Bab 3 : Anak Yang Tidak Bisa Berbicara 3

540 53 0
                                    


#

Gi muncul lagi ke-esokkan paginya.

Kali ini bukan sopirnya yang turun membeli roti tapi anak itu turun sendiri dan mengambil sendiri apa yang ia inginkan.

Arruna tersenyum ramah.

"Selamat pagi Gi, roti yang sama seperti kemarin. Kau suka sekali roti jenis ini ya?" Tanya Arruna.

Gi mengangguk cepat, bola matanya terlihat berbinar.

Arruna menghitung semuanya seperti biasa dan memasukkannya ke dalam kantong kecil yang sudah ia persiapkan khusus sebelum memberikannya kepada Gi.

Gi menatap kantongnya dan melihat sebuah sandwich di dalamnya. Ia beralih menatap Arruna bingung.

"Kau masih kecil, butuh lebih dari sekedar roti dan susu untuk sarapan. Itu sandwitch buatanku, kuharap kau suka." Arruna mengedipkan sebelah matanya ke arah Gi.

Gi terdiam, ia menatap Arruna dengan wajah terharu. Buru-buru ia mengambil tabletnya dan menulis disana.

"Terima Kasih"

"Sama-sama." Ucap Arruna.

Gi kemudian berlari memasuki mobilnya.

"Tuan kecil, anda belanja banyak sekali." Ucap Pak Yadi— sopir pribadinya.

Gi menghapus air matanya.

"Tuan kecil, anda menangis? Ada apa? Anda sakit?" Pak Yadi tampak panik. Ia baru sadar kalau Gi ternyata menangis.

Gi menggeleng kuat-kuat. Ia mengeluarkan sandwich yang diberikan Arruna dan memakannya perlahan.

Sopirnya meminggirkan mobil dan beranjak ke belakang bermaksud memeriksa keadaan Tuan kecilnya.

Gi menutup matanya dengan sebelah tangan. Ia tetap mengunyah makanannya tanpa berhenti menangis.

Syeni baru saja menuju ke tempat kerjanya saat ia melihat mobil jemputan Gi diparkir di pinggir jalan. Ia bergegas menghampiri mobil itu.

"Gi?!" Syeni sedikit terkejut melihat keadaan Gi. Wajah anak itu basah oleh air mata.

"Pak, apa yang terjadi? Gi tidak apa-apa?" Tanya Syeni, raut wajahnya jelas terlihat khawatir.

Namun pria paruh baya itu sama bingungnya dengan Syeni.

"Saya juga tidak tahu Non, tadi sehabis dari toko, Tuan kecil tiba-tiba bergegas makan dan menangis."

Syeni menatap kantong roti dan juga sandwich di tangan Gi.

Ia ingat tadi pagi adiknya membuat sandwich dan memasukkannya ke kantong yang sama. Sandwich dengan tambahan potongan wortel kukus, di dunia ini hanya Arruna seorang yang suka membuat dan memakannya, jadi sudah jelas yang dimakan Gi adalah pemberian Arruna.

Syeni membungkuk dan mendekap Gi dengan lembut, membiarkan kemejanya basah oleh air mata anak itu.

"Makanlah dengan tenang dan jangan menangis. Itu dibuat khusus untukmu." Ucap Syeni sambil menepuk pelan punggung Gi.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali menenangkan Gi dan menemani anak malang itu hingga selesai makan.

Saat Gi selesai makan, Syeni merapikan penampilan Gi dan membersihkan wajah Gi dengan tissue basah.

"Kalau ayah dan nenekmu tahu kau menangis seperti ini, kau tidak akan di ijinkan ke toko lagi." Ucap Syeni.

Gi menggeleng kuat-kuat. Ia tidak mau itu terjadi....tidak boleh.

EverythingWhere stories live. Discover now