[CH 3] Nikah

59 10 1
                                    

"Kakak mau nikah?"

"Hah?!"

Jelas Jake terkejut, bisa-bisanya Sunoo beranggapan jika ia akan menikah dengan orang lain. Ia langsung menduga-duga pada satu orang.

"Kata siapa kamu? Tidak boleh menyebar hoax, loh!"

Sunoo merundukkan kepala, sesekali meremas kedua jemarinya yang terpaut sedaritadi. "A-aku tahu dari kak Sunghoon. Kan, kak Sunghoon selalu benar."

"Sun, kamu lebih percaya sama temen kakak?"

"Ya kalau kakak ada buktinya. Aku tidak akan percaya sama kak Sunghoon kok."

"Ya, Tuhan." Gumam Jake sedikit pusing dengan tudingan adiknya.

"Mau kakak hubungi kontak, Sunghoon?" Sunoo mengangguk riang, membuat Jake menghembuskan napas sejenak.

"What's up bro?"

"What's up, in your eyes! Kesal aku denganmu."

"Kesal bagaimana? Aku tidak berbuat dosa, loh..."

"Kamu menyebar hoax pada adikku! Berita apa itu kalau aku mau nikah?"

"Loh? Bukannya benar?"

"Bangs—" Jake menyurutkan umpatan saat Sunoo beralih menatapnya dengan pandangan bingung.

"Kamu salah paham, Hoon. Dia dan aku sebatas teman saja!" Lirihnya menekankan.

"Tapi di photoshoot, kamu..... jadi soal prewed itu apa d—"

Bip.

Sunoo memiringkan kepalanya, "Bagaimana kak? Jawabannya sama?"

"Kamu salah paham, Sun." Jake mengurut keningnya yang sedikit pusing.

"Kak Sunghoon bohong padaku dong?"

"Itu kamu tahu." Jake menatap Sunoo yang masih bingung.

"Pokoknya kakak sama sekali tidak punya kekasih, bahkan calon istri untuk kakak nikahi. Paham?"

"Tapi aku butuh bukti yang valid, kak."

Jake menghela napasnya, sedikit susah berdebat dengan Sunoo rupanya. "Fine, kakak ada janji esok lusa bertemu dengan seseorang. Kamu ikut sama kakak."

"Tapi esok lusa, aku ada tugas kelompok dengan—"

"Katanya ingin bukti? Terserah kamu, lebih pilih yang mana. Tapi jangan salahkan kakak."

Sunoo terdiam memikirkan dua hal, sedang kakaknya beranjak dari sofa lalu menuju kamar untuk bersihkan diri.

[.]

"Kak, kita ke cafe?"

Jake memarkirkan mobil ke salah satu sudut kiri, lalu ia melepas pengamannya dan juga pengaman Sunoo. Adiknya memang sedikit susah membukanya.

Jake masih di tempat Sunoo, menatapnya dengan lamat-lamat. Ia berkata, "Kakak ada janji dengan seseorang di cafe itu, jadi jaga sikapmu dari sekarang dan amati saja pembuktian kakak. Paham, dik?"

Sunoo mengangguk patah, ada keseriusan di netra Jake. "Seseorang itu... siapa, kak?"

"Ketika di sana, kamu akan tahu."

Keduanya pun turun dari mobil dan berjalan menuju cafe tersebut. Setelah mendorong pintu, Jake sudah langsung melihat sosoknya baru saja melambaikan tangan.

"Nah, orang yang lagi lambaikan tangan itu yang kamu sebut 'siapa'."

Sunoo berkedip, satu, dua kali. Ternyata sudah hampir nenek-nenek. Sunoo berdehem keras, sedikit meringis, menyengir, mendengus, pokoknya menjadi satu padu. Ini di luar ekspektasiku.

Mereka berdua segera duduk dan berhadapan dengan wanita paruh baya itu.

"Terima kasih, nak. Pekan lalu, anak saya senang sekali perihal semua foto menjelang pernikahannya. Dan tiga hari lalunya, berkat nak Jeon Jake, anak saya menikah dengan lancar." Perkataan yang lolos dari wanita paruh baya itu terlihat sangat tulus, seperti Jake baru saja menjadi pahlawan kesiangan.

Sunoo berkedip lagi, lekas melirik sang kakak.

Jake tersenyum hangat, "Maaf, Bu. Saya tidak bisa hadir untuk pernikahan anak ibu meskipun saya sudah diberi undangan. Karena itu barang hadiah yang saya kirim ke alamat ibu adalah pengganti presensi saya."

Wanita paruh baya itu terperangah, "Ah, rupanya hadiah itu dari nak Jake, toh," dia sekejap membungkukkan setengah daksa, "terima kasih sekali lagi, nak Jake. Isi hadiah itu sudah diterima dan dipakai dengan baik."

"Sama-sama, Bu. Saya turut bahagia mendengarnya."

Setelah beberapa saat usai bercakap ria serta berpamitan dengan lawan bicara, Jake menatap Sunoo yang selama itu bungkam dan hanya mengamati sesuai perintah Jake.

Ada senyuman terbit, Jake menyanggah rahang sambil bersiku meja. "Bagaimana? Kelebihan bukti?"

Sunoo mengangguk-angguk, ia menjawab tanpa suara. "Boleh bicara?"

Jake tertawa, "Hm..." sambil mengangguk.

Sunoo menurunkan pandangan, "Tadinya kukira akan ada drama di depanku. Ternyata wanitanya saja paruh baya, dan ternyata lagi membahas anak dia yang artinya itu yang kak Sunghoon maksud, bukan?"

Jake mengangguk lagi, "Betul, kami berdua ada di tempat photoshoot itu. Lebih tepatnya berpapasan, awalnya kakak hanya suruhan fotografer saja. Mungkin kesalahpahaman dia karena kakak sempat menjadi patung percobaan sebagai pasangan anaknya ibu itu." Ia menghela napas, "yah... anaknya gugup lalu pasangan yang asli memang belum kunjung datang. Eh, datanglah Sunghoon sebagai perusak suasana."

Jake mengakhiri kata-kata dengan senyuman. Sunoo jadi meringis setelah mendongak, "T-tapi kak Sunghoon sampai meyakinkan perihal itu padaku, justru itu aku ragu."

Jake tidak mau membahas lagi karena sudah jelas poinnya, jadi ia hanya menepuk-nepuk surai coklat Sunoo yang halus. "Kakak mengurus satu bocah saja sudah kelelahan, bagaimana dengan menikah?" Jake langsung beranjak dan pergi memesan minuman.

Sunoo tersulut kesal, "Shibal!"

.
.
.
[Tbc.]

(n.) Tiba2 All of us are dead gatuh haha 😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[3] Chocolate | JAKENOO ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang