Ch. 11 : About Her

616 120 47
                                    

"You must not believe what you see before you hear it."
.
.

Tidak pernah terduga olehku bahwa hal ini akan terjadi. Memandangi sesosok hantu yang kini tampak asik berbaring di atas ranjang milik Jungkook. Aku sendiri tidak dapat duduk dengan tenang. Sedangkan perkataan Seokjin mengenai kereta beberapa hari yang lalu, membuatku merasa was-was akan kehadiran gadis tersebut.

"Lama sekali tidak merasakan hal ini," ucapnya sembari memejamkan mata.

Entah apa yang ia pikirkan, tampaknya dirinya memiliki berbagai hal yang ia sembunyikan dibalik wajah polos itu.

"Jeon Hana," panggilnya pelan. "Apa aku boleh datang ke sini setiap malam?"

Mataku seketika membulat. "Setiap malam? Adikku bisa terkena serangan jantung jika melihatmu di sini."

"Kau bisa bertukar kamar dengannya, kan?"

Aku menggeleng pelan. "Sirheo." (Tidak mau)

Lagi pula aku sendiri juga tidak mengerti bagaimana cara menghadapi gadis ini. Jujur saja, ia membuatku merasa tidak nyaman, otakku terus memikirkan bagaimana cara mengucapkan kalimat mengusir tanpa menyakiti perasaannya.

"Dibandingkan itu, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan," sahutku mengalihkan pembicaraan.

Gadis yang memperkenalkan dirinya bernama Hye Su itu lantas bangkit dari posisinya. "Ah, benar. Santai saja, kau bisa menanyakan semuanya padaku."

Aku sedikit tersentak. Tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi melihat responnya yang sama sekali tidak keberatan, membuatku sedikit heran. Tidak menyangka akan semudah ini.

"Apa yang kau lakukan padaku semalam? Baru saja aku teringat bahwa semalam aku hampir mati kedinginan," ucapku langsung ke inti.

Gadis itu mengendikkan bahunya. "Mudah saja, aku hanya perlu menggunakan kekuatanku untuk menghangatkanmu."

"Kau punya kekuatan seperti itu?" pekikku tak percaya. "Lalu apa kau juga sengaja membuat agar aku tidak mengingatmu?"

Ia mengangguk dan tersenyum. "Kau cepat sadar juga."

"Kenapa?"

"Sebenarnya aku berniat untuk pergi setelah menghangatkanmu. Dan aku tahu bahwa kau akan terus memikirkanku begitu terbangun, oleh karena itu aku menghapus sedikit ingatanmu," jawabnya dengan wajah serius. "Tapi aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Listrik padam, jendela rusak, sedangkan kau ada di rumah ini sendirian dengan tubuh yang terus saja menggigil."

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Jadi ia tidak pergi karena mengkhawatirkanku? Itu berarti aku harus berterima kasih padanya, bukan?

Tapi dalam keadaan seperti ini, ia bisa saja memanfaatkan keadaan karena aku hutang balas budi. Sedangkan bagaimana pun juga, aku tidak bisa menerima Hye Su di rumah ini.

Dan tak jauh dari keadaannya saat ini, asal usulnya sungguh tidak jelas.

"Eum, mungkin ini tidak sopan, tapi apa boleh aku bertanya lagi?" ucapku setenang mungkin.

"Tentu saja."

Aku menelan saliva. "Kau.. benar berasal dari kereta itu, bukan?"

Tanpa ragu Hye Su mengangguk.

Aku semakin penasaran. "Jika tidak keberatan, boleh aku tahu kereta apa itu?"

Ia tersenyum puas, seakan dirinya sudah menunggu pertanyaan ini akan keluar dari bibirku.

"Itu kereta harapan," jawabnya bangga. "Kereta bernama Magic Train itu muncul ketika jam sudah melewati waktu tengah malam. Dan, yah.. hanya orang tertentu yang dapat melihat keberadaannya."

Magic TrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang