa kehangatan yang dinikmatinya lenyap berganti dingin yang menusuk tulang.

Gulf gemetaran.

Dengan takut-takut ia menggeleng memberi jawaban yang diinginkan lelaki kekar yang masih merengkuhnya.

Mew melonggarkan pelukannya. Menatap kekasih kecilnya yang kini tak berani bicara. Jemarinya tak berhenti membelai mesra rambut sang terkasih, dan itu membuat Gulf semakin takut setengah mati.

Senyum dingin terpulas di bibir seksi Mew.

"Anak pintar."

Mew medongakkan kepala Gulf, Ibu jarinya dengan lancang mengusap bibir merah milik Gulf. Ah, kekasih kecilnya ini benar-benar menggoda.

Mew sangat mencintainya.

"Cium aku," titah Mew.

Dengan ragu-ragu Gulf mendekat dan menempelkan bibirnya ke bibir sang kekasih. Sebuah ciuman lembut dan menenangkan. Penuh dengan cinta.

Mew memejamkan matanya, menikmati ciuman mesra dari bibir kekasihnya.

Ketika Gulf akan memundurkan kepalanya, Mew meraih tengkuknya. Lelaki itu kembali menekan bibirnya ke bibir Gulf. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ciuman yang dipimpin Mew jauh lebih agresif. Lumatan demi lumatan menyerbu bibir Gulf. Semakin dan semakin kasar. Membuat Gulf kewalahan.

Our Different Beautiful Love Story Where stories live. Discover now