Chapter 5 - Where You Are? (Kamu Ada di Mana?)

8.4K 154 16
                                    

Aleyna Kirania mengendarai mobilnya dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Raut wajahnya terlihat panik, dahi mulusnya terlihat sedikit mengerut. "Sebastian .. apa yang sedang terjadi sama kamu?" ucapnya khawatir.

Sesampainya di rumah sakit, Aleyna mendapati Armand dan orangtua Sebastian sedang duduk seraya menunggu di depan ruang operasi. "Bagaimana keadaan Sebastian, Tante?" tanya Aleyna pada Diandra Aristide, ibu kandung Sebastian.

Diandra menatap Aleyna nanar, "Sebastian masih ada di ruang operasi, Aleyna .. Kondisinya sangat kritis .."

"Bagaimana bisa kondisinya tiba-tiba kritis? Saya baru saja bertemu dengan Sebastian, dan bahkan terakhir kali kami bertemu kondisinya masih baik-baik saja, Tante," ucap Aleyna yang nampak masih belum bisa percaya dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.

Armand, kakak kandung Sebastian, akhirnya beralih angkat bicara. "Sebastian tertembak di bagian dadanya," ucapnya serius.

Aleyna tersenyum getir, "Apa? Tertembak? Kamu tidak sedang bercanda, kan?"

Armand langsung menggeleng, "Tidak, Aleyna." Armand lanjut bicara seraya menatap Aleyna serius, "Polisi sedang menyelidiki semuanya, dugaan kuat hal ini dilakukan oleh orang yang tidak suka dengan Sebastian. Bisa jadi rekan sejawatnya."

"Kalau saja saya terus memaksa Sebastian untuk memilih menjadi penerus perusahaan, ini semua pasti tidak akan terjadi pada dirinya. Ini semua salah saya," lirih Jovian Aristide, ayah kandung Sebastian, dengan raut wajahnya yang terlihat amat bersalah.

"Sabar, ayah, Sebastian pasti akan baik-baik saja," ucap Diandra seraya menenangkan Jovian dan mengelus perlahan pundaknya.

Aleyna lanjut bertanya, "Lalu? Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Armand menggeleng perlahan, "Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang selain menunggu."

"Sebastian ..," lirih Aleyna seraya menatapi lantai rumah sakit yang dingin.

Armand menatap Aleyna iba. "Sabar, Aleyna. Aku ada di sini untuk kamu," ucapnya seraya memegangi pundak Aleyna.

Aleyna hanya tersenyum tipis.

Hampir tiga jam kemudian, seorang dokter yang baru saja selesai mengoperasi Sebastian akhirnya keluar dari ruang operasi. Aleyna, Armand, Diandra dan Jovian langsung menghampiri sang dokter yang rambutnya sudah hampir memutih semua itu. "Bagaimana keadaan anak saya, dok?" ucap Jovian panik.

Sang dokter menatap keempatnya dengan raut wajah yang terlihat amat bersalah, "Kami sudah berusaha semampu kami, tapi maaf, luka tembaknya menembus terlalu dalam bahkan sampai hingga ke jantungnya." Sang dokter terdiam sejenak sebelum kembali bicara, "Tuan Sebastian sudah tidak ada. Saya turut berduka cita."

"Apa?" ucap Diandra dengan raut wajahnya yang terlihat amat terkejut.

"Bagaimana ini bisa terjadi, dokter?! Kenapa dokter tidak mampu menyelamatkan nyawa anak saya?! Kenapa dokter tidak bisa melakukannya?!" bentak Jovian yang terlihat amat kecewa dan sedih di saat yang bersamaan.

Sementara Aleyna, hanya berdiri terdiam di tempatnya. Bibirnya terkunci, seolah-olah tak mampu berkata-kata lagi. Dadanya terasa sesak. Napasnya terasa tercekat. 'Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Ini semua pasti hanya mimpi,' benaknya getir.

Tiba-tiba, sekeliling Aleyna terasa berputar. Kepalanya terasa pening, kedua kakinya terasa amat lemah dan lunglai sebelum akhrinya sekelilingnya berubah menjadi hitam. Aleyna jatuh pingsan saat itu juga.

Armand, yang saat itu berdiri di samping Aleyna, langsung panik seketika dirinya mendapati Aleyna jatuh tak berdaya di sampingnya. "Aleyna?!" teriaknya.

Love Obsession [ON HOLD]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz