18. (Spesial Part) Alvin and Syifa

801 65 1
                                    

HAPPY READING


•••

Syifa pergi ke sebuah minimarket yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Gadis itu lebih memilih untuk berjalan kaki, walau jam sudah menunjukan pukul delapan malam.

Di dalam minimarket, gadis itu memilih beberapa snack dan minuman ringan. Kebiasaan ngemilnya mengharuskan ia keluar minimarket malam-malam.

Dirasa cukup, Syifa berjalan menuju kasir. Membayar total cemilannya.

Syifa keluar dari minimarket dengan satu kantong besar yang berisi snack dan minuman ringan pilihannya.

Setelah berjalan hampir 30 meter dari depan minimarket, Syifa merasa ada yang mengikutinya. Gadis itu memegang tengkuknya, merinding itulah yang ia rasakan. Melihat ke belakang pun ia tak berani. Ditambah suasana jalan yang cukup sepi, hanya satu atau dua pengendara motor saja yang lewat

Syifa pun mempercepat langkahnya. Lima belas meter lagi sampe, batinnya.

Setelah sampai di depan gerbang rumahnya, buru-buru gadis itu masuk dan langsung menutup rapat serta mengunci gerbang.

Syifa berbalik, menyenderkan tubuhnya pada gerbang. Jangtungnya berdetak tak karuan. Untung saja dirinya selamat.

*****

Malam ini Sagara dan Denis sedang berkumpul di rumah Alvin. Tapi bukan kumpul seperti biasanya. Bukan kumpul untuk bermain PS. Tetapi kumpul hanya untuk melihat Alvin yang sedang berguling-guling di kasur seperti orang gila.

Sedangkan Sagara dan Denis tengah duduk di sofa yang ada di dalam kamar Alvin dengan sebuah gitar di pangkuan Denis.

"Lo kenapa sih?" tanya Denis.

Alvin semakin menggulingkan tubuhnya. Tak peduli jika tempat tidurnya berantakan. Ia juga tak mempedulikan pertanyaan dari Denis.

"Gila!" maki Sagara.

Alvin berhenti berguling-guling. Mendudukkan dirinya di tengah-tengah tempat tidur yang sudah seperti kapal pecah. Cowok itu mengerang frustasi.

"Lo kenapa sih? Dari tadi guling-guling gak jelas, herman gue!" tanya Denis jengah. Sebab sudah 20 menit cowok itu melihat sahabatnya berguling-guling di atas kasur tanpa ada alasan yang jelas.

"Heh bapak gue ngapain dibawa-bawa! Dasar lo anaknya Rudi!" omel Alvin. Ya memang Herman adalah nama ayah Alvin. Herman Vernando. Sedangkan Rudi adalah nama ayah Denis. Rudi Bagaskara.

Sagara yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Jika sudah saling mengejek nama orang tua, tidak akan ada ujungnya.

"Gue anaknya Pak Wira, gue diem." sahut Sagara cuek.

"Gak nanya!" ucap Alvin dan Denis serentak.

"Santai napa sih? Kenapa malah pada sewot?!" Sagara yang merasa terdzolimi hanya mengelus dadanya, sabar.

"Lagian lo kenapa sih Vin? Dari tadi guling-guling gak jelas, kaya orang gila tau gak?!" Sagara sudah sangat-sangat jengah melihat Alvin.

Alvin membenarkan posisi duduknya, bersiap untuk bercerita.

"Tiga jam lalu gue lagi chattingan sama Syifa,"

"Terus?" potong Denis.

"Jangan dipotong, goblok. Gue belum selesai ngomong!" sewot Alvin.

"Ampun bang jago!" ujar Denis bernada sambil menangkupkan kedua tangannya.

Sagara hanya terkekeh melihatnya.

"Terus Syifa ijin buat mandi katanya, tapi sampe sekarang belom bales chat gue lagi. Gue kan kangen." ujar Alvin.

Tawa Sagara dan Denis meledak begitu Alvin menyelesaikan kalimatnya.

"Ngapain lo pada ketawa? Gak ada yang lucu, nyet!" Karena kesal, Alvin pun melempar kedua bantalnya ke arah sahabatnya dan berhasil mendarat di wajah dua cowok itu.

Sagara menormalkan tawanya. Sedangkan Denis masih tetap tertawa tiada henti.

"Lo kok bucin? Emang Syifa siapanya lo?" tanya Sagara yang masih menormalkan tawanya.

Alvin menggaruk tengkuknya. Benar juga kata Sagara, memang dia siapanya Syifa.

"Sadar diri dong, bego!" sindir Denis, cowok itu kembali tertawa.

Alvin menanggapinya dengan tatapan sinis.

"Ya lo coba telpon dong!" saran Sagara.

"Gak diangkat." balas Alvin.

"Ya emang lo-nya aja yang gak penting!" sahut Denis, lagi-lagi cowok itu tertawa. Diikuti Sagara.

"Sialan lo!" Kesal, itulah yang dirasakan Alvin. Kedatangan kedua sahabatnya, bukannya untuk memberi saran malah meledeknya.

"Dah lah pulang sono lo berdua!" usir Alvin.

"Dih lih piling sini li birdii" ucap Denis mengikuti kata-kata Alvin sambil menye-menye.

"Pulang!" Kali ini Alvin mengangkat gulingnya yang siap dilemparkan kapan saja ke arah dua cowok itu.

"Ampun bang jago!" ucap Sagara dan Denis bernada. Lalu kedua cowok itu keluar kamar Alvin sambil berlari, sebelum cowok itu melemparkan gulingnya.

*****

"Loh, kamu mau kemana Vin malam-malam gini?" tanya Wina —Mama Alvin— yang melihat putranya turun dari kamar dengan penampilan rapi.

"Mm.. a-anu Ma, Alvin mau keluar dulu bentar, mau cari angin." alibi Alvin.

"Bukannya ada temen kamu ya di atas?" tanya Wina, lagi.

"Mereka udah pulang, Ma." jawab Alvin.

"Pulang? Kapan pulangnya kok Mama gak lihat mereka lewat?"

"Udah Alvin usir Ma, mereka berisik."

"Gak boleh gitu dong! Kamu yang nyuruh mereka ke sini, kamu juga yang usir. Gimana sih?!"

"Dah lah Ma, Alvin keluar dulu." pamit Alvin. Semakin menjawab Mamanya, semakin rumit urusannya.

"Ya udah sana hati-hati. Pulangnya jangan terlalu malam!"

"Siap Ibunda."

*****

Alvin berniat untuk mengunjungi rumah gebetannya. Siapa lagi kalau bukan Syifa? Alvin tidak se- playboy Denis, yang punya gebetan di mana-mana.

Ketika melewati sebuah minimarket, Alvin melihat seorang gadis yang ia yakini adalah 'gadisnya'. Ups ralat, gebetannya. Dan sepertinya Syifa tidak menyadari keberadaannya.

Alvin berniat untuk mengikuti Syifa dari belakang. Cowok itu meninggalkan motornya di depan minimarket tadi. Jika ia mengikuti Syifa menggunakan motor, bisa ketahuan dong.

Alvin mengikuti Syifa, sudah seperti jambret yang akan menangkap mangsanya saja.

Saat melihat Syifa memegang tengkuknya, Alvin terkekeh. Ia yakin pasti Syifa merasakan bahwa ada yang mengikutinya.

Untung jalanan sepi, jadi ia tidak akan dikira preman yang akan melakukan hal macam-macam.

Alvin menahan tawanya saat melihat Syifa berlari memasuki gerbang rumahnya.

Alvin bernapas lega, setidaknya calon pacarnya sampai rumah dengan selamat.

Setelah itu, ia mengeluarkan ponselnya dari balik saku celana jeans-nya lalu mengetikkan sesuatu di sana.

Syifa Calon Pacarku😙
Online

Selamat malam.
Lain kali kalau mau ke mana-mana,
minta anter. Jangan nekat pergi sendirian!

Kok tau aku barusan pergi sendiri?


Alvin terkekeh membacanya. Jelas tau lah.

•••

TO BE CONTINUED

SAGARA [✔]Where stories live. Discover now