08

21 5 0
                                    

  Hana mendengar semuanya, tidak terlewat satu pun. Ingin menangis, tapi buat apa? Toh dia yang salah sudah menyukai Jay. Dan tadi apa? Sunghoon juga menyukainya? Candaan macam apa itu? Yang benar saja.

  Menyadari Sunghoon mulai mendekat, ia segera berlari kembali keruang tengah dengan wajah murung. Terlihat sekali ada yang membuatnya sedih barusan.

  Semuanya yang diruangan itu terdiam, bingung harus bagaimana saat keadaan tiba-tiba menjadi canggung seperti ini.

"Ada apa?" Hana mencoba mencairkan suasana. Semuanya menggeleng dengan senyuman kikuk.

  Menghela nafas panjang, ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. Sepertinya ia harus pulang sekarang.

"Hana! Ayo pulang sekarang!" tiba-tiba Sunghoon datang dengan wajah tidak bersahabatnya. Hanya fokus pada wajah Hana saja, tidak mempedulikan tatapan lain yang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi disini.

"Iya, Hoon." Hana berdiri. Setelah pamit untuk pulang duluan, Sunghoon segera menarik tangan Hana. Berjalan cepat dengan Hana yang kesulitan mengikuti langkahnya Sunghoon.

"Woahh ada apa ini?" tanya Ahra setelah Hana dan Sunghoon menghilang dari balik pintu.

"Aku baru melihat Sunghoon seperti itu." gumam Yeonmi.

"Mungkin ada hubungannya dengan Hana? Jay? Ahh!! Ada apa ini sebenarnya? Baru juga pisah sekolah sehari udah main berantem-beranteman begini." keluh Jake seraya meluruskan punggung nya dilantai.

"Mereka pacaran?" tanya Heeseung yang membuat Jake kembali duduk.

"Siapa? Hana dan Sunghoon?" Jake menjawab dengan pertanyaan lagi. Heeseung mengangguk. "Mana ada?! Bukan. Kami sahabat. Tidak ada perasaan seperti itu diantara kita."

  Jungwon yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara, "Memangnya salah kalau menyukai sahabat sendiri?"

  Semua menatap Jungwon, "Kau masih kecil jangan berpikiran tentang pacaran." sahut Yeonmi. Jungwon mengangguk jengah.



"H-hoon." cicit Hana pelan saat diperjalanan.

"Diam Han, aku sedang emosi." balas Sunghoon. Tangannya masih setia menarik tangan Hana.

"T-tanganku s-sakit."

  Sunghoon menghentikan langkah. Oh astaga! Apa yang dia lakukan? Menyakiti Hana?

"Maaf." Sunghoon menundukkan kepalanya. Genggaman tangannya melonggar, namun tidak dilepas.

"Kau memberi tahu Jay tentang perasaan ku?" Hana memberanikan diri bertanya. Meski sudah tau semuanya, setidaknya ia ingin tahu alasan kenapa Sunghoon membongkar rahasianya.

  Sunghoon mengangguk, "Kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa kau memberi tahunya?"

  Sunghoon diam. Matanya berusaha mencari objek lain selain manik Hana. "Karena, aku tidak ingin aku terus tersakiti dengan perasaan sepihak."

"Lalu? Apa Jay menerimaku?"

  Terkesiap, Sunghoon tidak tega jika harus mengatakan yang sejujurnya pada Hana. "Lupakan saja Jay. Dia tidak baik."

  Hana mengangguk, "Berarti dia menolak ku kan?"

"B-bukan begitu.." gugup Sunghoon.

"Lagian siapa yang bilang aku menyukainya? Aku sendiri bahkan belum yakin dengan perasaan ku. Kita masih kecil, Hoonie. Pikirkan sekolah saja dulu."

"Terserah apa katamu. Pokoknya berhenti menyukai Jay, ku mohon."

"Aku tidak menyukainya."

"Tapi kau mengharapkannya, Han.."



"Eonnie, itu ada kak Jay dibawah." perkataan Hanbyeol barusan membuat Hana terkejut. Jay? Kenapa?

"Apa katanya?"

"Dia bilang mau menjemputmu."

  Hana menghela nafas panjang. Semoga saja Jay tidak membahas tentang perasaanya.

"Ya sudah, kau temani Jay dulu. Eonnie akan selesai bersiap sebentar lagi." pinta Hana pada adik satu-satunya itu.

  Hanbyeol mengangguk, lalu kembali menutup pintu kamar Hana dan berjalan kebawah.

  Dikamar, Hana terdiam didepan cermin besar. Menatap pantulan wajahnya sendiri. Dalam hati merutuki kesalahan terbesarnya yang sudah menyukai sahabatnya sendiri. "Kau sungguh bodoh Jung Hana!! Sekarang mau bagaimana coba? Bagaimana kalau Jay membahasnya? Isshh!! Bodoh sekali kau iniii!!" Hana mengusak rambut nya kasar, mengakibatkan rambut yang sudah ditatanya berantakan lagi.

"Eomma tolong akuㅠㅠ"



"Sudah lama yaa kita tidak berangkat bersama." gumam Jay saat diperjalanan menuju sekolah Hana.

  Benar. Jay benar-benar meminta Hana untuk berangkat bersamanya. Setelah dipaksa cukup lama akhirnya Hana mau. Melupakan fakta bahwa Sunghoon mungkin akan menjemputnya juga nanti.

"Baru juga masuk sekolah baru. Wajarlah kita sudah jarang berangkat bersama." balas Hana dengan pandangan yang menatap keluar jendela. Ragu untuk melihat wajah Jay langsung.

"Iya sih. Oya, tadi malam kenapa tidak bilang padaku jika ingin pulang. Aku mencarimu loh."

"Eh!" Hana menoleh cepat menatap Jay. "Itu, Sunghoon tiba-tiba menarik ku. Maaf.."

  Jay terkekeh, tangannya terulur mengelus surai Hana yang selalu terasa lembut setiap kali disentuh nya. "Kau semakin besar saja."

  Hana mendelik, "Kita seumuran kalau kau lupa, Jay."

  Lagi, Jay terkekeh. Menampilkan deretan gigi putihnya, dan sukses membuah wajah Hana terasa panas tiba-tiba.

"Han? You okay?"

"Huh?!"

"Wajahmu memerah? Kau demam?"

  Hana panik, buru-buru memalingkan wajahnya kearah lain. "Aku baik-baik saja. Jangan lihat aku dulu!!"

  Jay tertawa melihat tingkah panik Hana. Tangannya tiba-tiba saja menggenggam tangan Hana yang berada dipangkuan empu nya.

"Aku rindu dengan dirimu. Kita sudah jarang bersama seperti ini akhir-akhir ini."

  Jay, kau tidak berfikir bagaimana perasaan Hana saat kau mengatakannya?

   Benar kata Sunghoon rupanya, Jay tidak memiliki perasaan. Kalaupun ada, itu mungkin tidak lebih besar daripada tanda titik.

"Eh...kalungmu indah. Siapa yang memberikannya? Appa? Eomma?" tanya Jay saat baru menyadari Hana memakai kalung yang belum pernah dilihatnya.

  Hana menunduk kecewa, bahkan Jay baru sadar kalau dia memakai kalung ini. "Ini dari Sunghoon. Kado ulang tahunku 3 bulan yang lalu. Kau melupakannya Jay.."

  Jay mengerjapkan matanya, "Aah! Benar. Ultahmu berdekatan dengan Yujeong ya saat itu? Aku lupa. Sungguh! Maaf ya, Han." Jay menyesal, tidak biasanya dia melupakan hal seperti ini.

"Bahkan kau hanya ingat Yujeong saja. Sudahlah Jay, lupakan.. Lagi pula Sunghoon sudah memberikan kado terindah untuk ulang tahun ku kemarin.."























  -05 DESEMBER 2020-

LET ME INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang