Ting. Denting notifikasi pesan dari grup Sasing 2006 berbunyi.
Fara Sasing 06 sent a text message in Sasing 2006 Group.
Fara Sasing 06: Oya, Naras belum dimasukin ke grup ini ya @Silvi?
Wajah Silvi langsung berubah masam membaca pesan itu. Hah? Kenapa juga dia harus memasukkan petemor dan pelakor itu ke grup yang diinisiasi olehnya? Dia, 'kan, sengaja membuat grup biar dia tidak perlu repot-repot satu grup dengan orang yang tidak disukainya. Lagipula Silvi memang tidak menyimpan nomor manusia itu. Silvi sudah memutuskan silaturahmi dengan perempuan itu secara sepihak sejak meninggalnya Anty.
Fara Sasing 06: @Silvi bisa masukin nomernya Naras ga? Soalnya kita 'kan mau bikin reunian sekelas. Biar enak announce-nya. Ga ribet nge-WA satu satu. Begitu di-share di sini semua orang langsung pada tau. Jadi rundingannya juga enak.
Silvi memutar bola mata dan mendengus kesal saat membaca pesan kedua dari Fara. Ya, ya. Dia tahu kok kalau Fara dan Naras memang bersahabat dekat. Silvi menduga kalau Fara juga sebenarnya tahu perseteruan antara dirinya dan Naras tapi bisa saja Fara menutup mata karena Fara memang terkenal baik hati bak malaikat.
Aku ga nyimpen nomernya, Fa, jadi ga bisa masukin, dalih Silvi, berharap dengan dalih begitu cukup untuk membuat Fara urung memasukkan Naras sebagai anggota grup.
Fara Sasing 06: sent contact number
"Yaelah, pake dikirim kontaknya segala lagi," dengus Silvi makin geram.
Silvi akhirnya mengalah dan memasukkan nomor yang dikirim Fara ke grup. Gagal. Silvi bernapas lega. Sepertinya semesta sedang bekerjasama dengannya. Silvi tidak peduli apa penyebab dirinya gagal memasukkan nomor Naras ke grup— entah Naras menyetel agar hanya nomor yang disimpan yang bisa memasukkannya ke grup atau nomornya sudah diblokir Naras— yang penting itu bisa dijadikan alasan baginya untuk tidak mengundang Naras ke grup*nya*.
Gagal, Fa. Mungkin dia nyetting cuma nomer yang disimpen yang bisa masukin dia ke grup, balas Silvi sambil tersenyum licik.
Silvi berharap Fara berhenti merongrongnya mengundang Naras masuk ke grup. Kalau misalnya rencana reuni sudah fix, Silvi harap biar Fara saja yang menyampaikannya secara pribadi pada Naras tanpa Silvi perlu repot mengundangnya ke grup. Kalau perlu, sekalian saja manusia itu tidak usah ikut reuni. Ada urusan mendesak apa kek, misalnya. Ah, tapi sepertinya itu sedikit mustahil sih karena suami Naras adalah orang asli Purwokerto. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan berkunjung ke rumah suaminya sendiri yang selama ini menjalin LDM dengannya. Justru acara seperti ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh Naras.
Fara Sasing 06: Oh, kalo gitu aku dijadiin admin juga deh, Vi, biar aku bisa masukin Naras ke grup.
Astaga. Silvi lupa kalau ada cara itu. Kalau ditolak, terlihat sekali kalau Silvi ngadi-ngadi alias mengada-ada. Tapi kalau tidak ditolak.... Akhirnya Silvi mengubah pengaturan grup dan menjadikan Fara sebagai admin juga. Tak lama kemudian terlihat ada notifikasi sebuah nomor yang dimasukkan ke dalam grup Sasing 2006. Pasti itu nomor Naras. Silvi bergidik ngeri. Apa dia saja yang gantian left group? Silvi benar-benar malas berhubungan satu grup dengan seorang pengkhianat.
Fara Sasing 06: Welcome @+62856-9789-8900.
Tentu saja yang keluar hanya barisan angka karena Silvi tidak menyimpan nomornya— dan tidak akan pernah menyimpannya.
+62856-9789-8900: Makasih, Fa. Oh, ini grup Sasing ya?
Shanti Sasing 06: Iya, Ras. Baru masuk ya? Oh iya, kita mau bikin acara reuni. Kamu pasti ikut kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI (The Story After Balada Mahasiswa: FRNDS) | TAMAT
General FictionSetelah sepuluh tahun kelulusan mereka, akhirnya Samira, Silvi, Tita, Fanny, dan teman-teman sekelas lain dipertemukan kembali dalam sebuah reuni. Karena keadaan tak lagi sama- usia yang sudah mulai menua, status yang sudah berubah, serta kesibukan...