Brandari | 18

401 52 48
                                    

Yuhuu Brandari update niiii!
Gas baca yuu ah, jan dinanti-nanti hehe.. Vote+Komennya janlup ya^^

Selamat Membacaa, Pren!🌞

*

Derbi dan Jenata juga ikut terkejut dengan pertemuan yang tidak sengaja ini. Keheningan mengepung mereka berempat dalam kecanggungan, sementara pertimbangan bergejolak dalam benak mereka. Di saat-saat seperti ini, mereka mencoba mencari tahu bagaimana seharusnya bertindak dan bersikap.

Berlina sendiri bukan hanya terkejut melihat Derbi dan Jenata di sini. Perasaan sakit hati dan cemburu dalam dirinya mencapai puncaknya, menciptakan badai emosi yang tak bisa dikendalikan. Selama ini, Berlina telah menyimpannya dengan begitu rapi dari Derbi dan Jenata, namun perasaan tersebut harus bisa Berlina tahan.

"Berlina? Lo ngapain di sini?"

Dahi Berlina sempat mengerut mendengar pertanyaan konyol itu. Di hadapannya ada sebuah troli yang isinya penuh, seharusnya Jenata tidak perlu menanyakan pertanyaan itu lagi.

"Lo nggak lihat gue bawa troli?" Asoka mewakili pemikiran Berlina, nadanya sedikit ketus.

"Santai, bro. Nggak usah ketus gitu." Derbi membalas Asoka. Meski berbicara dengan nada yang bercanda, Asoka tetap menatap tajam ke arah Derbi.

Jika tatapan adalah sebuah pematik api, maka Derbi sudah pasti terbakar berubah menjadi abu dan mati. Asoka benar-benar menatap Derbi dengan tatapan tidak suka, dia terang-terangan sekarang.

"Asoka biasa aja kok ngomongnya," balas Berlina tidak mau kalah.

Seperti ada daya magnet, mata Berlina tak dapat menghindari pandangan troli yang Derbi bawa. Isinya memang tidak sepenuh milih Asoka, tapi di sana banyak sekali barang-barang keperluan rumah. Namun, yang membuat Berlina semakin tersakiti adalah penemuan beberapa kotak pembalut di antara belanjaan yang dibeli oleh Derbi. Berlina sangat yakin jika itu milik Jenata.

Dengan senyum miring, Berlina berkomentar, "lama-lama lo berdua udah kaya orang pacaran."

Selama ini Berlina sudah menahan perasaan cemburu itu, tapi kali ini Berlina tidak bisa. Bagaimana bisa Derbi menelantarkan pesannya, sementara dia sedang berbelanja dengan Jenata? Setidaknya dia membalas pesan Berlina, memberitahunya jika sudah memiliki janji dengan Jenata. Meskipun sama sakitnya, tapi itu tidak akan sesakit sekarang.

Derbi dan Jenata saling pandang, lalu mereka berdua tertawa bersama. Kalimat Berlina bagaikan lelucon bagi mereka berdua. Namun semakin lama mereka berdua tertawa, hati Berlina semakin terluka.

"Nggak mungkin!" Elak Derbi dan Jenata bebarengan.

Berlina tersenyum melihat kekompakan Derbi dan sahabatnya sendiri. Jika diingat-ingat, Asoka dan Berlina juga akan merespon seperti itu jika ada yang mengatakan bahwa mereka berpacaran.

Berlina jadi merasa bersalah, seharusnya ia tidak menunjukan rasa cemburunya. Berlina harus memendamnya seperti biasa.

"Kalian berdua doang?" Tanya Berlina, mengalihkan topik hanya untuk membuat Asoka mendelik.

"Iya nih," jawab Jenata, "kita berdua disuruh belanja beberapa keperluan buat tugas kelompok, tapi kata Derbi sekalian aja belanja buat kebutuhan rumah."

BrandariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang