⚜17⚜

245 48 11
                                    

Aku membuka pintu ruangan dengan nafas tersenggal-senggal dan pastinya lusuh karena berkeringat. Pandangan mata ini bernari mengelilingi sekitaran ruangan demi mencari dua insan yang kuyakini masih berwara-wiri disekitar sini.

Tapi tempat ini terlalu luas, sehingga aku memilih untuk masuk kedalam ruangan dan mencari keberadaan Momo dan juga Jun diruangan ini. Ck! Kenapa mereka tega masuk kedalam ruangan setelah lepas landas di titik mendarat? Bukankah seharusnya mereka menungguku sampai baru berjalan bersama ke tempat ini?

Ck! Egois sekali, persahabatan macam apa ini!? Apa aku dilupakan!?

"Sana!"

Sebuah tangan mencengkram pergelangan tanganku, membuatku menoleh kepada pelakunya dan ku lihat Wonwoo berada dibelakangku dengan nafas yang jauh lebih tersenggal-senggal karena sepertinya ia berlari mengejarku dari luar sana ke tempat ini.

"Kamu mau ngapain sih!? Kenapa kamu tinggalin aku tiba-tiba!?" Dumelnya dengan satu kali helaan nafas sebelum akhirnya kembali sibuk mengatur deru nafasnya yang tak kunjung stabil, "kamu bikin aku bingung tahu gak!" Katanya lagi.

"Ada hal penting yang harus aku lakukan Wonwoo..." jawabku sehalus mungkin seraya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Jun dan Momo yang tak kujung tertangkap oleh indra penglihatanku.

"Oh ya? Lebih penting daripada aku?"

"Untuk saat ini, iya."

Ia tersenyum miring dengan satu sudut bibirnya yang terangkat keatas, bahkan ia juga sampai berkacak pinggang dan lidahnya sedikit menjulur keluar dengan sorot mata yang ku pahami betul bagaimana rasanya. Kesal pasti? Iya, dia pasti kesal.

"Tunggu aku di mobil, nanti aku nyusul" ujarku seraya menepuk bahunya ban beranjak pergi meninggalkan Wonwoo. Sepertinya aku harus naik ke lantai dua dimana tadi Wonwoo berada disana saat aku tiba.

"PULANG SENDIRI SANA!"

Langkah kakiku seketika berhenti dan menoleh kembali kebelakang, melihat bagaimana Wonwoo masih menatapku tajam dengan tatapan matanya yang selalu sukses mengintimidasi ketika ia menatap seseorang seperti itu. Namun sayangnya ada sesuatu yang lebih penting untuk ku lakukan daripada meladeni sifat cemburu dan amarah Wonwoo.

Terkadang pria itu memang terlalu posesif, hanya mau duniaku dipenuhi oleh dia dia dan dia. Padahal aku masih memiliki hal lain yang bisa ku lakukan. Iya kan? Sudahlah, mungkin memang sudah waktunya pertengkaran kecil muncul diantara hubungan kami berdua.

Tanpa terasa aku sudah tiba dilantai atas dan melihat sepasang sahabat tengah duduk berhadap-hadapan diatas sofa usang sambil menikmati minuman kaleng dingin ditangan mereka masing-masing. Keduanya saling melempar tawa, membuatku ingin meremukkan wajah mereka masing-masing dengan tanganku ini.

Mereka bahagia tanpaku? Ck! Apakah mereka peduli dengan nyawaku yang hampir meregang diatas tadi? Ah, mana mungkin mereka peduli... orang itu kan yang mereka harapkan?

Bukan.

Lebih tepatnya, yang Momo harapkan.

Tidak lucu jika aku datang kesana dan tiba-tiba marah-marah meluapkan semuanya kepada Momo. Bukankah aku harus menunjukkan bahwa aku satu level diatasnya? Bisa menunjukkan emosiku tanpa nada tinggi dan mata melotot kepadanya?

"Ehem..."

Aku berdehem pelan dan berjalan menghampiri mereka disana. Keduanya nampak biasa saja melihat kemunculanku, bahkan melirikkupun tidak. Ck, menyebalkan!

"Hai!" Sapaku.

"Yo, duduk San..." Jun yang menyapaku dan mempersilahkanku untuk duduk disampingnya, "mana Wonwoo?" Tanya Jun lagi yang kujawab dengan senyuman tipis sebelum akhirnya mengatakan dimana pria itu berada, "pulang duluan" jawabku asal. Tapi memang Wonwoo pulang duluan kan?

Since 24 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang