19. Jalan-Jalan

171 17 0
                                    

Siap meramaikan kolom komentar?

Udah siap baca part ini?

Jangan lupa di vote dulu ya?
Aku hitung sampai 3.

1

2

3

Makasih yang udah vote😘

Happy Reading.

BAGIAN 19. Jalan-jalan

“Aku iri dengan Pangeran Inn dia memiliki aroma parfumnya sendiri,” ucap Arga.
“Namun, dia tidak menyukainya. Dia bilang wanginya seperti minyak gosok,”

“Jika aku tidak peduli aromanya seperti apa, aku akan tetap bersedia memakainya,”
“Namun setiap hari Pangeran In memakainya. Dan tidak pernah mengeluh apapun,” timpal Carmi.

“Dia mungkin terpaksa memakainya. Ekhm... Arga apa kamu mencium aroma parfum yang aku buat?”
Arga menggangguk.

“Tunggu sebentar. Coba... baunya wangi, apa kamu suka?”
“Aku tidak boleh menyukainya, itu milik Pangeran Inn,”
“Kalau begitu tunggu sebentar,”

Putri Inggita segera mengambil beberapa peralatan dan bahan untuk membuat minya wangi. Dia sangat fokus ketika mengerjakannya, sampai-sampai Ratre, Dahla dan Carmi memperhatikkan dengan seksama.

“Tadaaaa....Ini untukmu,” Putri Inggita menyerahkan sebotol kecil minyak wangi kepada Arga.
“Apa tindakan ini benar, Ratre?” tanya Dahla.

Ratre segera bertindak “Anda tidak bisa memberikan itu kepada Pangeran Arga, Yang Mulia,”
“Tidak masalah. Ini hanyalah sebuah hadiah kecil,”

“Ratre benar Putri, jika ada orang lain yang melihatnya itu akan menjadi fitnah. Aku senang aku memiliki parfumku sendiri dalam... kehidupanku ini. Itu sudah cukup bagiku,”
***
Saat ini, Putri Inggita sedang berada di meja makan seorang diri. Berkali-kali dia melirik ke ponselnya namun hasilnya sia-sia. Tidak ada satu panggilan atau pesan pun dari suaminya.

“Apa kamu tahu? Membaca tapi tidak membalas pesanku... itu lebih menyakitkan di banding tidak membacanya,”
Dia menatap kearah kursi kosong yang biasa Pangeran Inn gunakan. Sepertinya Putri Inggita benar-benar merasa rindu akan suami dinginnya. Entah apa yang di rasakan suaminya sama atau tidak. Tapi, dirinya berharap bahwa Pangeran Inn juga merasakan hal yang sama.

Drrrttt. Drrrttt. Suara ponsel Putri Inggita bergetar, dia merasa bahagia saat ponselnya mendapat panggilan masuk. Namun, harapan itu sirna dengan sekejap karena panggilan tersebut bukan dari orang yang sedang di tunggu-tunggu.

“Halo Arga?”
“Putri?”
“Apa kamu merasa kesepian?” tanya Arga di seberang sana.
“Sangat,”
“Tunggu di tempat yang waktu lusa kita datangi,”
“Oke.”
***
“Wow indah banget,”
“Saat aku masih kecil, aku selalu kesini setiap kali aku merasa sedih,”
“Sepertinya Pangeran Inn, setiap kali dia sedang sedih dia akan datang ke istana di tengah hutan,”

“Kurang lebih seperti itu. Namun, sekarang kami tidak sama.”
“Alangkah bagusnya memiliki tempat untuk di tuju... setiap kali aku merasa sedih. Tidak seperti aku, tidak memiliki tempat untuk di tuju,”
“Bagaimana jika aku memberikan kamu tempatku. Santai saja, aku tidak akan memberitahukan kepada siapapun,”
“Terimakasih Pangeran Arga,”

Tanpa di sengaja Lady-bibinya Arga sedang melihat pemandangan melalui kaca jendela. Dia melihat Arga sedang mengobrol begitu akrab dengan Putri Inggita. Dia terlihat sangat marah karena Arga tidak mendengarkan nasihatnya. Jika, Arga di biarkan terus-menerus berdekatan dengan Putri inggita dia akan menghancurkan rencananya.

My Husband Is Cold Prince [[ COMPLETED ]]Where stories live. Discover now