Sebenarnya aku mau update cerita ini besok pas tanggal 12, tapi karena part ini merupakan part yang sama dengan yang di Broken Vow jadi aku update sekarang.
Tapiiii, ini versi yang sudah di perbaiki dan di ganti nama tokoh wanita pemeran utamanya saja. Kenapa? Karena kayak yang aku bilang itu, aku nama tokoh yang aku pakai saat ini sudah aku ciptakan sebelum cerita terakhir dari seri ke 2 Historical Romance-ku selesai (Myrtle).
Jadi part 2 aka parr yang benar-baru bakalan aku posting besok sesuai rencana yakni 12.12.2020, oce.
Satu lagi, cuma mau infokan kalau Baby's Breath sudah jadi cetaknya. Cantik banget deh😍😍
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Soo, akhir kata, jangan lupa vote dan komennya and happy reading 😘
💗💗
London, Delapan tahun yang sebelumnya
Minerva tidak tahu apa yang ia pikirkan hingga dengan tanpa tahu malu ia masih berpikir semua yang baru saja terjadi kemarin hanyalah sebuah mimpi. Sebuah mimpi buruk yang tidak berarti apapun begitu ia terbangun.
Tapi, meskipun berkali-kali meyakinkan diri dan berusaha untuk terus tersenyum, bersikap seolah tidak terjadi apa pun ketika terbangun pagi tadi, Minerva sadar ia keliru. Ia tidak baik-baik saja. Dan mungkin tidak akan pernah baik-baik saja setelah ini.
Minerva tahu, ia tidak memiliki pilihan selain menerima dengan lapang dada atas apa yang telah menimpanya. Tapi siapa yang bisa memerintah hati? Bahkan ketika ia membisikkan kalimat penuh kebencian, hatinya masih sama. Masih mencintai pria yang telah menorehkan luka untuknya.
Salah Minerva sendiri. Salahnya yang terlalu percaya hingga membuatnya merasakan sakit tak terperih saat ini.
Hubungannya dengan Aiden telah berakhir dan yang lebih menyakitkan lagi semua terjadi karena pengkhianatan. Pengkhianatan dari dua orang yang seharusnya tidak menyakitinya.
Rasanya masih teringat jelas bagaimana dia, pria yang di cintainya meremukkan hatinya dengan tanpa perasaan. Meremukkannya dengan begitu menyakitkan bersama wanita yang seharusnya tidak mengkhianatinya. Ah, bukan hanya wanitanya, tapi juga Aiden. Mereka berdua seharusnya tidak mengkhianatinya.
