|02|-☆What Do You Mean, Dude?

45 12 2
                                    

“Apa yang kamu maksud, bung?”

Woah!!! Hebat sekarang kau memanggilku dengan tidak sopan~”

“Aku tidak peduli. Pasti sasaeng seperti biasanya! Berhentilah menelphoneku ataupun yang lainnya, mengerti?!”

“Tetap akan kulakukan. Ngomong-ngomong, ini sudah detik ke-empat. Apa kau sudah menentukannya?”

“Akan kumatik—”

“Rokok feromon ... Kau tidak ingin tau itu?”

Beomgyu terdiam sejenak. Darimana orang itu mengetahui tentang ‘rokok feromon’  tersebut? Padahal, Beomgyu sendiri tidak mengetahui hal itu dengan pasti.

“Bagaimana? Kuberikan informasi barang itu asalkan kau memilih saja. Bukankah ini menguntungkanmu??”

“Darimana kau mengetahuinya?”

Hoo~”

“Kau terpancing juga! Baiklah akan kuberitahu setelah kau memberikan jawaban. Sisa tiga detik untukmu!!”

“Itu janjimu. Pegang dengan benar!”

“Tentu, jadi ....?”

Larut dalam pikiran sejenak itulah yang dilakukan Beomgyu. Dia tidak bisa main-main dengan sesuatu yang terlihat serius seperti ini. Namun, bisa saja ini adalah tipuan. Atau bisa jadi ‘orang itu’ mengetahuinya dengan baik dari siapapun.

“Bisa saja dia adalah orang yang terlibat. Kau tidak bisa sembarangan, Beomgyu. Ingatlah perkataan Hyungmu!”

Beomgyu tersentak di tempat. Lintasan ingatan saat kakaknya pergi meninggalkan kamarnya sebelum ia memulai debutnya—itu memenuhi pikirannya.

Tebak-menebak.

Tidak ada kepastian yang memperkuatnya. Hanya ada insting saja. Beomgyu merasa seperti ada yang mengganjal dengan perilaku Sang Penelphone.

“Hello?? Apa kau sudah menutup telphonenya?”

“Tidak, belum.”

“Jadi bagaimana?? Satu detik terakhir ini lho~”

“Aku memilih untuk tidak kembali ke masa lalu.” Balas Beomgyu seraya menggigit kecil bibir bawahnya.

Pikirannya menjadi kalut entah kenapa. Perasaan gugup juga menjadi pendukungnya. Seperti saat akan menerima raport dari guru. Antara hidup dan mati berada di dalam sana.

“Oh! Baiklah. Bagus, bagus!”

“Sekarang berikan informasi barang itu kepadaku!”

“Tenang, tenang~”

“Aku pasti akan menepatinya. Namun ....”

“Aku membutuhkan alasan mengapa kamu memilih jawaban itu bukan??”

Tanpa diketahui Beomgyu, di seberang sana Sang Penelphone sedang tersenyum lebar. Sebuah layar laptop yang menunjukkan informasi tentang barang’ yang ingin diketahui Beomgyu tertulis rapi dan teliti.

“Nak, aku tau kamu bukanlah manusia yang hanya memberikan random jawaban seperti saat ujian.”

“Karena itu beritahu aku.”

『 TIME 』| REVISIWhere stories live. Discover now