143

8 2 0
                                    

Sudah 365 hari. Rasa-rasanya baru kemarin Aku mengenalnya. Hidung bangir, Tubuh semampai, tampan. Semuanya terlihat sempurna tak ada cacat. Idaman semua kaum hawa di setiap fakultas. Jejeran murid most wanted yang tak disangka memiliki black card.

Hanya satu yang kurang darinya, yaitu; Kurang peka, arogan, semaunya. Oh, aku lupa. Itu tidak hanya satu. Apa kalian tahu? Aku jadi kekasihnya saja, karena paksaanya.

"Please be mine. I didn't want any refuse."

Dan aneh nya aku mau-mau saja. Padahal dia jauh dari laki-laki tipe idealku.

Seperti sekarang ini, rasanya menyebalkan hanya terdiam didalam mobil mewahnya. Hanya ada radio bising yang menemani. Ia fokus menyetir. Aku fokus menggerutu.

Ayolah, aku seorang INFP, 80% Introvert ku hanya pada orang tak dikenal. 20% Ekstrovert untuk orang yang aku sangat sangat kenal. Tuhan, mengapa aku menyayangi makhluk seperti dia?

"Sa, ke minimarket dulu. Beli cemilan, ya."

Yang ditanya hanya mengangguk-anggukan kepala lalu menepi dan memakirkan mobilnya di sebuah minimarket.

"Males keluar, jangan lama."

Tuh kan, baru saja dibilang. Semaunya. Gak ada inisiatif temenin gitu?

Dengan kekesalan yang memuncak, akhirnya aku membuka pintu mobil dan membantingnya 'Sedikit' keras. Persetan mobil mahal.

Saat aku berada dikasir, berniat membayar, entah mengapa pegawai kasir itu melihatku dengan tatapan yang e-rr, menjijikan. Tapi aku tak peduli, aku sibuk menghitung uang yang harus ku bayar.

Setelah membayar, dan menunggu struk pembayaran keluar, entah mengapa tiba-tiba pegawai kasir ini menyodorkan permen lolipop. Karena sikap tak enakkan ku ini muncul, aku hanya terima terima saja, berfikir itu bonus.

"Terimakasih sudah berbelanja, datang lah lagi nanti." ucapnya sambil tersenyum manis. Aku hanya mengangguk anggukan kepala seraya tersenyum ramah.

Saat memasuki mobil, kulihat pacarku sedang sibuk Pushrank. Jadi aku memberinya waktu untuk menyelesaikan game nya.

Aku menyodorkan minuman bersoda serta permen yang pegawai itu beri. Hei, aku sedang sakit tenggorokan, jadinya tidak bisa makan permen.

Pacarku nampak menerima minuman sodanya, dengan pandangan yang tak terlepas dari gawai. Namun, saat ia menerima permen dariku, tiba tiba saja ia menghentikan game nya dan keluar dari mobil lalu masuk kembali ke minimarket. Ia tampak marah kepada pegawai kasir yang melayani ku tadi.

Poor him. Aku tidak tahu salahnya dimana, yang pasti, pacarku pasti punya alasan mengapa bisa sekesal itu.

Saat kembali ke mobil, ia melemparkan permen yang belum sempat dibukanya ke padaku,

"Lain kali aku harus ikut kamu belanja. Siaga satu."

Ini yang aku suka. Ia kadang kadang bertindak manis. Tapi dengan caranya sendiri.

Saat ku perhatikan permennya, ternyta disitu tertera nomor handphone yang sepertinya milik pegawai kasir itu. Oh my, jangan bilang aku di goda?!

"Lain kali juga, jangan sembarangan terima barang dari orang asing. Kau kan, tidak tahu modus apa yang mereka maksud."

Pacarku hanya ngomong panjang lebar dikala kesal. Apa harus aku buat dia kesal tiap hari? Aha! ide bagus.

"Makanya, punya pacar cantik tuh, jagain. Jangan di cuekin mulu. Direbut tau rasa, kan."

Dia melotot tidak terima. Bibir nya mengerucut kesal.

"Oh.. Lihat saja nanti, Orang yang merebutmu akan hilang setelahnya."

Ia menirukan sebuah dialog iconic dari seorang tokoh film yang pernah ramai diperbincangkan. Gemas.

Wajahnya lucu sekali. Dengan gemas aku mencubit pipi nya yang halus itu. Dia terlihat salting namun sengaja ditutup-tutupi.

PACARKU LUCU SEKALI.

"Hahaha, muka mu merah, sa. Gemasssss." aku menguyel-uyel pipinya lagi. Ia hanya pasrah dan berwajah datar. Tidak menolak perlakuan ku.

Namun pergerakanku terhenti ketika tanganku di genggamnya.

"Aku serius jiya."

Sontak mata kami beradu pandang. Lama. Sekitar 10 detik. Sepertinya dia menantangku untuk bermain tatap-tatapan.

Tapi akhirnya aku yang memutuskan kontak mata duluan. Aku ingin hidup lama. Aku memegang dadaku yang bergemuruh. BAPER ANJIR DI TATAP JUGA!

Tak lama, Ia mendekat ke arahku,

"Kenapa? Ada yang sakit?."

Aku menggelengkan kepalaku dengan mantap. Angkasa hanya mengangguk paham lalu melajukan mobil nya ke apartemenku.

Hening melanda.

"Sa,"

Dia berdeham

"Berhenti bisa gak?"

"Apanya yang berhenti? Gak ada lampu merah, tuh." Dia berucap ketus. Misuh misuh gak jelas.

"Sa, Please berhenti lari-larian di kepalaku, kamu gak cape apa?."

CKKITTTT.

"SA WHAT THE HELL R U DOING?! KENAPA REM MENDADAK?! SAKIT KAMU?!"

Seketika panik melanda. Tidak ada angin dan hujan tiba tiba rem mendadak. Mau mati dia?

Untung jalanan nya sepi dan tidak ada yang melaju kencang.

"iya." Angkasa cuma jawab singkat, iya. Iya apanya?!

"Sakit apa? Mau aku yang gantiin nyetir?" Ucapku dengan nada khawatir.

"Berhenti buat aku kena serangan jantung. Aku bisa mati mendadak kalau kamu bilang kayak tadi."

Hening.

Hah?!

Dia... Baper????

"Hah? Kenapa sa?."

Dia menarik tanganku yang menganggur, meletakannya di dada sebelah kiri nya.

Deg deg deg deg.

Sontak aku yang terkejut pun menarik tanganku.

"Sa.. Serius??? Kamu.. Baper???"

Dia tersenyum kecil.

Senyum.

Ganteng.

"Tiap sama kamu aja selalu gini. Kenapa sih? Jangan kira aku asal waktu jadiin kamu pacar aku."

Speechless.. Ternyata dia tahu apa yang selama ini di fikiran aku. Sa.. I am so glad to having you.

"Sa, sekarang gua yang baper. Hua." gua nangis beneran. Terharu. Sampe senggukan.

"Eh kok lo nangis sih? Lemah ya lo?."

Kalau dia udah ngomong gua-elo berarti dia lagi berusaha hibur aku.

Dia ketawa kecil, menepuk-nepuk punggungku pelan. Lalu dia bilang,

"Aku emang gabisa jadi apa yang kamu bayangkan, tapi aku akan selalu menjadi apa yang kamu butuhkan."

Dan aku menangis lagi. Tangisanku semakin menjadi. Cuma angguk-angguk kepala. Angkasa cuma ngakak aja.

Lalu ia membawaku ke rengkuhan hangatnya.

"Jiya."

"Hm."

"Udahan nangisnya, ingusmu kena kemeja ku."

"ANGKASA NYEBELIN!!! AKU GAK INGUSAN YA!."

Ya.. Begitulah, kisah kami. Angkasa yang sulit digapai, nyatanya aku bisa terbang disana.

Kalau Angkasa baca ini, fix, kita sudah bersama hingga waktu senja!

---
-oldymoody©201221

sweeteensWhere stories live. Discover now