Bab 4 : Papa Beri Aku Kesempatan 1

1K 77 55
                                    


#

Arruna menatap keluar jendela. Sekali-sekali ia bahkan keluar dan berdiri di depan toko roti dengan wajah gelisah.

"Kenapa dia tidak datang ya?" Arruna bergumam sendiri.

Ini sudah hari kedua dia tidak melihat Gi dan entah kenapa ada rasa kehilangan yang sangat ganjil di hatinya.

Mungkinkah karena selama seminggu terakhir ini ia menjadi sangat dekat dengan Gi? Ataukah karena memang dia terlampau bersimpati pada kisah hidup anak itu?

"Yan, kau yakin tadi saat aku ke kamar mandi tidak melihat mobil Gi diparkir di depan sini?" Tanya Arruna.

Yani menatap Alka sejenak dan kemudian menggeleng.

"Kalian benar-benar yakin?" Tanya Arruna lagi.

Kali ini baik Alka dan Yani menggeleng secara bersamaan.

Arruna menggigit bibirnya resah. Ia menekan-nekan dadanya tanpa sadar.

"Arruna kau kenapa?" Tanya Nyonya Wina.

Arruna hanya diam, ia merasa ada sesuatu yang sangat menyakitkan dalam hatinya yang tidak bisa ia jelaskan.

"Kau kurang enak badan?" Tanya Nyonya Wina. Ia menghapus keringat dingin di dahi Arruna.

Arruna menggeleng pelan.

"Mama, apa aku mengenal Gi sebelumnya?" Tanya Arruna sekali lagi. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia harus melontarkan pertanyaan seperti itu.

Nyonya Wina menggeleng cepat.

"Sudah mama bilang. Kau dan Gi bahkan baru kali ini bertemu." Ucap Nyonya Wina.

Arruna menarik napas dalam, berusaha mengusir rasa sesak di dadanya. Bahkan ia sendiri bingung ada apa dengan dirinya.

"Ayo kau harus kekamar dan beristirahat, kami bertiga akan menjaga toko." Nyonya Wina menarik tubuh Arruna yang terlihat melemah dengan tiba-tiba.

"Tapi....." Bagaimana kalau Gi datang dan dia tidak ada?

"Tidak ada tapi, wajahmu pucat. Jangan membuat Mama semakin khawatir." Ucap Nyonya Wina.

Arruna terpaksa menuruti kemauan ibunya. Lagipula ia tiba-tiba merasa sangat tidak enak badan.

"Yani, tolong bantu aku membawanya ke atas, Alka kau berjaga di meja kasir untuk sementara." Perintah Nyonya Wina.

Yani langsung siaga menggandeng Arruna dan Alka bergegas ke meja kasir.

Mereka membaringkan Arruna di atas tempat tidur.

"Kenapa kau bisa tiba-tiba demam seperti ini? Apa kau melewatkan makan siang atau makan malammu kemarin? Tubuhmu masih sangat lemah, kalau lelah jangan memaksakan dirimu, mama masih mampu membiayai hidupmu hingga kau tua dengan toko roti ini." Ucap Nyonya Wina. Ia mengelap keringat Arruna yang semakin deras di dahinya.

Arruna hanya menatap ibunya dalam diam. Perlahan ia memejamkan matanya, seakan kesadarannya tertarik jauh dalam sekejap.

Saat yang sama ponsel Nyonya Wina berdering.

Nyonya Wina melangkah keluar kamar Arruna untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Mama....Gi jatuh dari tangga. Aku sedang dalam perjalanan ke RS, Mahendra baru saja mengabariku."

Nada suara Syeni terdengar panik di telpon.

Nyonya Wina menutup mulutnya dengan mata berkaca-kaca. Ia menatap Arruna yang tertidur di dalam kamar dengan tubuh menggigil.

EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang