Asfar

1.9K 107 51
                                    

Surga tidak seharusnya terlihat seperti ini. Namun, kau masih mencari jalan ke depan, duka terselip emas di bawah lidahmu untuk membayar jalan pintas.

×××

Musim Gugur 2020

Mark terbangun oleh cahaya matahari bak emas yang menembus langit-langit dan mimpinya, mengubah bulu matanya menjadi ujung petasan yang berkilau, muncul di tepi bidang matanya—ketika ia mengedipkan bara api yang membakar kelopak matanya yang tertutup. Sinar matahari bersinar melalui tarikan bilah tajam, dan kicauan burung mengiringi getaran monoton yang berasal dari ponselnya. Mark tidak merasakannya, ia hanya mendengarnya, tetapi seluruh tubuhnya menghubungkan suara itu dengan perasaan panik yang mendesak dan ia mendapati dirinya terbangun, kepala terasa berat dan rasa asam terbakar di bagian belakang tenggorokannya. Sinar matahari musim gugur yang hangat menyapu dirinya, tanpa penyesalan, tidak peduli dengan sakit kepalanya, tidak peduli pada matanya yang masih menutup dan setengah tertidur untuk menemukan ponselnya.

Ia menekan tombol jawab berwarna hijau tanpa sadar, secara otomatis, dan suara dingin segera menegurnya.

"Dimana dia?"

Mark berkedip, pola cahaya di dinding berkedip kembali padanya di kelopak mata yang tertutup, dan ketika ia bernapas, ia menghirup aroma penyegar ruangan yang semilir. Seprai berbau seperti sabun dan terlalu banyak dicuci. Di sebelahnya, seseorang mengendus dan berdesir di atas selimut. Rasa takut memenuhi paru-parunya.

Suara di telepon adalah Taeyong—Tyler—Lee.

"Di mana adikku, Mark?"

Di sini, Mark akan mengatakan jika lidahnya tidak menempel di langit-langit mulut, mulutnya terlalu kering untuk membentuk kata-kata. Bocah itu meringkuk pulas di sisi Mark, tepat di tengah tempat tidur, pipinya menempel di bantal di sisi Mark alih-alih miliknya sendiri, mendorong Mark hampir ke tepi, di ambang, adalah Donghyuck—Peter—Lee.

"Mark? Aku akan menikah dalam dua jam dan jika kau dan Donghyuck bermain-main di suatu tempat pada hari pernikahanku, aku akan meminta Johnny untuk membunuh kalian berdua—"

Mark menutup panggilan. Sebuah gerakan yang sangat tidak berguna, ia menyadari, ketika ponsel itu mulai mendengung dengan marah di tangannya lagi hanya dalam beberapa saat kemudian. Kali ini ia bisa mendengar dan merasakan getaran, marah dan monoton pada saat bersamaan. Donghyuck juga melakukannya. Ia mengendus dan mengerutkan alisnya, anggota tubuhnya menggeliat saat mulai bangun. Ia masih mengenakan pakaian tadi malam—semuanya—dan baunya seperti minuman keras serta kentang goreng yang mahal. Ketika semalam ia mengetuk pintu rumah Mark, Donghyuck menangis dengan kantong kertas penuh kentang goreng di satu tangan dan sebotol tequila kosong di tangan lainnya.

Sesuatu membengkak di benak Mark, seperti balon pikiran yang semakin membesar, kata-kata yang terdistorsi di benaknya oleh helium, karet balon yang bergesekan dengan tengkoraknya bersama ritme ponsel yang berdengung. Saat itu muncul, tidak ada suara apa pun.

Pernikahan.

"Donghyuck," kata Mark panik. Ia mengguncangnya dan Donghyuck menggeram tidak senang, menutup matanya. "Donghyuck, sial, bangun, bangun."

"Apa yang kau inginkan?"

"Kakakmu akan menikah dalam dua jam." Itu, setidaknya, membuat Donghyuck bangun.

💛


Selanjutnya Mark melihat Donghyuck, ia dikelilingi oleh bunga golden lily dan ia terlihat seperti baru saja lari maraton, wajah merah, dasi bengkok dan segalanya. Seorang laki-laki tercantik kedua yang pernah dilihat Mark sedang memperbaiki dasi Donghyuck.

[Terjemah] PAINT THIS TOWN | Markhyuck ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang