CHAP. I

154 11 0
                                    

i. broken into a piece.


Jarum jam di dinding studio rekaman menunjukkan pukul sembilan malam, namun laki-laki yang berdiri tepat di belakang mic masih menundukkan pandangannya pada kertas, kini berada dalam genggaman teremas kencang. Menghentikan nyanyiannya bahkan sebelum diperintah, mendengar kembali sang produser dan pelatih vokal mengajukan protes padanya dengan nada naik dua oktaf.

"Apa yang terjadi padamu, Renjun-ssi? Bahkan mengulang nada ini saja, kau tak bisa."

Renjun masih tertunduk, kepalanya sudah sakit tapi tetap memaksa mengulang nada lirik yang sejam lamanya membuat dia tertahan mendengar ocehan sedari tadi.

"Maaf, saya salah." alhasil, hanya permintaan maaf yang bisa Renjun suarakan alih-alih berteriak balik karena muak di tekan terus menerus.

Respon pelatih mereka hanya mendecih, "Ada apa denganmu akhir-akhir ini, tidak biasanya kau tidak fokus! Ah, sudahlah. Gantian Donghyuck sekarang." ujar sang pelatih dan kemudian menghempaskan kertas yang tergulung ke atas meja dengan keras.

Mengerti sesinya sudah berakhir, Renjun membungkuk terima kasih dan meminta meminta maaf sekali lagi. Sosok laki-laki berkulit kecoklatan tepat berada di depannya ketika Renjun membuka pintu. Haechan menepuk bahu laki-laki tersebut, menguatkan secara tidak langsung yang membuat Renjun tersenyum tipis dalam anggukkan kepalanya.

Keluar dari sana, tepatnya di depan ruangan. Sofa warna cokelat muda, lima orang duduk bersisian. Empat di antaranya tertidur pulas karena kebagian jatah rekaman lebih dulu, sedangkan anggota termuda mereka masih sibuk dengan lembaran penuh coretan pulpen di tangan.

Jisung yang menyadari kehadiran Renjun, melepas earphone di telinga lalu menepuk salah satu spot kosong di kanan. Mengisyaratkan Renjun untuk duduk di sampingnya, dan sang oknum yang dimaksud langsung menghempaskan bokongnya kasar.

Tudung hoodie abu-abu ia naikan menutupi kepala dan mengurut pelipisnya seraya memejamkan mata. Berniat melepaskan energi negatif yang menekannya ketika di omeli, Renjun saja capek apalagi mereka yang tidak henti-hentinya mengoreksi kesalahan kecil yang ia buat.

Namun, Renjun tak bisa membantah apa yang dikatakan pelatihnya tersebut.

Akhir-akhir ini Renjun di tiap latihan vokal maupun koreografi, sama sekali tidak fokus. Padahal comeback tinggal menghitung hari, tapi dia tidak menunjukan kemajuan signifikan seperti yang pelatihnya harapkan.

Bagaimanapun juga, salahkan Renjun sendiri yang nekat masuk ke dalam forum anti-fancafe khusus untuknya. Semua isi forum itu jelas beragam macam hinaan maupun kata kasar yang tak sepatutnya dia dengar, namun beberapa Renjun ingat kata-katanya.

Ada yang bilang dia harus kembali pulang ke negara asalnya, figur wajahnya aneh, atau Renjun tidak pantas debut bersama NCT Dream. Dia hanya beban bagi anggota grup, dan ada puluhan bahkan ratusan kata lagi yang ingin Renjun hilangkan dari pikiran.

Karena kalimat tersebut, membuat Renjun larut mempertanyakan banyak hal dalam pikirannya. Benarkah dia hanya beban, dan tak pantas berdiri sejajar dengan teman-temannya,

... haruskah ia berhenti?

Renjun alhasil membuka mata, bangkit dari sofa dan izin keluar tanpa mendengar sahutan Jisung.

Kakinya otomatis membawa Renjun ke belokan lorong, seingatnya ada mesin minuman baru yang dibawa tadi pagi. Setelah berhasil menemukan mesin tersebut, memilih minuman dengan menekan tombol dan memasukkan koin setelahnya. Sekaleng kopi keluar, dan Renjun menunduk untuk mengambil dan mendudukkan diri pada bangku besi tepat di samping mesin.

Mata teduh miliknya mengerjap, menikmati sensasi pahit dan manis bercampur di lidah, lolos masuk ke tenggorokan. Padahal ia sudah berjanji kepada dokter untuk tidak minum kopi lagi, tapi apa mau dikata, tubuhnya butuh asupan kafein.

Tak TerbacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang