Dari chapter ini, sampe end bakal aku publish. Tapi belum aku revisi, jadi kalo ada kesalahan dimaklumim aja ya-!
HAPPY READING 📍
.
.
.
Gue membuka mata gue secara perlahan. Menatap langit langit kamar yang serasa kosong. Jantung gue berdegup sangat kencang. Gue meremat sprai kasur gue. Keringet dingin yang gue rasakan.
Mata gue tatapan serasa kosong. Gue meremat dada gue dan mencoba untuk mengambil nafas. Gue kira, Gue kira itu beneran. Gue bener bener takut, tolong gue bener bener takut bakal kehilangan Yangyang.
Mimpi, Gue takut mimpi gue jadi kenyataan. Hah, mungkin karena baru di tinggal Yangyang kemarin rasanya gak enak.
Kemarin, Yangyang berangkat Sekitar jam 4 sorean. Dan dia belum ngabarin gue sampai sekarang. Gue kefikiran terus soal dia.
Hah, baru gini aja udah Mulai aneh, apalagi kedepannya. Amit amit deh, semoga hubungan gue baik baik aja kedepannya.
Gue duduk dan menyenderkan tubuh gue. Gue mengambil ponsel gue dan ada notif dari Yangyang. Gak lama hp gue berdering ternyata Yangyang Nelfon.
Video call.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
"Pagi Cantik, Lagi apa? Baru bangun ya?"
Gue tersenyum dan mengangguk.
"Iya, baru banget bangun"
"Kalau Gitu, Sarapan jangan lupa ya. Maaf semalem aku gak Ngabarin. Baterai ku habis, jadi lupa ngabarin kamu"
"Bohong, kenapa? Cerita coba?" Gue menghela nafas gue kasar.
"Mimpi buruk."
"Kebiasaan lupa baca doa sih tidur. Yaudah, sarapan Sana. Aku habis ini mau pergi buat beli keperluan"
"Yangyang" panggil gue. Dia berdehem.
"Sejauh kamu dan aku, aku harap kamu gak bosen sama aku ya? Aku tau ini berat kan? Tapi aku mohon jangan tinggalin aku, kalau aku emang Salah kamu Ngomong aja ya? --"
