BAB 19 (Devan Dijebak?)

539 23 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Devan Mahendra.

Hampir sejam aku dan Herman menunggu kedatangan Syahid dan Raisa. Tidak dijelaskan secara pasti kenapa Syahid dan Raisa sangat lama kemari oleh Herman.

Lebih lama kami menunggu, akhirnya Syahid dan Raisa tiba juga. Di belakangnya juga ada seorang wanita. Aku seperti mengenalinya, dia wanita yang yang mengajakku ngobrol tadi sewaktu di dalam ruangan. Jane. Wanita itu adalah Jane.

"Man, kenapa Jane bisa sama Syahid dan Raisa?" tanyaku pada Herman.

"Jadi perempuan itu Jane? Kamu yakin, Dev?"

"Iya, aku yakin. Kami sempat ngobrol sewaktu di dalam gedung serba guna," jawabku.

"Yang benar? Dia sangat berbeda dengan yang terakhir kali kita ketemu," ucap Herman sambil melihat Jane.

Syahid, Raisa, dan Jane perlahan berjalan mendekat. Wajah Raisa seperti menahan amarah, sedangkan wajah Jane sendu.

"Dev, sekarang tolong kamu jelaskan apa yang kalian lakukan di dalam mobil tadi?" titah Syahid kepadaku.

"Jelaskan soal apa? Aku tidak mengetahui apa-apa saat berada di dalam mobil tadi," balasku.

"Yah, jelasin kenapa kamu bisa ada di sana, Dev. Masa kamu nggak inget, sih?" tekan Syahid lagi.

"Tuh 'kan, Devan itu nggak bisa menjelaskan apa pun," ucap Jane diselingi dengan tangisnya.

"Eh, perempuan g*tel bisa nggak sih kamu diem? Bisa saja 'kan Mas Devan di bawah pengaruh obat-obatan?" geram Raisa.

Sebenarnya apa yang terjadi?

"Ada apa memangnya, Hid? Kenapa Raisa marah-marah gitu sama Jane?" tanyaku yang semakin tidak mengerti dengan kondisi ini.

"Dev, apa benar tadi kamu sempat mencoba untuk memperk*sa Jane?" tanya Syahid lirih.

"Astagfirullah, Hid! Sumpah, aku nggak ada niatan seperti itu. Aku tadi di dalam mobil karena melihat wanita yang mirip mendiang istriku," ucapku dengan penuh penekanan. Bukan tanpa alasan aku di sana.

"Tapi dengan pakaianmu yang seperti itu, bagaimana kami percaya?" tanya Syahid.

"Alah, itu pasti alibi si Jane-jane itu biar kamu ditipu sama dia, Mas!" Raisa kembali mengangkat suaranya. Sama seperti tadi, emosi masih saja menyelimutinya.

"Mbak! Bisa nggak sih, dijaga mulutmu?!" bentak Jane.

"Jane, sebagai terdakwa di sini seharusnya kamu bersikap tenang barang sedikit saja. Kamu Raisa, kamu juga nggak berhak seperti itu. Walaupun kita tau Devan nggak mungkin seperti itu. Devan udah cerita semuanya sama aku," ucap Herman menengahi Raisa dan Jane yang bersitegang.

"Terus mau kita apakan kasus ini? Kasihan Wafa kalau sampai tau, Man," kata Raisa kembali.

Memang semenjak Marina meninggal, Raisa adalah orang yang menggantikan peran Marina untuk Wafa. Hanya saja Raisa tak pernah langsung bertemu, melalui aku-lah Raisa melakukan semuanya. Makanya Wafa sempat keliru waktu kejadian "Syahida" itu.

"Kita visum saja si Jane. Kalau benar adanya Devan melakukan percobaan pemerk*saan, paling tidak Jane mengalami luka atau lebam di sekujur tubuhnya," ucap Herman memberikan saran.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora