"Kamu baik-baik aja?" sudah tiga hari dan Ara masih menjadi perempuan pendiam yang membuat Andra khawatir
"Baik kok" Jawab Ara lalu meletakkan telur dadar diatas nasi goreng sosis yang ada di depan Andra. Andra berbeda, dia lebih suka makan telur dadar dari pada telur ceplok.
"Aku nanti pulang telat so__
"Mau kemana?" Andra memotong terlalu cepat, sebenarnya Ara tidak benar-benar diam. Hanya saja ada sedikit hal yang kurang bagi Andra
"Ke kost-nya Nadia, ngerjain tugas" Andra mengangguk lalu mulai mengambil sendok.
"Saya antar" Ara menggeleng pelan turut mulai makan
"Aku langsung berangkat abis dari kampus" jawabnya kemudian
"Gak papa, saya jemput terus kerumah Nadia."
Ara menepati ucapannya tiga hari lalu, Ara tidak mau lagi bertemu Mira. Tapi Andra sangat tau bahwa Ara menjauh dari Mira bukan karna marah, tapi karna tidak mau membuat Mira makin tidak nyaman. Andra tau seperti apa Ara. Buktinya saat Andra pamit menjenguk Mira yang sedang sakit, Ara menyempatkan diri membuatkan sup ayam untuk Mira tapi meminta Andra untuk tidak bilang pada Mira kalau itu buatannya.
Kejadian itu turut membuat Andra berubah menjadi dingin di hadapan Mira, Andra hanya datang sesekali saat di panggil oleh ayahnya itupun hanya sebentar. Andra makin jarang pulang kerumah.
Waktu itu Andra mendatangi Mira dan ibunya itu mengaku tidak merasa bersalah, tetap berpegang teguh pada omong kosong berupa Calista lebih baik dari Ara.
Andra ingin mengumpat mendengarnya, tapi ia ingat Mira adalah orang yang telah memperjuangkan hidup matinya agar Andra bisa lahir dulu.
Andra kecewa, dan meminta Mira untuk tidak ikut campur lagi apapun urusan Andra, ada atau tidak ada kaitannya dengan Ara.
***
Kelas sedari tadi riuh sekali. Tapi bukan merasa terganggu Ara, justru mengantuk. Ia menguap sampai matanya berair. Menunggu dosen yang mengatur jadwal seenaknya amatlah menyebalkan.
Bagi Ara ini adalah salah satu hal paling tidak menyenangkan selama menjalani masa kuliah
"Duh, mentang-mentang suami udah gak ngajar lesu amat" Ara mengabaikan Nadia yang sedang gencar-gencarnya menggoda, lebih tepatnya membuat emosi Ara muncul.
"Nad, lo coba cari pacar biar kerjaannya gak godain gue mulu." sahut Ara karna merasa pusing mendengar semua celoteh Nadia
"Ntar kalau gue pacaran, Arka jomblo sendirian dong." Arka yang duduk di belakang mendengus
"Yaudah lo jadian aja"
"Idih, ogah!" sahut Nadia cepat, jangan berfikir Nadia dan Arka sedang dalam friend-zone. Sama sekali tidak, mereka bertiga hanya murni bersahabat.
"Kalau gue mau sama lo berarti besoknya kiamat" Judesnya Arka kambuh
"Sakit tapi tidak berdarah" Nadia memegang dadanya, berakting sebagai wanita paling tersakiti seluruh bumi.
"Bu Naomi katanya udah balik" Nadia yang selalu saja up to date soal gosip memang tidak perlu di ragukan
Sejak beberapa hari lalu memang sosok Naomi ini sedang hangat-hangatnya di bahas. Di jadikan bahan gosip paling terkini atas patah hatinya karna pak Kalliandra Mahardika telah menikah. Iya, beliau menyukai suami Ara dan Ara baru tau itu satu hari lalu. Hal itu makin di perkuat dengan Nadia yang menunjukkan pada Ara salah satu komentar Naomi di postingan terakhir Andra yang di unggah tahun lalu.
Saya turut senang pak Andra udah nikah
Cuma itu, tapi Ara dan Nadia sepakat ada makna tersembunyi di baliknya. Ara tidak mau sok tahu, tapi banyaknya bukti yang Nadia dapat entah darimana cukup dapat di percaya. Untungnya Andra tidak merespon komentar itu, ya tentu saja. Andra punya instagram juga karna Mentari paksa buat.
Memang bagaimana Ara harus bersikap seakan tidak tau apa-apa bahwa ada yang orang yang sedang patah hati karna suaminya begini?
Ara menghela nafas, terlalu kenyang mendengar topik yang sama dari pagi.
"Ke kantin yuk Ka" ajakan itu sontak membuat Nadia yang mengoceh berhenti tiba-tiba
"Kok lo ngajak Arka, biasanya ngajak gue" Arka mendengus mendengarnya lalu berdiri lebih dulu.
"Abis lo cerewet, ngomong mulu gak beres-beres" Ara beranjak, mengikuti langkah pelan Arka menuju kantin, rasanya Ara ingin berbalik dan kembali ke kelas saja dari pada harus sekedar berpapasan dengan Naomi yang menunjukkan keangkuhan pada ekspresi wajahnya.
"Serem banget mukanya" bisik Nadia yang sedang menggandeng tangan Ara
"Kamu Araminta kan"? Ara tersentak, sikapnya memang berlebihan. Padahal Ara tidak pernah melihat keberadaan Naomi sebelumnya. Ara tidak pernah menganggap Naomi ancaman atau masalah apapun.
"Iya bu, kenapa? " Ara menyahut sopan
"Saya mau bicara sebentar, bisa?" Ara melirik Arka yang seolah mengatakan jangan libatin gue lah ra lalu beralih pada Nadia yang mengangguk kecil.
"Yuk Ka" Nadia beralih menggandeng Arka membuat Ara dan Naomi berdua saja di depan pintu kelas
Hening. Beberapa mahasiswa berlalu beberapa, nampak penasaran, beberapa lagi tidak peduli.
"Kamu yang udah nikah sama mas Andra kan"? Ara memang tidak berniat menyembunyikan, tapi setahu Ara hanya beberapa dosen saja yang tau.
"Iya" jawab Ara pendek. Aura Naomi hampir mirip seperti Mira, dingin.
" Selamat kalau gitu" Ara mengangguk pasti, memang kenapa harus di rahasiakan dari Naomi?
Setelah hari ini jika seandainya kabar pernikahannya tersebar sampai seluruh fakultas, Ara ikhlas saja. Ara percaya, Andra tidak akan diam untuk ini.
"Mas Andra apa kabar?" Mendengar panggilan mas untuk Andra dari orang lain, Ara sedikit tidak nyaman
"Baik, Sehat. Kenapa ya bu?" ekspresi Naomi tidak bisa Ara tebak, ia diam saja. Ekspresi nya juga datar.
"Gak, makasih waktunya" lalu Naomi kembali melanjutkan jalan, Ara hampir menautkan alis dengan pandangan yang mengikuti langkah Naomi sampai jauh.
Perempuan itu jauh terlihat lebih patah hati dan kehilangan daripada Calista. Ara jadi penasaran apakah Andra dan Naomi pernah bertemu sebelumnya?
Ara menggeleng lalu melanjutkan langkah menuju kantin. Ngomong-ngomong soal Andra, pria itu tidak cerita sama sekali apa yang dia katakan pada Mira setelah kejadian tamparan itu. Ara penasaran tapi malas bertanya. Pernah Mira menghubungi Ara dan meminta bertemu, tapi dengan sopan dan berusaha dengan cara paling halus Ara menolak dengan alasan Andra tidak mengijinkannya keluar.
Masa bodoh Mira kesal dan menganggapnya tidak sopan, Ara tidak tau sampai kapan akan tidak akur dengan Mira, tapi kalau Ara mungkin bisa saja minta maaf atas sikapnya yang dianggap kurang ajar oleh Mira. Tapi dengan syarat Mira juga harus minta maaf karna telah menamparnya, kalau Riana tau soal ini, ibunya itu pasti murka. Semua orang yang kenal Riana tidak pernah berani cari masalah karna meski dia wanita lemah lembut, marahnya Riana bukan hal yang bisa di sepelekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUMFREI✓
ChickLitTernyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.