The Outgrowth - Finale

2K 162 26
                                    

Soobin menghembuskan napas panjang sebelum menengadah dengan mata menyipit menatap birunya langit siang itu. Ia perlahan menggerakkan jemarinya, merasakan permukaan beludru dari kotak diploma yang kini digenggamnya. Ia baru saja keluar dari ruangan auditorium dimana prosesi kelulusannya dilangsungkan. Setelah berkutat dengan perkuliahan selama hampir empat tahun dan kesibukan tugas akhir, Soobin akhirnya bisa mencecap rasanya mengenakan toga. Ia lalu menepuk lembut pundaknya dengan tangan yang kosong, seraya mengucap beberapa kalimat apresiasi atas pencapaiannya.

"Soobin!"

Soobin mengalihkan pandangannya dan tersenyum menatap pada Yeonjun yang kini sedang setengah berlari ke arahnya dengan sebuket bunga tulip merah di tangan kanannya. Soobin merasakan déjà vu yang teramat, dengan ingatan kembali pada beberapa tahun silam saat kelulusan sekolah menengahnya. Semuanya terasa sama. Dirinya, Yeonjunnya, dan kelulusannya.

Perbedaan hanya terletak pada tempat dimana mereka berpijak saat ini. Juga kedewasaan dari masing-masing pribadi. Serta rasa dan hubungan yang tumbuh terjalin antara keduanya kini.

Hubungan Yeonjun dan Soobin yang resmi menyandang status sebagai sepasang kekasih kini telah memasuki usia empat bulan. Meski rasanya mereka telah mengenal satu sama lain seumur hidup mereka, masih ada hal-hal baru yang mereka temukan dalam kesehariannya terlepas dari status kakak-adik yang mengikat. Misalnya Yeonjun yang tanpa segan menunjukkan betapa clingy dirinya pada Soobin, dan Soobin yang semakin sering menunjukkan afeksi lebih dari yang pernah Yeonjun lakukan.

Keduanya bahagia, tentu saja. Meski masih ada hal-hal yang membuat keduanya berseteru, namun hal itu tidak lagi menjadi hambatan yang berarti. Keduanya telah belajar dan mengerti arti penting sebuah komunikasi dalam sebuah hubungan.





<<<

"Bin, kamu kok gak ngomong kalo kemarin weekend mendadak pulang?"

Soobin berjalan di depan troli yang sedang didorong Yeonjun yang berisi belanjaan titipan Bunda ke bagian bumbu-bumbu dapur, sesekali melirik handphone yang menunjukkan daftar belanjaan sebelum mencari merek yang dimaksud. "Cuma sebentar Kak. Dadakan juga."

"Tapi harusnya kamu bilang. Masa Kakak tau dari Bunda."

"Ya gak apa-apa kan, dari Bunda juga."

Yeonjun mendengus sambil memutar matanya malas. "Kamu kebiasaan ah menyepelekan masalah."

"Kakak juga kebiasaan gede-gedein masalah."

"Bin, Kakak tuh pacar kamu. Harusnya bisa lebih tau dong pacarnya dimana, ngapain."

Soobin memasukkan dua bungkus kimchi ke dalam troli sebelum berputar untuk menghadap Yeonjun. "Aku kan udah minta maaf. Aku gak maksud untuk gak kasih tau Kakak. Itu beneran mendadak, karena ada berkas yang ketinggalan aku submit untuk kepentingan wisuda."

Yeonjun hanya diam, dengan Soobin yang terus memandang ke arahnya. Tangan Soobin kemudian terangkat untuk menyentuh lengan Yeonjun dan mengusapnya pelan. "Aku juga tau Kakak pasti akan maksa ikut kalo tau aku harus balik hari itu. Aku gak mau Kakak capek bolak-balik. Mama juga lagi kangen sama anak semata wayangnya. Aku mana tega bikin Mama sedih."

Yeonjun akhirnya menghela napas seraya mengangguk paham. Sedikit merasa malu akan kelakuannya yang terkesan kekanakan beberapa saat yang lalu. "I just don't like being clueless on where you are or literally anything about you, you know? Kakak gak suka."

"Maafin aku ya."

Yeonjun mengangguk seadanya. Soobin menoleh ke kiri-kanannya sebelum menangkup pipi Yeonjun ketika dilihatnya lorong di tempat mereka kini hanya ada mereka berdua. Ia lalu mengecup bibir lembab milik Yeonjun selama beberapa saat sebelum menarik kepalanya, untuk menatap pemuda di depannya kini. "Aku janji gak akan ngulangi lagi."

YEONBIN - THE HEART WANTS WHAT IT WANTSOnde histórias criam vida. Descubra agora