My Dear

184 19 3
                                    

*Pukul 4 dini hari mengambil bunga di pekarangan
*Pukul 5 pagi pergi ke kedai membeli daging dan rempah-rempah
*Pukul 7 pergi ke sekolah
*Pukul 3 sore berlatih biola
*Pukul 5 menyiapkan makan malam

Begitulah catatan kegiatan ku hari ini. Aku termasuk anak yang mandiri. Bukan sebab apa apa, aku hanya tak ingin merepotkan orang lain. Semenjak kepergian mama ku, semua jadi sangat tak terkendali dan berantakan.

"Merisa, mama mu menelpon." Ujar bibi Iris.

"Oh ya?"
Aku cepat cepat keluar dari kamar ku dan mengambil telepon genggam yang bibi Iris berikan.

"Halo? Mama? Bagaimana kabar mama? Aku sangat rindu mama. Kapan mama pulang? Apa? February? Bagaimana dengan ulang tahunku?"

"Merisa, jangan membuat mama mu repot." Ujar bibi Iris yang mendengar perbincangan ku di telpon.

"Baiklah~ aku harap mama baik-baik saja dan selalu sehat. Papa sangat rindu mama dan Merisa juga rindu dengan mama. Oleh-oleh? Emmm...aku ingin coklat jahe. Terimakasih mama, dah~" aku menutup telpon dan perbincangan pun selesai.

Aku menengok jam dinding yang menunjukkan pukul 3 dini hari. Masih selang satu jam untuk mengambil bunga lilac yang ku tanam di pekarangan.

Mama ku penulis terkenal, ia naik daun setelah menjual hampir 1 juta copy dengan judul novelnya "Being Wife of 3 Devil" dan sekarang ia pergi ke jerman untuk mempublikasikan bukunya disana. Semenjak ia menjadi penulis terkenal, aku selalu terlupakan.

"Jangan terus meratap dan merenung, cepat mandi dan berpakaian." Ujar bibi Iris yang tengah membuat sarapan khusus untuk ayah.

"Baik." Ujar ku singkat.

Banyak hal dalam lingkup keluarga ku yang sangat di rahasiakan. Dari mulai keturunan, nama keluarga, dan lain lain. Bahkan mama dan papa merahasiakan bahwa aku bukan pengidap anemia, tetapi...

"Tanda ini belum hilang juga, aku baru sadar tanda ini seperti tato aneh. " Ujar ku yang sedang berkaca di depan cermin tengah melepas baju tidurku.

"Mana mungkin mama memberikan ku tato seperti ini? Mama kan paling tidak suka hal seperti ini. Papa juga tak pernah memberitahu aku. Belakangan ini aku mulai curiga mama dan papa mungkin menyembunyikan sesuatu yang besar di hidup ku." Aku bergumam, sambil mengikat rambut panjang ku.

Setelah mandi aku langsung menjalani rutinitas ku hari ini, mengambil bunga Lilac di pekarangan dan merangkainya untuk ku simpan di meja belajar papa.

"Cantiknya~" ujarku sembari memotong beberapa tangkai bunga lilac.

Aku mendengar bunyi mobil yang berhenti tepat di depan rumah ku. Aku yakin itu papa yang datang. Aku bergegas pergi kedalam untuk menyambutnya. Dan benar saja, papa sudah datang.

"Selamat datang papa." Ujarku memeluknya.

Papa mengusap kepalaku dengan lembutnya. Walau aku sudah berusia 17 tahun aku adalah anak satu-satunya dari keluarga ini, jadi aku bebas jika ingin manja dengan papa.

"Noir, aku sudah simpan sarapanmu di meja belajar." Ujar bibi Iris dari arah dapur.

"Terimakasih Iris." Ujar papa singkat.

Aku melihat raut wajah pala yang sangat letih dan lesu. Aku tau papa pasti sangat lelah setelah bekerja sepanjang hari, atau bisa di bilang sepanjang malam.

"Papa, papa istirahat saja biar Merisa yang urus barang barang papa di mobil." Ujarku sembari tersenyum.

Papa tersenyum padaku sembari mencium kening ku.

"Terimakasih Merisa." Ujarnya singkat dan berjalannpergi ke arah ruang belajarnya.

Tanpa menunda waktu aku pergi ke garasi dan berniat untuk membenahi barang barang papa.

The Second Blood Line ( Sequel Being Wife Of 3 Devils)Where stories live. Discover now