Chapter 8 : Pencurian balik

9 3 0
                                    


Rasa kematian itu, sakit. Tubuhku panas. Padahal ini sebuah imajinasi, tapi kenapa rasa sakitnya begitu nyata? Rasa sakit itu, rasa sakit itu membuatku kesadaranku menghilang. Hingga akhirnya aku mengerti. Aku sudah mati untuk kedua kalinya.

...

"Nak, dari pakaianmu sepertinya kau bukan orang sini." Suara pria ini, suara pria yang pernah kutemui sebelumnya. Berdiri di depan toko buah, menanyakan pertanyaan sama soal pakaianku. Sudah dua kali aku kembali menyaksikan peristiwa ini.

"Hah?" Shock, dipenuhi pikiran, tubuhku diam. Jadi aku pasti berakhir kematian jika tidak bisa mengambil ikat rambut itu. Apakah kali ini aku akan mati untuk ketiga kalinya?

"Hei Nak! Mengabaikan aku saat berbicara ya?"

Alur ini sepertinya masih sama. Jika alur ini sama maka sebentar lagi Lucy akan datang. Beberapa saat kemudian, melihat penduduk mulai menundukkan kepalanya. Ya! Ini sama persis, ternyata alur belum berubah. Sebentar lagi Lucy akan datang.

Tunggu, kejadian waktu itu aku pergi ke gang tempat pencuri yang  dapat berubah-ubah? Apakah aku harus ke sana sebelum ikat rambut Lucy dicuri? Aku mengabaikan pertanyaan penjaga toko buah, fokus pada gang tempat pencuri kecil itu akan bersembunyi.

“Pak, tolong pinjamkan pisau anda yang paling tajam, ini urusan penting. Kumohon,” pintaku kepada penjaga tokoh buah tadi.

“Untuk apa?”

“Untuk menjaga Putri Lucy dari bahaya. Sebenarnya aku adalah seorang pengawal dari negeri timur, dan pakaian yang kupakai adalah pakaian khusus untuk pengawal rahasia seperti diriku. Pisau itu kupinjam untuk berjaga-jaga, apakah aku boleh meminjam pisau anda untuk melindungi Putri Lucy?”

“Oke baiklah, aku percaya padamu. Tolong kawal Putri Lucy, lindungi dia.” Penjaga toko buah itu langsung masuk untuk mengambil pisaunya yang paling tajam.

“Terima kasih atas pengertiannya, aku pergi dulu. Selamat tinggal.” Aku pun segera menuju gang Tempat pencuri cilik itu akan masuk dengan berbekal sebuah pisau tajam.

Saat para penduduk menundukkan kepala seiring lewatnya Lucy, dengan tergesa-gesa, aku berlari ke gang kecil. Ada banyak gang kumuh yang menjadi jarak antara bangunan satu dengan yang lainnya. Bisa dibilang sepanjang jalan ini ada sekitar 40 Gang yang menjadi jarak antar bangunan.

Gang dimana pencuri itu ada, sembilan jarak setelah toko buah bapak tadi. Saat aku tiba dan melongok ke gang kumuh itu...,

“Hah? Kejadian ini, pasti dia sudah memindahkan gang kumuh itu.” Ternyata gang itu dipenuhi bunga bermekaran.

Pencuri itu pasti masuk di gang sebelahnya, aku yakin kejadiannya pasti masih sama. Jika kejadian sebelumnya masih sama, maka pencuri cilik itu akan datang sebentar lagi.

Aku melihat-lihat ke sekitar. Mengawasi sekitar Lucy, khawatir pencuri kecil itu datang lagi. Karena badannya kecil, mudah bagi dia untuk bersembunyi dalam keramaian. Tak lama, seorang wanita kecil yang suaranya tidak asing berkata kepadaku.

"Kau ini sudah mengacaukan rencanaku, huh! Benar-benar merepotkan.”
Yah, ini benar-benar sama.

"Kau! ..." Saat aku menoleh ke belakang ia sudah berlari dan meninggalkanku. Dia berlari cepat ke arah Lucy. Meliukkan badan rampingnya dan mendatangi Lucy dengan lincah.

Ini aksi pencuriannya. Aku ingin berteriak. Tapi, aku sadar, jika aku berteriak aku akan disangka sebagai teman pencuri itu. Jadi aku putuskan untuk bersembunyi di gang sebelahnya. Pasti dia tadi sudah sadar jika aku mengetahui rencananya, dan dia pasti menggunakan rencana B, yaitu berlari menuju gang ini. Tak sia-sia aku mengalami kematian yang sebelumnya.

Dia kembali mencuri ikat rambut Lucy, lalu bersembunyi ke dalam keramaian. Tepat seperti dugaanku, pencuri kecil itu mulai berlari menuju gang tempat diriku berada. Aku lalu bersembunyi dibalik tumpukan sampah, dengan berbekal pisau tajam tadi, aku yakin ikat rambut Lucy pasti kembali. Walaupun baunya sedikit busuk, tapi aku yakin pencuri kecil itu masuk ke dalam gang ini.

“Dia pasti sekarang sedang kebingungan, dasar pengganggu.” Terdengar suara pencuri kecil itu mulai mendekati gang ini.

Sudah kuduga, dia pasti menuju ke sini. Apa yang harus kulakukan padanya ya? Apakah aku harus menusuknya langsung? Atau langsung melempar dia dengan pisau? Tapi tubuh kecilnya membuat dia lincah dan gesit. Jika dia kulempar dengan pisau, pasti dia bisa menghindari pisau itu dengan mudah.

“Sekarang pengganggu itu sedang ngapain ya? Pasti dia kebingungan seperti orang dungu yang belum pernah diberi ilmu pengetahuan.” Suara itu, suara si pencuri kecil. Dia menjengkelkan sekali, aku mulai kesal terhadap perkataannya.

“Halo, aku dari tadi menunggumu di sini loh.” Pisau dari penjual buah tadi sengaja kumainkan untuk menakuti pencuri kecil itu. Dengan salah satu kaki yang tersandar di tembok, aku mulai sok seperti menjadi seorang mafia.

“Kukira kau sedang kebingungan seperti orang dungu ketika bertemu dengan gang yang berbunga-bunga tadi,” ucap pencuri kecil itu dengan nada remeh.

“Mulut kecilmu itu cukup tajam juga ya, Pasti akanku robek menjadi lebih besar lagi.”

“Kau pikir aku penakut seperti dirimu? Aku juga membawa sebuah pisau, apakah kita akan berduel? Sepertinya itu menyenangkan.”

Nyali pencuri kecil itu cukup besar juga ya, tak kusangka nyalinya lebih besar dari pada semangat hidupku. Aku pun menerima tantangan itu, aku yakin aku pasti akan menang. Perbedaan besar tubuh kita berdua juga cukup berbeda jauh. Membuat diriku yakin jika bisa menghadapi dirinya.

Kami berdua mulai berputar membentuk pola lingkaran. Pisau tajam telah dipegang oleh tangan masing-masing. Apakah aku akan mulai menyerang duluan?

“Rasakan ini!” Tubuh kecilnya langsung melesat ke arahku.

Untung saja sebelumnya aku telah menyadari target sasarannya. Aku langsung menghindari ujung pisau yang tajam miliknya. Hampir saja perutku merasakan tusukan untuk kesekian kalinya. Dengan cepat, kakiku langsung mejegal kakinya agar terjatuh.

Benar saja, dia langsung terjatuh dengan posisi muka yang jatuh terlebih dahulu. Tak kusia-siakan kesempatan ini, aku langsung menancapkan pisau tajam yang kupegang ke punggungnya.

“Aaa!” teriaknya kesakitan.

Akhirnya aku bisa membalasnya. Apakah pisau miliknya akan kutancapkan juga? Pasti dia senang merasakan apa yang kurasakan sebelumnya. Mulutnya yang menjengkelkan itu akan kurobek sampai lebar.

“Acie sekarang lagi sekarat, kini siapa yang dungu? Pasti bukan aku. Oh iya, aku pinjam pisaumu dulu ya. Tenang sakitnya dikit kok.” Aku langsung mengambil pisaunya yang tergeletak di tanah.

Dengan penuh dendam, aku langsung menusukkan pisau itu dengan sekuat-kuatnya.

“Apa rasanya? Bagaimana tusukanku? Bagus tidak? Rasanya strawberry atau nanas? Ataukah rasanya apel? Oh iya, aku tadi sudah berjanji akan merobek mulutmu agar lebih lebar lagi, Tunggu sebentar ya.” Dengan penuh dendam, aku mencabut pisauku yang masih menancap di punggungnya.

“Aaa!” teriakannya terdengar lagi. Kini darahnya mulai mengalir dan jatuh tanah.

Pisau yang masih bersimbah darah mulai kudekatkan ke mulutnya. Aku langsung merobek mulutnya tanpa belas kasih. Banyak darah mengalir melalui sobekan yang kubuat.

“Ah baperan. Eh bentar, kok aku seperti psikopat? Seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Ah sudahlah, aku juga menikmati momen ini,” ocehku saat menikmati momen ini.

Aku baru sadar jika ikat rambut Lucy harus dikembalikan. Untung saja ikat rambut itu tidak ikut bersimbah darah seperti tubuh pencuri kecil tadi. Saat tadi pencuri itu terjatuh, ikat rambut Lucy terlempar beberapa centimeter dari tubuhnya. Aku langsung mengambil ikat rambut itu dan meninggalkan mayat dia begitu saja.

“Lucy pasti bahagia melihat apa yang kubawa.”

RestartWhere stories live. Discover now